Inggit Garnasih

istri kedua Soekarno
Revisi sejak 29 September 2018 20.09 oleh Vosertur33 (bicara | kontrib)

Inggit Garnasih (17 Februari 1888 – 13 April 1984 [1] adalah istri pertama Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia. Mereka menikah pada 24 Maret 1923 di rumah orang tua Inggit di Jalan Javaveem, Bandung. Pernikahan mereka dikukuhkan dengan Soerat Keterangan Kawin No. 1138 tertanggal 24 Maret 1923, bermaterai 15 sen, dan berbahasa Sunda. Sekalipun bercerai tahun 1942, Inggit tetap menyimpan perasaan terhadap Soekarno, termasuk melayat saat Soekarno meninggal. Kisah cinta Inggit-Soekarno ditulis menjadi sebuah roman yang disusun Ramadhan KH yang dicetak ulang beberapa kali sampai sekarang. [1] Beliau meninggal di Bandung pada tanggal 13 April 1984. Dua bulan sebelum beliau meninggal, Fatmawati mengunjunginya atas bantuan Ali Sadikin.[2]

Inggit Garnasih
Soekarno adalah cinta sejati Inggit yang dia hantar sampai gerbang kemerdekaan setelah melewati tahun-tahun gejolak marabahaya
LahirInggit Garnasih
(1888-02-17)17 Februari 1888
Belanda Bandung, Jawa Barat, Hindia Belanda
Meninggal13 April 1984(1984-04-13) (umur 96)
Indonesia Bandung, Indonesia
KebangsaanIndonesia Indonesia
Suami/istriHaji Sanoesi (tiada-1923)
Soekarno (1923-1943)
AnakRatna Djuami (anak angkat)
Kartika Uteh (anak angkat)
Orang tua
  • Arjipan (bapak)
  • Amsi (ibu)

Pada awalnya, Soekarno sering mencurahkan isi hatinya tentang istrinya, yang bernama Oetari kepada Inggit. Oetari dianggap layaknya seperti anak kecil, yang tidak mau memahami perjuangan Soekarno. Selain itu juga, Soekarno tidak menemukan sosok keibuan dalam diri Oetari. Pada saat itu, Inggit masih berstatus istri dari Sanusi, dimana Soekarno tinggal untuk kost. Setelah 7 bulan tinggal di Surabaya, Soekarno kembali ke Bandung pada Juli 1922. Aakan tetapi, sekembalinya Soekarno dari Surabaya, malah memperkeruh hubungannya dengan Oetari, dan membuat Soekarno ingin memulangkan Oetari pada orang tuanya. Hal tersebut hanya diceritakan pada Inggit. Akhirnya, Soekarno dan Oetari pun bercerai pada tahun 1923.[3]

Arti nama

Ia terlahir dengan nama Garnasih saja. Garnasih merupakan singkatan dari kesatuan kata Hegar Asih, dimana Hegar berarti segar menghidupkan dan Asih berarti kasih sayang. Kata Inggit yang kemudian menyertai di depan namanya berasal dari jumlah uang seringgit. Diceritakan bahwa Garnasih kecil menjadi sosok yang dikasihi teman-temannya. Begitu pula ketika ia menjadi seorang gadis, ia adalah gadis tercantik di antara teman-temannya. Di antara mereka beredar kata-kata, "Mendapatkan senyuman dari Garnasih ibarat mendapat uang seringgit." Banyak pemuda yang menaruh kasih padanya. Rasa kasih tersebut diberikan dalam bentuk uang yang rata-rata jumlahnya seringgit. Itulah awal muda sebutan Inggit yang kemudian menjadi nama depannya.

Rujukan

  • Nuryati, Reni dkk. 2007. Istri-Istri Sukarno. Ombak: Yogyakarta.

Referensi

  1. ^ a b Happy Salma Jiwai Peran Ingit Ganarsih, KOMPAS Daring, 23 Desember 2011.
  2. ^ "Sudah Lama Inggit Memaafkan (9)". Pikiran Rakyat. 2016-02-17. Diakses tanggal 2017-09-25. 
  3. ^ "Profil Tokoh: Inggit Garnasih"