Pierre Abelard

Revisi sejak 29 Oktober 2018 14.31 oleh Pierrewee (bicara | kontrib) (+tag)

Peter Abelard (/ˈæb.ə.lɑːrd/; Latin: Petrus Abaelardus atau Abailardus; Prancis: Pierre Abélard, dibaca [a.be.laːʁ]; 1079 – 21 April 1142) adalah seorang filsuf skolastik Perancis, teolog, dan ahli logika terkemuka. Kisah cinta, dan perkara dengan, Héloïse d'Argenteuil telah menjadi popular. The Chambers Biographical Dictionary menggambarkannya sebagai "pemikir paling tajam dan teolog paling berani dari abad ke-12".

Kisah antara Pierre dan Heloise

Pierre Abelard lahir pada tahun 1079 yang merupakan seorang filsuf skolastik abad pertengahan, seorang teolog sekaligus ahli logika. Heloise lahir antara tahun 1090-1100 yang merupakan seorang biarawati di Perancis, penulis, cendekiawan sekaligus kepala biara. Heloise adalah keponakan dari Fulbert, seorang yang mempunyai posisi gerejawi sebagai canon of the Notre Dame Cathedral. Hubungan rumit dan cinta mereka berdua, yakni Abelard dan Heloise sudah menjadi sebuah kisah yang legendaris sampai saat ini, terutama pada Perancis itu sendiri

Héloïse dan Abélard adalah salah satu kisah sejarah tentang cinta sejati yang menginspirasi sampai saat ini. Pertemuan mereka berdua dimulai sekitar 900 tahun yang lalu lebih tepatnya pada abad ke-12.

Saat itu Héloïse yang masih berusia muda serta berbakat intelektual, berusaha mencari kebenaran dan jawaban atas pertanyaan eksistensi manusia. Pada zaman itu hanya ada satu orang yang dapat memberikan pendidikan yang ia cari dan itu adalah Abélard. Abélard saat itu adalah salah satu guru dan filsuf yang sangat terkenal di Paris.

Héloïse terpaut 20 tahun lebih muda dari Abélard, meski demikian, Abélard menjadi tertarik dengan Héloïse karena kecerdasannya. Hubungan mereka kemudian berlanjut namun tidak hanya sebatas hubungan antara guru dan murid, karena hubungan mereka sudah memasuki tahap rasa tertarik dan cinta. Namun mereka sadar betul jika hal tersebut adalah hal yang terlarang. Karena pada zaman itu seorang guru tidak boleh bersama dengan muridnya.

Pada akhirnya Héloïse mengandung seorang anak laki-laki dan mereka menyadari bahwa hal ini bukan menjadi hal yang baik bagi mereka berdua jika tetap tinggal di Paris. Abelard, berencana untuk menikahi Heloise. Namun Heloise menolak karena seseorang yang sudah menikah tidak boleh mengajar lagi di gereja. Dan Heloise tidak ingin Abelard berhenti mengajar. Tetapi jika Heloise menganduk dan melahirkan, sama saja dengan aib baginya. Maka pada akhirnya mereka kemudian melarikan diri ke Brittany di Barat Laut Perancis. Mereka menikah secara diam-diam.

Brittany merupakan tempat kelahiran dari Abélard. Heloise dan Abelard memberitahukan pernikahan mereka yang secara diam-diam. Untuk melindungi harga diri keponakannya yang telah tercemar dan agar Héloïse bisa kembali ke Paris. Akan tetapi setelah Héloïse dan Abélard menikah, mereka menemukan kenyataan bahwa rencana Fulbert sebenarnya ingin menghancurkan Abélard dan menjaga Héloïse untuk dirinya sendiri.

Héloïse kemudian menyelamatkan dirinya ke biara di Argenteuil, akan tetapi malang nasib Abélard. Fulbert, percaya bahwa Abélard ingin menyingkirkan Héloïse dengan cara memaksanya untuk menjadi biarawati, bersama dengan sekelompok orang masuk ke kamar Abélard di Paris yang kemudian menyerang dan mengebirinya.

Kejadian yang menimpa Abélard merupakan sebuah siksaan sehingga ia memutuskan untuk tidak melanjutkan profesinya sebagai guru di Notre Dame. Saat itu Canon Bedell meminta kepada Abélard untuk tidak bersikeras bersama Héloïse. Mereka berdua kemudian setuju untuk mengambil tahbisan sebagai biarawan dan biarawati. Dalam hal ini, Héloïse harus merelakan anaknya dan tidak bertemu dengannya lagi.

Kehidupan biara membuat mereka berdua terpisah. Akan tetapi selama 20 tahun terpisah mereka masih saling berhubungan lewat surat menyurat dan cinta mereka terus berkembang. Suatu ketika Héloïse dan Abélard sempat bertemu secara singkat dalam suatu perayaan di Paris.

Saat itu mereka menyadari bahwa cinta yang mereka bagikan satu sama lain adalah alasan dari eksistensi manusia, alasan dari keberadaan manusia. Sebuah jawaban yang dicari oleh seorang Héloïse muda dahulu kala saat ia pertama kali bertemu dengan Abélard. Setelah itu, mereka tidak pernah bertemu kembali.

Pada akhirnya Abélard membangun sebuah biara perempuan dan Heloïse menjadi kepala asrama disana. Abelard meninggal pada 1142 M dalam usia 63 tahun, sedangkan Heloise meninggal pada 1164 SM dalam usia 63 tahun juga.

600 tahun kemudian, Josephine Bonaparte, mengagumi dan merasa tersentuh dengan kisah Héloïse dan Abélard . Ia memerintahkan agar sisa-sisa dari tubuh Héloïse dan Abélard dimakamkan bersama di pemakaman Pére Lachaise, Paris. Dibutuhkan lebih dari 600 tahun agar mereka bisa bersatu kembali. Sampai saat ini, para pengagum Héloïse dan Abélard dari seluruh dunia mengunjungi makam di mana sisa-sisa dari Héloïse dan Abélard beristirahat selamanya bersama-sama.