Asfiksi
Beberapa atau seluruh referensi dari artikel ini mungkin tidak dapat dipercaya kebenarannya. |
Asfiksi adalah gangguan dalam pengangkutan oksigen (O2) ke jaringan tubuh yang disebabkan terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh darah, ataupun jaringan tubuh.[1] Misalnya alveolus yang terisi air karena seseorang tenggelam.[1] Pada orang yang tenggelam, alveolusnya terisi air sehingga difusi oksigen sangat sedikit bahkan tidak ada sama sekali sehingga mengakibatkan orang tersebut shock dan pernapasannya dapat terhenti.[1]
Asfiksi disebabkan oleh Adanya bakteri Diplococcus pneumonia sehingga alveolus terisi oleh cairan limfe.[1] Penyebab lain yaitu Adanya gas racun karbon monoksida (CO) yang memiliki daya ikat terhadap hemoglobin jauh lebih besar daripada Oksigen (O2).[1] Akibatnya tubuh kekurangan oksigen yang diperlukan untuk proses oksidasi zat makanan.[1]
Ada empat tahap gejala asfiksi, pertama adalah fase dispneu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira empat menit.[2] Fase ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida.[2] Tingginya kadar karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada pernapasan, nadi dan tekanan darah.[2] Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar.[2] pada fase ini tekanan darah pun terukur meningkat.[2] Fase kedua adalah Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira dua menit.[2] Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik.[2] Kesadaran mulai hilang, pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan darah turun.[2]
Kemudian fase ketiga dinamakan Fase apneu asfiksia berlangsung kira-kira satu menit.[2] Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.[2] Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap.[2] Denyut jantung beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian meninggal dunia.[2]