Ibrahim al-Imam

Revisi sejak 28 April 2008 03.14 oleh Borgx (bicara | kontrib) (Suntingan 202.182.166.141 (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh Borgx)

Ibrahim bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas. Beliau terkenal dengan Ibrahim al Imam saudaranya As – Saffah dan al-Mansur, dijuluki Abu Ishak. Beliau diba’iat ayahnya secara diam-diam, ketika sampai kabar tersebut kepada Marwan Al-Himar, maka Marwan menangkapnya dan memenjarakannya selama 2 perjalanan laut. Kemudian Marwan membunuhnya secara diam-diam, Ibrahim memba’iat saudaranya Assaffah, ketika Ibrahim terbunuh para kerabatnya memakai pakaian hitam karena sedih, inilah awal dipakainya pakaian hitam ketika ada yang meninggal, maka jadilah perbuatan tersebut syiar bagi mereka. Imam ‘Askariy menuturkan hal ini dalam kitab Awail.

Ibrahim telah menceritakan hal ini dari ayahnya dari kakeknya dari Abdullah bin Muhammad bin Hanafiyah. Menceritakan pula darinya 2 saudaranya, dan Abu Muslim al-kharasan yang mempunyai daulah. Ibrahim menetapkan Abu Muslim menjadi Da’i ke daerah Khurasan. Ibrahim adalah seorang yang dermawan, berbudi luhur dan pantas untuk mempimpin. Ia terbunuh pada tahun 131 H, ada yang mengatakan pada bulan Shofar tahun 132 H dan ia berumur 42 tahun .

Ibrahim dilahirkan di daerah Hamimah dekat gunung Syarrah merupakan bagian dari daerah Damsiq pada tahun 82 H. Ia menikahi Umi Ja’far binti Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib.

Dikatakan Ibnu Harmah dalam syairnya.

Aku berusaha sabar saat masalah mengguncangku Dikuburan Bahran di semayamkan benteng agama. Disanalah Imam yang kesedihannya merata kesedihan bagi yang miskin atau kaya

Ibrahim bin Muhammad mempunyai anak Abdul Wahhab (Ia menjadi Gubernur didaerah Syam dan meninggal disana)

Dan Muhammad (Ia menjadi Gubernur di Mekkah, Madinah, Jazirah Yaman. Dan meninggal di Baghdad .

Ayah Ibrahim Al Imam

Ayah dari Ibrahim Al-Imam adalah Muhammad Bin Ali Bin Abdullah Bin Abbas Dikenal dengan Imam Muhamad al-Kamil yang memulai dakwah abasiyyah . Pendahulu para Khalifah. Mempunyai kening bekas sujud dijuluki Abu Abdulloh, Ibunya Aliyah binti Ubaidillah bin Abbas. Muhammad bin Ali tumbuh dan besar di daerah Hina.

Imam Muhammad meninggal pada tahun 122 H dan di makamkan di samping makam ayahnya di daerah Hamimah. Dan menurut Waqidi : “Yang pasti Imam Muhammad meninggal tahun 125 H ketika berumur 70 tahun.

Muhammad bin Ali adalah seorang Tabi’in yang ‘alim dan zuhud. Ketika menjelang ajalnya ia berwasiat pada tahun 124 H, beliau berkata : “Janganlah melupakan aku setelah aku meninggal, aku merasa umurku hanya tinggal 2 tahun kedepan, dan sahabat kamu sekalian sesudahku adalah anakku Ibrahim, dan sesudah meninggalnya Ibrahim maka sahabatmu adalah Abdullah Ibnul Haritsah Assaffah, Imam Muhammad mempunyai anak Abdullah As-saffah, Abu Ja’far al-Mansur,Ibrahim Al Imam, Musa Ismail Yahya. Abbas adalah anaknya yang paling kecil, dia dilahirkan 2 tahun sebelum ayahnya meninggal. Dan Imam Muhammad mempunyai anak perempuan bernama “Aliyah, Labbabah dan Fatimah”.

Dan amirul mu’minin Mahdi dilahirkan pada tahun meninggalnya Muhammad bin Ali, Mahdi dinamai dengan nama Imam Muhammad, dan dijuluki Abu Abdulloh, Mahdi meninggal pada tahun 169 H dan dia berumur 43 tahun.

Mereka berkata-kata : orang-orang Syiah juga meriwayatkan Imam Muhammad bin Ali, mereka menyangka bahwa Imam Muhammad bin Ali adalah Ibnu Hanafiyyah, Ketika Ibnu Al-Hanafiyah meninggal mereka berkata : Sang Imam adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali. Ia adalah Abu Hasyim. Suatu ketika Abu Hasyim ingin pergi, ia menginginkan pergi ke Hijaz tapi kemudian berubah pikiran menjadi mengunjungi Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas di daerah Hamimah, Ia berwasiat kepada Muhammad bin Ali dan memberikan beberapa kitab serta mengumpulkan beberapa orang dari kaum Syiah seraya berkata, kita berharap sesungguhnya Imamah dan Amir dari kalangan kita, maka telah hilang keragu-raguan dan jelas keyakinan karena sesungguhnya anda adalah Imam dan Khalifah serta pada diri anak Anda, orang-orang pun mengamini perkataanya, mereka menetapkan kepemimpinannya dan kepemimpinan anaknya.


Muhammad bin Ali mengunjungi Madinah setiap tahun, dan bermukim satu atau dua bulan, ketika diberikan harta(hadiah) ia menolaknya. Disebutkan bahwa Muhammad bin Ali di daerah Hamimah mempunyai 500 pohon kurma, dan ia sholat di setiap bawah pohon kurmanya 2 rakaat.


Nasihat

Muhammad bin Ali pernah berkata : seseorang tidak akan mencapai puncak kedewasaan sehingga dia dianggap orang yang hina, dan ia pun pernah berkata : Merupakan bagian dari kedewasaan, kamu berkata kemudian memahami, kamu bercerita kemudian mengambil kesimpulan.

Berkata Muhammad bin Ali : Tidak tercapai kedewasaan dengan hanya tumbuh kembang, tidak tercapai kecukupan dengan angan-angan, tidak pula ilmu dengan hanya pengakuan. Berkata pula Muhammad bin Ali : “Sejelek-jeleknya Ayah adalah yang memalingkan anaknya dari kebaikan kearah kesia-siaan, dan sejelek-jeleknya anak yang durhaka kepada orang tuanya”.

Lihat pula