Parakan, Temanggung
Parakan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini terletak di lereng Gunung Sindoro-Sumbing. Kota kecamatan Parakan dilintasi jalur dari Wonosobo ke Yogyakarta/Semarang dan Yogyakarta ke Jalur Pantura/Jakarta.
Suwasono Adi | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Temanggung | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | - | ||||
Populasi | |||||
• Total | 46,875 jiwa jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 33.23.08 | ||||
Kode BPS | 3323010 | ||||
Luas | 2.223 Ha; | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | - | ||||
|
Berdasarkan catatan sejarah Nugroho Notosusanto, daerah Parakan ini adalah merupakan sima atau semacam tanah hibah pada masa Mataram Kuno. Beberapa peninggalan berupa prasasti dan candi bisa ditemui di sekitar wilayah Parakan, di antaranya Candi Gondosuli yang berada di sebelah tenggara Parakan.
Pada jaman penjajahan dulu daerah ini terkenal dengan senjata bambu runcing. Di mana para pejuang rakyat saat itu menggunakan bambu runcing. Bamburuncing adalah sebuah tongkat dari bambu berwarna kuning yang bagian ujungnya dibuat runcing, dibuat sebagai senjata yang sederhana namun ampuh setelah diberi doa oleh para kyai untuk melawan penjajahan Jepang sebelum kemerdekaan RI di daerah Kabupaten Temanggung (Jawa Tengah) dan penjajahan Belanda setelah Kemerdekaan (1945 - 1948) di daerah Ambarawa dan wilayah lainnya. Salah satu tokoh penggerak para pejuang pada masa itu adalah KH Subchi (nama aslinya ‘Subuki’) yang dijuluki ‘Jenderal Bambu Runcing’ (sekarang namanya diabadikan menjadi nama sebuah jalan di kampung kauman Parakan), sedangkan tokoh-tokoh yang lain diantaranya Sahid Baidzowi, Ahmad Suwardi, Sumo Gunardo, Kyai Ali, H. Abdurrahman, Istachori Al-Chafif dan masih banyak lagi yang lain.
Mayoritas penduduknya beragama Islam yang kuat, terbukti dengan banyaknya Masjid, Mushola dan pesantren di daerah ini. Namun demikian mereka mempunyai toleransi yang tinggi sehingga tempat ibadah lain tetap berdiri tanpa gangguan dan mereka beribadah dengan damai.
Ada kebiasaan dari masyarakat ini setiap hari raya keagamaan mereka merayakan bersama-sama. Seperti malam sebelum Hari Raya Idul Fitri, masyarakat mengadakan pawai obor keliling kota dan didukung dengan semarak oleh mereka yang beragama lain. Pada saat hari raya Idul Fitri pun mereka yang berlainan agama saling bersilaturahmi tanpa membedakan suku dan agama.
Ada juga Parade Kesenian Tradisional Islam yang diadakan tiap tanggal 1 Hijriah ( tahun baru islam ) berpusat di depan Masjid Al Barakah Bambu Runcing kauman parakan, yang dimeriahkan dengan berbagai macam unjuk kebolehan dari beberapa jenis kesenian, baik yang tradisional maupun modern yang sudah diadakan tiap tahun sejak 1995.
Sebaliknya pula saat Hari Raya Imlek, masyarakat bersama-sama menikmati hiburan Liong , Barongsai dan kadang-kadang Wayang Potehi atau boneka panggung khas negeri China di halaman Kelenteng setempat. Demikian pula saat hari Natal sering diadakan hiburan atau bazaar yang melibatkan masyarakat dari agama lain.
Batas Wilayah :
Utara : Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung
Barat : Kecamatan Kretek, Kabupaten Wonosobo
Selatan : Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung
Timur : Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung
Bahasa Daerah :
Mayoritas penduduk menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Penggunaan strata (Krama - Ngoko)dalam bahasa juga masih sering dipraktekkan. Dialek Jawa di Parakan tidak jauh berbeda dengan dialek mataram yang merupakan prosentase terbesar dialek bahasa Jawa di Jawa Tengah. Meski demikian, dialek Banyumasan mulai mencampur dalam dialek Parakan. Yang paling kentara adalah penggunaan "nyong" sebagai kata ganti orang pertama tunggal, yang serupa dengan dialek Banyumasan masih sering digunakan di dalam dialek Parakan.
Pencaharian :
Petani Tembakau dan Padi, Pedagang.
Kesenian Tradisional :
Kubro: Tarian dengan memakai seragam & topeng, diikuti dengan alat musik pukul. dimainkan juga oleh anak anak.
Kuda Lumping: Tarian dengan menggunakan tunggangan kuda yang terbuat dari bambu dan dihias meriah
Makanan Tradisional :
- Emping Ento, sejenis emping yang terbuat dari ketela pohon, rasanya gurih.
- Sego Gana, nasi yang dicampur dengan sayuran, parutan kelapa, ikan teri, tempe dan kadang-kadang juga ditambah kentang.
- Gudeg gurih, berbeda dengan gudeg yogya, gudeg di daerah ini manis tapi gurih.
- Nasi jagung yang disertai sayuran rebus dan rempeyek jagung/teri
- Bikan ambon, makanan kecil yang termasuk salah satu jajanan pasar yang terbuat dari telur & krim, rasanya manis
- Lemper, juga merupakan jajanan pasar yang terbuat dari ketan dengan daging ayam di dalamnya, disajikan dengan dibungkus daun pisang
- Bolu, yang berbeda dengan pengertian bolu pada umumnya. Bolu di sini berdiameter kecil (segenggaman tangan) dan dioven sehingga permukaannya berwarna cokelat.
- Wehku atau Moho, semacam bikang berwarna putih dan berasa manis.
- Pelok, semacam kue kering berbentuk oval yang berbahan sama dengan kue bolu.
- Aneka roti tradisional yang dapat diperoleh di sebuah toko roti di Jalan Brigjen Katamso, merupakan toko roti pertama di kota Parakan dan sekitarnya. Terdapat berbagai macam rasa, seperti pisang, coklat, gabungan pisang & coklat, kacang, dan lain-lain. Rotinya terasa renyah dan isinya padat, sangat cocok untuk dibeli sebagai oleh-oleh bila Anda bepergian ke kota ini.
Makanan di Parakan juga banyak yang dinamai dengan istilah yang unik2, antara lain:
- Makanan paling berbahaya di dunia, Endog Gludug. Dari ketela pohon yang dilumat, dicampur gula, garam & vanili dibentuk bulat dan digoreng.
- Tempe Kemul tempe bersalut tepung yang digoreng atau semacam mendoan gaya Parakan.
- Tahu Cokol, atau tahu isi irisan wortel, kecambah dll.
Souvenir khas Temanggung :
- Kerajinan Gerabah dari desa Nyampung
- GAGE - Kaos Temanggungan ( sebuah souvenir berupa kaos oblong dengan desain khas Temanggung )yang dirintis sejak 7 April 2008, www.klikgage.wordpress.com