Daniel Rudi Haryanto

Templat:Infobox artis Indonesia Daniel Rudi Haryanto (lahir 17 April 1978) adalah seorang sutradara film dokumenter berkebangsaan Indonesia, lulusan Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta.

Film dokumenter panjang pertamanya Prison and Paradise mendapatkan kesempatan world premier di Dubai International Film Festival pada tahun 2010. [1]

Film tersebut kemudian melanglang buana ke sejumlah festival bergengsi dunia, seperti Yamagata International Documentary Film Festival pada tahun 2011, Cinema Digital CINDI International Film Festival 2011 (Korea Selatan), Montreal International Documentary Film Festival (RIDM) di Canada pada tahun 2011, Vibgyor Internastional Film Festival di Thrissur Kerala, India 2011, Tokyo Documentary Dream Show 2012, Asiatica Mediale di Roma Italia 2012, dll. Film yang mengangkat tema tentang dampak terorisme terhadap keluarga pelaku dan keluarga korbannya ini mendapatkan penghargaan Director Guild Of Japan Award 2011 (Jepang) dan Special Jury Mention dari CinemAsia Amsterdam (Belanda). [2] Di Indonesia, film ini mendapatkan penghargaan film terbaik di Festival Film Dokumenter Yogyakarta 2010.

Pada tahun 2011, panitia dan Juri Festival Film Indonesia memutuskan untuk menggugurkan film Prison and Paradise sebagai nominator. Peristiwa itu terkait dengan keputusan Lembaga Sensor Film yang tidak meluluskan sensor film Prison and Paradise. Film ini dinyatakan terlarang di Indonesia. Alasan penolakan pemberian STLS oleh LSF itu ada pada surat penolakan LSF No: 26/DVD/TLK/LSF.XII/2011, tertanggal 9 Desember 2011. 

Sejak kuliah di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta, Daniel Rudi Haryanto turut aktif mengembangkan komunitas film di Indonesia. Cinema Society merupakan komunitas film yang pernah dibentuk bersama kawan-kawannya. Daniel Rudi Haryanto meluangkan waktunya untuk mengajar pada beberapa workshop film untuk komunitas film di berbagai daerah di Indonesia, komunitas Layar di Lampung, Minikino Denpasar, Komunitas film Palindo Palu, Sulawesi Tengah, dll.

Daniel Rudi Haryanto juga mengajar untuk Eagle Award 2015 dan menjadi supervisor untuk film dokumenter peserta Eagle Awards 2015 berjudul "Suara Tembok Kota", kemudian di tahun 2016 menjadi mentor dan supervisor peserta Eagle Awards 2016 berjudul Mama Amamapare. Film dokumenter ini merupakan film dokumenter pertama dari Papua yang mendapatkan penghargaan film terbaik Eagle Awards 2016 dan mendapatkan penghargaan film terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia 2016. Selanjutnya pada tahun 2017 Daniel Rudi Haryanto mendukung Eagle Awards 2017 senagai supervisor dan mentor bagi peserta Eagle Awards Documentary Competition untuk peserta dari Papua yang mengerjakan sebuah dokumenter sinematik berjudul Aujat Melawan Realitas.

Daniel Rudi Haryanto di YIDFF 2011
https://dubaifilmfest.com/en/page/308/2010.html
Malam pembukaan festival film DIFF 2010 di Dubai, Uni Emirat Arab

Pada tahun 2014, ia merilis film dokumenter panjang keduanya berjudul Fluid Boundaries di Busan International Film Festival. Film ini merupakan kolaborasi dengan dua sutradara dari negara lain, Mun Jeong-Hyeon dari Korea Selatan dan Vladimir Todorović dari Serbia. [3] Film ini kemudian diputar di Cinéma du Réel 2015 - International Documentary Film Festival di Paris, Perancis (2015) dan Southeast Asia Film Festival Singapore 2015.

Pada tahun 2016, bersama 12 filmmaker dari berbagai negara mendapatkan kesempatan belajar dalam program American Film Showcase yang diselenggarakan atas kemitraan antara Biro Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Luar Negeri Amerika, University of Southern California Cinematic arts, Asosiasi Dokumenter International dan Film Independen Amerika. 

Pada tahun 2018, Daniel Rudi Haryanto Daniel Rudi Haryanto atas dukungan dari Fasilitasi Komunitas Kesejarahan Direktorat Sejarah Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, memproduksi film berjudul Maha Guru Tan Malaka, film dokumenter berdurasi 24 menit yang menceritakan tentang perjalanan Marko (25) tahun aka Rolando Octavio Purba dalam mencari karakter dan sejarah Tan Malaka di negeri Belanda. Tan Malaka adalah tokoh penting dan sangat berpengaruh dalam pergerakan kemerdekaan nasional Indonesia. Dari pertemuan Marko dengan DR. Harry Poeze tersingkaplah sedikit rahasia dan riwayat bagaimana Republik Indonesia menjadi. Maha Guru Tan Malaka merupakan film dokumenter sinematik pertama di Indonesia yang menceritakan riwayat dan sejarah Tan Malaka dengan gaya vlog dan cocok untuk tayangan generasi milenial.

Daniel Rudi Haryanto dan Philip Cheah di CINDI International Film Festival, 2011

Filmografi

  • Uroe Raya di Jakarta (2004)
  • Bom Bali I (2005)
  • To Mompalivu Bure (2009)
  • Prison and Paradise (2010)
  • Fluid Boundaries (2014)
  • Maha Guru Tan Malaka (2018)
  •  
    Daniel Rudi Haryanto, Garin Nugroho dan Philip Cheah di Dubai International Film Festival, 2010.
    Fluid Boundaries (2014)
 
Daniel Rudi Haryanto with Vladimir Todorovic, Mun Jeong Hyun, and Philip Cheah

Pranala luar

Referensi