Gangguan kepribadian ambang
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan hubungan yang tidak stabil, impulsif, dan reaksi emosional yang kuat
Gangguan kepribadian ambang batas yang juga dapat disebut sebagai gangguan emosi yang tidak stabil, merupakan gangguan kepribadian yang diakibatkan oleh ketidak mampu sebuah individu untuk bersosialisasi, memahami diri sendiri, dan mengolah emosi.[1] Dengan kemungkinan hingga 10% untuk menyakiti diri sendiri dan bunuh diri, menjadikan gangguan kepribadian ambang batas sebagai salah satu gangguan kepribadian yang sangat berbahaya.[2]
Gejala
Menurut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5.[3] Beberapa kriteria berikut digunakan untuk mendiagnosa gangguan kepribadian ambang batas:
- Kerusakan signifikan dalam kepribadian diwujudkan dalam:
- Kerusakan dalam fungsi diri:
- Identitas: Citra diri yang buruk, tidak berkembang, atau tidak stabil, sering dikaitkan dengan ekspektasi diri yang berlebihan; kesepian; tidak mampu bekerja di bawah tekanan.
- Tujuan: Ketidak mampuan untuk menetapkan tujuan, aspirasi, nilai diri, atau merencanakan pekerjaan.
- Kerusakan dalam fungsi interpersonal:
- Empati: Ketidak mampuan individu untuk mengenali perasaan dan kebutuhan dari orang lain.
- Kedekatan: Tidak mampu menciptakan relasi yang dekat dengan sesama, ditandai dengan ketdiak mampuan untuk percaya, dan takut ditinggalkan.
- Ciri kepribadian patologis diwujudkan dalam:
- Sifat negatif, digambarkan dengan:
- Emosi yang labil: Emosi yang tidak stabil dan perubahan mood yang terlalu sering.
- Gelisah: Perasaan gelisah yang terus menerus, panik, yang merupakan reaksi dari stres; cemas akan efek negatif dari masa lalu dan kemungkinan buruk pada masa depan.
- Takut pada perpisahan: Takut pada penolakan oleh dan/atau terpisah dengan yang lain.
- Depresi: Perasaan bersalah yang berlebih dan/atau perasaan tanpa harapan; sulit untuk memperbaiki mood; pesimis pada masa depan; keinginan bunuh diri.
- Ketidak puasan, digambarkan dengan:
- Impulsif: Tidak mampu untuk berpikir panjang; sulit untuk mengikuti rencana.
- Mengambil resiko: Menyukai kegiatan yang berbahaya, beresiko, dan berpotensi merusak diri, tanpa memikirkan konsekuensinya.
- Permusuhan, digambarkan dengan:
- Kemarahan yang terus menerus; untuk merespon hinaan.
Referensi
- ^ Lieb, Klaus; Zanarini, Mary C; Schmahl, Christian; Linehan, Marsha M; Bohus, Martin. 2004. Borderline personality disorder. London: The Lancet.
- ^ Leichsenring, Falk; Leibing, Eric; Kruse, Johannes; New, Antonia S; Leweke, Frank. 2011. Borderline personality disorder. London: The Lancet.
- ^ American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth edition. Washington (DC): The Association.