Sindoedarsono Soedjojono

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Sindoedarsono Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara Mei 191325 Maret, Jakarta, 1985) merupakan pelukis legendaris di Indonesia.[1] Dengan diawali oleh Trisno Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.

Sindudarmo Sudjojono
Berkas:S. Soedjojono.png
LahirSindudarmo Sudjojono
Mei 1913
Belanda Kisaran, Hindia Belanda
Meninggal25 Maret 1986(1986-03-25) (umur 72) invalid day
 Indonesia, Jakarta.
Kebangsaan Indonesia
Nama lainS. Sudjojono, Djon.
Pendidikan
Pekerjaan
Organisasi
  • Lembaga Kebudayaan Rakyat.
  • Persatuan Ahli Gambar Indonesia.
  • Seniman Indonesia Moeda (SIM) di Madiun, Jawa Timur, 1946.
  • S. Sudjojono Center.
Dikenal atasBapak Seni Rupa Indonesia Modern.
Karya terkenal
  • Di Depan Kelambu Terbuka
  • Cap Go Meh
  • Kawan-kawan Revolusi
  • Pengungsi
  • Seko
  • Tetangga
  • Mia Istriku
  • Gerak Baru
Suami/istri
  • Mia Bustam
  • Rosalina Poppeck alias Rose Pandanwangi
AnakTedjabayu

Watugunung Sri Nasti Rukmawati

Abang Rahino
Orang tua* Sindhudarmo
  • Maridjem
Kerabat
  • Affandi
  • Basoeki Abdullah
PenghargaanAnugerah Seni 1970

Biografi

Masa sekolah

Soedjojono terlahir Soedjiojono lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan Marijem, seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang guru HIS, Joedhokoesoemo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya) diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925. Ia menamatkan HIS di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan SMA di Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadie selama beberapa bulan. Sewaktu di Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioyi Yazaki.

Karier guru

Ia sempat menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.

Pelukis

Namun ia kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Objek lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang diekspresikan secara jujur apa adanya.

Pandangan Politik

Berkas:Arian Arifin Wardiman salah satu cucu S. Sudjojono yang mewarisi talenta seninya (foto oleh Arbi Sumandoyo).jpg
Arian Arifin Wardiman salah satu cucu S. Sudjojono yang mewarisi talenta seninya (foto oleh Arbi Sumandoyo)

Sebagai seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak nasionalistis karena hanya melukis keindahan Indonesia sekadar untuk memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini pun kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika Ciputra, pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah, dan Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde Lama, ia pernah ikut dalam Lekra dan bahkan Partai Komunis Indonesia. Ia sempat menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada 1957, ia dipecat dari partai dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada keluarga/istri. Tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak untuk pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina Poppeck - seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang kemudian dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.

Pameran

Referensi

Pranala luar

  1. ^ "Pelaku Seni | S Sudjojono". arsip.galeri-nasional.or.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2018-08-13.