Syamsuddin As-Sumatrani
Artikel ini perlu dikembangkan agar dapat memenuhi kriteria sebagai entri Wikipedia. Bantulah untuk mengembangkan artikel ini. Jika tidak dikembangkan, artikel ini akan dihapus. |
Artikel ini tidak memiliki kategori atau memiliki terlalu sedikit kategori. Bantulah dengan menambahi kategori yang sesuai. Lihat artikel yang sejenis untuk menentukan apa kategori yang sesuai. Tolong bantu Wikipedia untuk menambahkan kategori. Tag ini diberikan pada September 2018. |
Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani adalah seorang ulama besar Aceh yang hidup pada Abad ke-16 dan ke-17 Masehi. Beliau merupakan murid dari seorang Ulama yang dikenal dengan nama Hamzah al-Fansuri. Meskipun secara pasti tidak diketahui kelahiran beliau namun dari namanya menunjukkan bahwa beliau merupakan Ulama yang berasal dari Pasai (Aceh)[1]. Beliau meninggal dunia dalam pertempuran dengan portugis di Melaka pada pada tahun 1040 H/ 1630 M, di Melaka dan dikebumikan di Kampung Ketek[2]. Dalam kitab Bustanul Salatin karya Syeikh Nurruddin ar-Raniri juga diperoleh keterangan bahwa Syamsuddin wafat pada hari ke-12 bulan Rajab tahun 1039 H/1630 M[3].
Riwayat Hidup
Syeikh Syamsuddin As-Sumatrani adalah seorang mufti dan penasihat Sultan Iskandar Muda, seorang pembesar dan penghulu agama, atau seorang syeikh terkemuka yang berada di lingkungan istana kerajaan Aceh Darussalam.
Dalam catatan orang Eropa yang berjumpa Syeikh Syamsuddin bi Abdullah As Sumatrany seperti Frederick de Houtman dalam bukunya Cort Verhael van’t Wedervaren is Frederick de Houtman, Tot Atchein (1603)[4] menyatakan, Syeikh Shamsuddin bi Abdullah As Sumatrany sebagai penasihat agung Sultan Saidil Mukammil. Syeikh ini sempat mengajak dia masuk Islam.
Pengaruh Syeikh Shamsuddin dalam kerajaan Aceh Darussalam dicatat juga oleh Sir James Lacaster ketika berkunjung ke Aceh pada tahun 1602. Dalam bukunya The Voyages of Sir James Lascaster[5], Lacaster menyebut Syeikh Shamsuddin sebagai “a man of great estimation with the king and the peoples (seorang pria yang memiliki pengaruh besar terhadap raja dan rakyat). ” James Lacaster bahkan ditanyakan oleh Syeikh Shamsuddin, “Sir, what reasons shall we show to the king, from you whereby he may grants these things which you have demanded to be granted by him (Alasan apa yang akan kami tunjukkan kepada raja, agar dia mengabulkan permintaan Anda).”
Referensi
- ^ "Mengenal Shamsuddin As Sumatrany - Serambi Indonesia". Serambi Indonesia. 2012-01-15. Diakses tanggal 2018-09-23.
- ^ "Mengenal Shamsuddin As Sumatrany". Serambi Indonesia. 2012-01-15. Diakses tanggal 2018-09-30.
- ^ Suwondo, Tirto (1998-12-01). "Syamsuddin As-Sumatrani: Riwayat, Karya, Ajaran, Kecaman, dan Pembelaannya". Zenodo (dalam bahasa Inggris). doi:10.5281/zenodo.1256222.
- ^ "Cort verhael vant gene wedervaren is Frederick de Houtman tot Atchein int eylandt Sumatra in den tijdt van ses ende twintich maenden die hy aldaer gevanghen is gheweest". Christian-Muslim Relations 1500 - 1900. Diakses tanggal 2018-09-30.
- ^ "The Voyages of Sir James Lancaster to Brazil and the East Indies, 1591-1603". 2017-05-15. doi:10.4324/9781315551531.