Arif Rahman Hakim

pahlawan nasional Indonesia
Revisi sejak 25 Juli 2018 13.28 oleh 180.252.159.187 (bicara) (Membalikkan revisi 14057866 oleh 103.21.228.102 (bicara))

{{Infobox_President |honorific-prefix = |name = Arif Rahman Hakim |image = |image_size= |office = |birth_date = (1943-02-24)24 Februari 1943 |birth_place = Indonesia Padang, Indonesia |death_date = 24 Februari 1966(1966-02-24) (umur 23) |death_place = Indonesia Jakarta, Indonesia |nationality =  Indonesia |profession = mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia |religion = Islam

Arif Rahman Hakim (nama lahir Attaurahman[1]) (24 Februari 1943 – 24 Februari 1966) adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang meninggal karena ditembak sewaktu berlangsungnya demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura atas pemerintahan Orde Lama di bawah Presiden Soekarno pada tanggal 24 Februari 1966.[2] Arif lahir dari pasangan perantau Minangkabau, H. Syair dan Hakimah. [3]

Perjalanan Hidup

Dia dibesarkan dalam keluarga yang penuh kesederhanaan. Pada saat sekolah SD, pasar dimana toko Ayahnya berada terbakar, sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terpaksa ibunya berjualan kue pastel ke warung. Tugas seorang Rahman kecil adalah menumbuk singkong setiap malam hari dan keesokan paginya kue pastel tersebut dikirimkan ke warung-warung.

Dimasa sekolah SD, kecerdasannya sudah menonjol dengan selalu memperoleh juara 1 di kelasnya. Kelebihan lainnya adalah saat bermain kelereng bersama temannya dia selalu menang sehingga banyak memperoleh kelereng. Jika kelereng yang terkumpul sudah banyak, maka kelereng tersebut dijual dan uangnya diberikan kepada ibu untuk tambahan dapur.

Mimpi dia menjadi seorang dokter dimulai saat dia mengalami kecelakaan parah di bagian kepalanya yang membuatnya hampir kehilangan nyawa. Kejadian tersebut terjadi ketika di kelas 4 SD saat sedang mengikuti kegiatan dalam memperingati hari pahlawan di sekolah. Dia dan teman-temannya menaiki truk untuk mengambil batu di sungai yang akan dibawa ke sekolah. Dalam perjalanan truk yang dinaikinya mengalami kecelakaan terguling dan dia mengalami luka yang paling parah. Kepalanya terluka dan gegar otak, bahkan dokter menyatakan bahwa umurnya ditentukan hari itu setelah jam 12 malam. Jika berhasil hidup kata dokter ada kemungkinan besar syarafnya terganggu. Tetapi Allah swt mempunyai rencana yang luar biasa, dia berhasil hidup bahkan kecerdasannya meningkat setelah kecelakaan tersebut. Sejak kejadian ini, Apabila Rahman kecil ditanya cita-citanya maka dia menjawab ingin jadi dokter bedah, karena dokter bedahlah yang telah menyelamatkannya.

Cita-cita inilah yang menuntun dia akhirnya pindah sekolah ke SMA 7 Jakarta agar bisa masuk perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus dan berhasil masuk perguruan tinggi Fakutas Kedokteran Universitas Indonesia, dia menulis surat meminta izin ke Ibunya untuk mengubah namanya menjadi Arif Rahman Hakim dengan arti nama Arif adalah bijaksana, Rahman nama aslinya dan Hakim dari nama ibu (Hakimah). Setelah memperoleh izin dari ibunya maka saat mulai kuliah dia menggunakan nama Arif Rahman Hakim.

Untuk sampai ke kampus UI Salemba, dia hanya minum air putih sebelum berangkat dan dia selalu jalan kaki setiap hari dari tempat tinggalnya di Tanah Tinggi. Tidurnya hanya beralaskan tikar dan sarung padahal nyamuk ditempat tinggalnya sangat banyak. Sulitnya hidup dijalani tanpa keluhan, pakaian yang menempel hanyalah pemberian dari orang lain dan sudah penuh jahitan karena banyak yang sobek. Selesai kuliah, dia selalu belajar dan membaca buku cetak di perpustakaan kampus sampai sore dan pulang setelah maghrib. Dia berhasil kuliah di Fakultas Kedokteran sampai tingkat 4 dengan hanya memiliki buku tulis karena mahalnya harga buku cetak.

Dia rutin sholat jumat di masjid Al Hidayah di jalan Balikpapan 1 no 10. Dia juga aktif dalam pengajian dan kegiatan sosial di masjid Al Hidayah serta ikut dalam MKAI yaitu Majelis Khudamul Ahmadiyah Indonesia[4]

Peristiwa 24 Februari 1966

Pada tanggal 24 Februari 1966, saat demo yang terjadi hari Kamis pagi, dia berpamitan kepada kakaknya untuk ikut membantu demo dalam membagikan makanan kepada mahasiswa yang berdemo. Kakaknya berpesan hati-hati dalam berdemo karena kita orang susah, jangan sampai kena masalah. Pada pukul 11.30 wib terdengar bunyi letusan tembakan, saat itu kakaknya hanya beripikir kasihan mahasiswa yang terkena tembak. Sore harinya ada tentara yang datang ke tempat kakaknya di tanah tinggi dan mengajak ke RSPAD untuk menengok dia yang katanya terkena “tembakan di tangan”. Sampai di Rumah sakit sudah banyak mahasiswa yang menunggu dan banyak yang berbisik “kasihan ya..”. Akhirnya kakaknya baru sadar setelah sampai di depan kamar mayat dan Arif Rahman Hakim telah wafat terkena tembakan di dadanya.

Arif Rahman Hakim disemayamkan dirumah duka di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Setelah sholat Jumat, sholat Jenazah dilaksanakan di Aula UI, Salemba, dipimpin oleh Bapak Mubalig Ahmad Nuruddin. Hampir semua golongan agama seperti Budha, Hindu dan Kristen ikut hadir mendoakan dalam pelepasan jenazah di Aula UI.

Jenazah Arif Rahman Hakim dikuburkan di Blok P, tetapi sekarang telah dipindahkan ke Pemakaman Pahlawan Ampera di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.[5]

Kontroversi Kematian

Menurut Maulwi Saelan, penembak Arif Rahman Hakim bukanlah salah satu prajurit Resimen Tjakrabirawa. Resimen Tjakrabirawa yang mengawal Presiden Soekarno, menepis tulisan sejarah yang menyebut anggota Tjakrabirawa yang menembak aktivis mahasiswa KAMI/KAPPI. Nama mahasiswa itu Arief Rahman Hakim dan terjadi saat KAMI/KAPPI sedang menyerbu Sekretariat Negara pada tahun 1966 dan Tjakrabirawa tak terlibat penembakan.

"‎KAMI/KAPPI yang menyerbu Sekretariat Negara sama sekali tidak ditembak dan mereka hanya saya perintahkan menghentikan aksi kerusuhan dan meninggalkan kompeks itu. Mereka juga hendak menemui presiden, tapi saya tolak karena ada prosedurnya," kata mantan Wakil Komandan Resimen Tjakrabirawa Maulwi Saelan.

Diceritakan Maulwi, saat pelantikan Kabinet 100 Menteri, sekitar pukul 09.30 WIB Maulwi berada di sekitar posko Istana Negara memantau demonstrasi KAMI/KAPPI. Tiba-tiba terdengar di radio posko bahwa di Lapangan Banteng terjadi insiden antara demonstran dan petugas patroli garnisun karena demonstran berusa merusak Tugu Pembebasan Irian Barat yang dibangun di tengah lapangan. 

Seorang‎ demonstran tertembak personil patroli garnisun. Ia langsung dilarikan ke RSUP Gatot Mangunkusumo. Siaran radio menyebut nama mahasiswa itu bernama Arief Rahman Hakim.

Sementara itu, sekitar pukul 11.00 WIB demonstran depan Istana Merdeka mengendarai truk-truk tentara mengelilingi jalan sekitar Istana dengan membawa jaket kuning dengan noda merah. Jaket itu mereka kiibar-kibarkan sambil meneriakkan 'Tjakrabirawa pembunuh!'.

Disebarkan isu bahwa mahasiswa Arief Rahman Hakim ditembak prajurit Tjakrabirawa di depan Gedung Pemuda, seberang Markas DKP (Detasemen Kawal Pribadi).

Mendengar teriakan demonstran, Komandan Kawal Istana Batalyon II KKO Kapten Hidrosin mengumpulkan pasukan dan seluruh senjata mereka untuk diperiksa.

"Dalam pemeriksaan yang teliti, tidak terdapat satu pun senjata dari anggota-anggota yang bertugas yang mengeluarkan tembakan. Laras senjata semuanya bersih," kata Maulwi. 

Pada 1967 (setahun setelah kejadian), setelah dipindahkan dari Tjakrabirawa kembali ke Puspom ABRI, Maulwi mendapatkan penjelasan dari beberapa anggota POM PAM V tentang demonstrasi yang terjadi di Lapangan Banteng. Penembakan Arief Rahman Hakim dalam demonstrasi itu dilakukan oleh seorang anggota POM DAM C Jaya pada waktu bertugas di Garnisun Ibu Kota.

"Dengan demikian apa yang saya dengan di radio posko waktu bertugas di Istana Negara benar adanya. Arief Rahman Hakim bukan ditembak prajurit Tjakrabirawa tapi tertembak di Lapangan Banteng oleh anggota POM DAM V yang bertugas sebagai patroli garnisun," ucapnya.

Ia mengatakan bahwa ia pernah meminta pada Brigjen TNI dr Rubiono yang kerap bersamanya dalam perjalanan pengamanan presiden mengusahakan visum et repertum Arief Rahman Hakim untuk dilaporkan pada Presiden Soekarno. Namun, hingga Tjakrabirawa dibubarkan, Maulwi tak mendapatkan visum Rahman.[6]

Memorabilia

Untuk mengenang perjuangannya, namanya diabadikan menjadi nama ruas jalan di beberapa kota di Indonesia. Di Universitas Indonesia, namanya diabadikan menjadi nama masjid di Kampus Salemba[7] dan nama salah satu stasiun radio swasta di Jakarta. Selain itu, selama era pergerakan tahun 1960'an, terdapat suatu kesatuan pergerakan yang dibentuk atas nama Laskar Ampera Arief Rahman Hakim yang berpusat di Jakarta.

Selain itu, puisi "Karangan Bunga" karya Taufik Ismail merupakan puisi yang dikhususkan untuk almarhum Arif Rahman Hakim.[8]

Karangan Bunga

Tiga anak kecil

Dalam langkah malu-malu

Datang ke salemba

Sore itu.

Ini dari kami bertiga

Pita hitam pada karangan bunga

Sebab kami ikut berduka

Bagi kakak yang ditembak mati

Siang tadi.

Salemba

Alma Mater, janganlah bersedih

Bila arakan ini bergerak pelahan

Menuju pemakaman

Siang ini.

Anakmu yang berani

Telah tersungkur ke bumi

Ketika melawan tirani.

Karya : Taufik Ismail

Rujukan

  1. ^ "Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah | Warta Ahmadiyah". warta-ahmadiyah.org. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  2. ^ Fadillah, Ramadhian. "Benarkah Tjakrabirawa tembak mati Arief Rahman Hakim? | merdeka.com". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-01. 
  3. ^ "Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah | Warta Ahmadiyah". warta-ahmadiyah.org. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  4. ^ "Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah | Warta Ahmadiyah". warta-ahmadiyah.org. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  5. ^ "Arif Rahman Hakim, Pahlawan Ampera itu Pemeluk Islam Ahmadiyah | Warta Ahmadiyah". warta-ahmadiyah.org. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  6. ^ "Kisah Pasukan Tjakrabirawa dan Penembakan Arief Rahman Hakim". detiknews. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  7. ^ "Masjid Arif Rahman Hakim, Masjid Perjuangan Tritura (1) | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-10-01. 
  8. ^ "Puisi Taufik Ismail : Karangan Bunga | Kumpulan Puisi". puisi.nadiguru.web.id. Diakses tanggal 2017-10-01.