Elizabeth Bowes-Lyon

Ratu Permaisuri Britania Raya (1936-1952)
Revisi sejak 9 Agustus 2018 04.26 oleh M.Adha.Verel1603 (bicara | kontrib) (Penambahan pranala)

Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon (4 Agustus 1900 – 30 Maret 2002), adalah Permaisuri Raja Inggris Raya sebagai istri dari Raja George VI. Elizabeth menjadi permaisuri dari 1936 sampai kematian George VI pada 1952. Setelah kematian suaminya, ia dikenal sebagai Ibu Suri Elizabeth, untuk menghindarkan kebingungan dengan anaknya , Ratu Elizabeth II. Sebelum suaminya naik takhta, dari 1923 sampai 1936, ia dikenal sebagai HRH The Duchess of York.

Ratu Elizabeth dari Britania Raya
Ibu Suri pada tahun 1986
Permaisuri Raja Britania Raya
Periode11 Desember 19366 Februari 1952 (15 tahun, 57 hari)
Penobatan12 Mei 1937
Permaisuri Kaisar India
Periode11 Desember 1936 – 15 Agustus 1947
Pemakaman9 April 2002
Kapel St. George, Windsor
PasanganGeorge VI, Raja Britania Raya
Keturunan
Nama lengkap
Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon
WangsaDinasti Windsor (pernikahan)
AyahClaude Bowes-Lyon, Pangeran dari Strathmore dan Kinghorne ke-14
IbuCecilia Bowes Lyon, Putri dari Strathmore dan Kinghorne

Elizabeth adalah Permaisuri Irlandia dan Permaisuri Kaisar India yang terakhir. Sebagai istri raja, Elizabeth terkenal karena perannya dalam memberikan dukungan moril kepada rakyat Inggris selama Perang Dunia II, sehingga Adolf Hitler menggambarkannya sebagai "perempuan paling berbahaya di Eropa."[1] Pada tahun-tahun terakhirnya, ia adalah anggota Keluarga Kerajaan Britania Raya yang tetap populer, sementara anggota-anggota lainnya banyak tidak disukai masyarakat.

Kehidupan awal

Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon adalah putri bungsu dan anak ke-9 Claude Bowes-Lyon, Penguasa Glamis dan istrinya, Cecilia Cavendish-Bentnick. Ayahnya adalah bangsawan Skotlandia, dan ibunya adalah keturunan mantan Perdana Menteri Inggris, William Cavendish-Bentnick dan Gubernur Jenderal India Richard Wellesley. Elizabeth dibaptis tanggal 23 September 1900 di Gereja All Saints. Elizabeth dan keluarganya tinggal di Kastil Glamis, kastil warisan kakeknya.

Di hari ulangtahunnya yang ke 14, Inggris mendeklarasikan perang terhadap Jerman. Kakak-kakaknya adalah tentara Inggris, dua selamat dalam perang, namun salah satunya meninggal; satunya lagi hilang. Kastil Glamis menjadi rumah sakit bagi para tentara yang dibantu oleh keluarga Elizabeth untuk melarikan diri. Elizabeth menjadi salah satu perawat, dan dalam otobiografinya ia menulis tentang salah satu prajurit.

Menikah dengan Pangeran Albert

 
Pernikahan Pangeran Albert dan Nyonya Elizabeth, 1923

Ketika Pangeran Albert, atau yang biasa dipanggil "Bertie" oleh keluarganya, anak kedua dari George V dan yang belakangan dikenal sebagai George VI, melamar Elizabeth pada 1921, ia menolaknya karena "takut bahwa ia tidak akan pernah lagi bebas berpikir, berbicara dan bertindak seperti yang saya rasa harus saya lakukan."[2] Ketika Albert memutuskan bahwa ia tidak akan menikahi orang lain, ibunya, Permaisuri Mary, berkunjung ke Glamis untuk melihat sendiri gadis yang telah mencuri hati anaknya. Mary menjadi yakin bahwa Elizabeth adalah "gadis satu-satunya yang dapat membuat Bertie bahagia", tetapi meskipun demikian ia tetap menolak ikut campur.[3] Ada yang mengatakan bahwa Elizabeth bermaksud menikahi kakak Bertie, yaitu Edward. Bahkan koran-koran menyebarkan gosip bahwa mereka telah bertunangan, namun para sejarahwan menyimpulkan bahwa ini semata-mata hanyalah laporan yang keliru.[4] Kebebasan Albert dalam memilih Putri Elizabeth, seorang rakyat jelata, sebagai istrinya adalah sangat tidak lazim karena warga kerajaan diharapkan menikah dengan bangsawan yang lainnya. Dikatakan pada waktu itu bahwa pernikahan Albert dengan seorang rakyat jelata dianggap sebagai sebuah sikap modernisasi secara politik.[5]

Akhirnya, Elizabeth bersedia menikah dengan Bertie, meskipun ia ragu-ragu mengenai kehidupan di lingkungan kerajaan.[6] Mereka menikah pada 26 April 1923, di Westminster Abbey. Elizabeth meletakkan karangan bunganya di Makam Pahlawan Tak Dikenal dalam perjalanannya ke Abbey, sebuah sikap yang sejak itu ditiru oleh setiap pengantin kerajaan, meskipun mereka memilih untuk melakukannya dalam perjalanan kembali dari altar dan bukan menuju ke altar. Elizabeth kemudian dikenal sebagai Yang Mulia The Duchess of York. Mereka berbulan madu di Polesden Lacey, sebuah rumah mewah di Surrey, dan kemudian pergi ke Skotlandia.[7]

Pada 1926 pasangan ini memperoleh anak pertama mereka, Elizabeth, yang kelak menjadi Ratu Elizabeth II. Seorang anak perempuan lainnya, Margaret Rose, dilahirkan empat tahun kemudian.

Permaisuri, istri Raja George VI (1936-1952)

Penobatan dan pengunduran diri Edward VIII; naik takhtanya George VI

 
Lukisan penobatan oleh Gerald Kelly, 1937

Pada 20 Januari 1936, Raja George V meninggal dunia dan takhtanya diwariskan kepada kakak Albert, Pangeran Wales, yang menjadi Raja Edward VIII. George dan Mary berterus-terang tentang keragu-raguan mereka tentang anak sulung mereka. Bahkan George telah menyatakan keinginannya, "Saya memohon kepada Tuhan agar anak sulung saya tidak akan pernah menikah dan tak ada suatupun yang menghalangi antara Bertie dan Lilibet dengan takhta."[8]

Seolah-olah memenuhi keinginan orangtuanya, Edward memaksakan suatu krisis konstitusional dengan memaksakan pernikahannya dengan seorang janda cerai Amerika Wallis Simpson. Meskipun secara hukum Edward dapat menikahi Wallis Simpson dan tetap bertahan sebagai raja, menteri-menterinya menasihatinya bahwa rakyat tidak akan pernah menerima Wallis Simpson sebagai permaisuri dan, bila ia tetap bersikeras maka mereka harus turun takhta. Hal ini akan membawa Raja ke dalam pemilihan umum dan dengan demikian merusakkan statusnya sebagai seorang raja yang konstitusional dan secara politik netral. Dikarenakan masalah itu, Edward turun takhta dan menyerahkannya kepada Albert, yang tidak mempunyai keinginan untuk menjadi raja dan mempunyai sedikit sekali persiapan untuk peranan itu (meskipun orangtuanya sesungguhnya mengharapkannya). Namun, Albert menjadi raja dan mengambil nama George VI. Ia dan Elizabeth dimahkotai sebagai Raja George VI dan Permaisuri dari Kerajaan Britania Raya dan Irlandia Utara dan Kaisar dan Permaisuri India (hingga 1947) pada 12 Mei 1937.[9]

Ketika bekas raja dan istrinya diangkat menjadi Duke dan Duchess of Windsor, Elizabeth mendukung keputusan George VI untuk tidak memberikan gelar “Her Royal Highness” kepada Simpson.[10] Ia belakangan dikutip menyebut sang Duchess sebagai "perempuan itu ".[11]

Perjalanan Kerajaan ke Kanada dan Amerika Serikat pada 1939

Pada Juni 1939, Elizabeth dan suaminya menjadi raja dan permaisuri pertama yang sedang berkuasa yang berkunjung ke Kanada dan Amerika Serikat. Bagian dari kunjungannya ke Kanada sangat panjang, dari pantai ke pantai lalu kembali lagi — mereka juga sebentar berbelok ke Amerika Serikat, mengunjungi keluarga Roosevelt di Gedung Putih dan di tempat kediaman mereka di Lembah Hudson River. Pasangan kerajaan ini diterima oleh masyarakat Kanada dan AS dengan sangat antusias, dan sebagian besar menghapuskan sisa-sisa perasaan bahwa George dan Elizabeth adalah pengganti yang kurang layak bagi Edward yang karismatis. Elizabeth berkata kepada Mackenzie King, Perdana Menteri Kanada, "bahwa perjalanan ini membentuk [citra] kami,"[12] dan ia sering kembali berkunjung baik dalam kunjungan resmi maupun pribadi.

Ibu Suri, Ibunda Ratu Elizabeth II (1952-2002)

 
Ibu Suri Elizabeth di Kastil Devon, oleh Allan Warren

Raja George VI wafat pada usia yang masih 56 tahun pada tanggal 6 Februari 1952. Hal itu memaksa Putri Mahkota Elizabeth, Adipati Wanita dari Edinburgh yang sedang melaksanakan kunjungan kenegaraan ke Kenya bersama suaminya, Pangeran Philip, Adipati Edinburgh dan kedua anaknya untuk kembali ke Britania Raya dan menjadi ratu dari kerajaan Britania Raya.

Kenaikan putrinya menjadi ratu, menyebabkan naik pangkat juga bagi Permaisuri Elizabeth menjadi Ibu Suri Elizabeth.

Menjanda

Setelah kematian suaminya, Permaisuri Elizabeth lebih dikenal dengan julukan Yang Mulia Ratu Elizabeth, Sang Ibu Suri. Ibu Suri Elizabeth sempat pensiun ke Skotlandia. Namun setelah berbincang dengan Perdana Menteri Winston Churchill, dia memutuskan untuk kembali bertugas. Ibu Suri Elizabeth melakukan banyak kunjungan kenegaraan termasuk ke Iran, Prancis, dan begitu banyak negara di Eropa.

Ibu Suri Elizabeth menghibur dirinya dengan hobinya yaitu balapan kuda. Ia bahkan memenangkan hampir 500 balapan. Ia juga menghabiskan waktunya untuk merawat cucu-cucunya selama putri dan menantunya bertugas.

Ibu Suri Elizabeth melakukan banyak kunjungan kenegaraan termasuk ke Iran, Prancis, dan begitu banyak negara di Eropa.

Ibu Suri Elizabeth juga merupakan seorang wanita yang kuat bahkan ia bisa melewati begitu banyak penyakit dan sembuh. Pada tahun 1964, ia melaksanakan operasi usus buntu. Pada tahun 1966, tumor diangkat dari perutnya setelah ia didiagnosis penyakit kanker usus. Pada tahun 1982, ia mengikuti operasi untuk mengeluarkan tulang ikan salmon yang ditelannya. Pada tahun 1984, ia mengikuti operasi untuk mengeluarkan gumpalan yang ada di payudaranya setelah ia didiagnosis penyakit kanker payudara. Pada tahun 1986, ia juga dirawat di rumah sakit untuk mengeluarkan tulang ikan yang kembali ditelannya tanpa operasi. Ia berhasil sembuh dari semua penyakit itu.

Usia 100 Tahun Lebih

Di tahun-tahun berikutnya, Ibu Suri Elizabeth terkenal karena usianya yang sangat panjang dan mengesankan. Ulang tahunnya yang ke-90 dan ke-95 dirayakan dengan parade-parade. Pada tahun 1998, Ibu Suri Elizabeth mengikuti operasi penggantian tulang pinggul karena ia terpeleset dan terjatuh saat mengunjungi Sandringham sehingga merusak tulang pinggul kirinya.

Ulang tahun Ibu Suri Elizabeth yang ke-100 pada tahun 2000 begitu meriah dan terkenal dengan upacara dan parade yang begitu istimewa karena waktu itu baru dia yang bisa mencapai usia 100 tahun dari keluarga kerajaan Inggris.

Pada bulan November 2000, Ibu Suri Elizabeth terjatuh dan merusak tulang selangkanya sehingga ia kembali mengalami operasi dan harus menetap di rumah selama Natal dan Tahun Baru. Pada tanggal 1 Agustus 2001, ia mendapat transfusi darah untuk mengobati anemia yang dideritanya. Ibu Suri Elizabeth cukup kuat untuk tampil pada perayaan ulang tahunnya yang ke-101 tiga hari kemudian.

Pada bulan Desember 2001, usia 101, ia terjatuh sehingga meretakkan tulang pinggulnya. Namun demikian, ia memutuskan untuk tetap berdiri saat Lagu Nasional dilantunkan pada peringatan kematian suaminya yang ke-50 tahun pada tanggal 6 Februari 2002. Tiga hari kemudian putri bungsunya, Putri Margaret, Putri dari Snowdon meninggal dunia. Pada tanggal 13 Februari 2002, Ibu Suri Elizabeth kembali terjatuh di Rumah Sandringham di Norfolk dan mematahkan tangannya. Meskipun demikian, ia tetap bersiteguh untuk menghadiri acara pemakaman putrinya pada hari Jumat di Windsor dengan menggunakan helikopter agar fotonya di kursi roda tidak dapat diambil oleh siapapun.

Pada bulan Maret 2002, kesehatan Ibu Suri Elizabeth yang telah berusia 101 tahun memburuk dengan sangat cepat.[13]

Kematian

 
Pemakaman Ibu Suri Elizabeth

Pada tanggal 30 Maret 2002, pukul 15.15 GMT, Ibu Suri Elizabeth meninggal dalam tidurnya pada usia 101 tahun 238 hari di Royal Lodge, Windsor, Britania Raya dengan putrinya yang masih hidup, Ratu Elizabeth II, di sisi tempat tidurnya. Dia telah menderita penyakit dingin selama empat bulan sebelum kematiannya. Ibu Suri Elizabeth dikuburkan di Kapel St. George, Kastil Windsor.[14]

Rujukan

  1. ^ The Churchill Centre
  2. ^ John Ezard, The Guardian (Manchester), 1 April 2002 hlm. 18
  3. ^ Mabell Ogilvy, Countess of Airlie, Thatched with Gold (Hutchinson, London, 1962) hlm. 167
  4. ^ Sarah Bradford The Reluctant King: The Life and Reign of George VI (St. Martin's, New York, 1989), hlm. 104-5
  5. ^ Antonia Fraser, The Lives of the Kings and Queens of England hlm. 350
  6. ^ Elizabeth Longford, The Queen Mother (Weidenfeld & Nicolson, 1981) hlm. 23
  7. ^ Patrick Howarth, George VI (Century Hutchinson, 1987) hlm. 37-38
  8. ^ Philip Ziegler, King Edward VIII: The Official Biography (London: Collins, 1990) hlm. 199.
  9. ^ Di mahkotanya terdapat intan Koh-i-Noor dan dibuat sangat mirip dengan mahkota Permaisuri Mary, yang mahkotanya dibawa ke Garrard's dengan "maksud mempersiapkan rancangan untuk mahkota yang baru untuk permaisuri " (Lihat British Royal Family website, "HM Queen Elizabeth the Queen Mother: Crown"). Lengkungan di mahkota itu dapat dilepaskan. Hal ini digunakan pada 1953 ketika Ibu Suri Elizabeth tidak menggunakan lengkungannya pada penobatan anak perempuannya.
  10. ^ Surat dari George VI kepada Winston Churchill yang isinya menyatakan bahwa keluarganya setuju dengan pendapatnya, dikutip oleh Howarth, hlm. 143
  11. ^ Majalah Life, 17 Maret 1941, dikutip oleh Howarth, hlm. 130
  12. ^ Sarah Bradford, hlm. 281
  13. ^ Queen Elizabeth The Queen Mother - Wikipedia
  14. ^ Queen Elizabeth The Queen Mother - Wikipedia
Britania
Lowong
Terakhir dijabat oleh
Mary dari Teck
Permaisuri Raja Britania Raya
11 Desember 19366 Februari 1952
Diteruskan oleh:
Philip Mountbatten
Permaisuri Kaisar India
11 Desember 1936 – 15 Agustus 1947
Kemaharajaan Britania di India dibubarkan