Pemerintahan elektronik
Pemerintahan elektronik atau e-government (berasal dari kata Bahasa Inggris electronics government, juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu transformational government) adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pemerintahan. e-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C), Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling diharapkan dari e-government adalah peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
Menurut Richard Heeks, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya pengembangan e-gov, yakni sebagai berikut: a. Adanya dorongan dari luar pemerintahan, misal masyarakat pengguna. b. Adanya dorongan dari pemegang kekuasaan dalam mewujudkan keterlaksanaan e-government. c. Sejalan dengan visi dan strategi good Governance. d. Project manajemen e-gov yang efektif. e. Dukungan dan komitmen dari ownership dan stakeholder menyikapi E-Gov, dalam hal ini adalah Pemda, DPRD, dan masyarakat. f. Desain yang efektif dilihat dari sudut pandang kebutuhan pengguna. g. Mempunyai kompetensi SDM yang handal dibidang IT dan administrasi pemerintahan. h. Sejalan dengan pengembangan teknologi infrastruktur.--Herald 00:47, 12 Mei 2008 (UTC)
Jika e-government seringkali dianggap sebagai pemerintahan online ("online government") atau pemerintahan berbasis internet ("Internet-based government"), banyak teknologi pemerintahan elektronik non-internet yang dapat digunakan dalam konteks ini. Beberapa bentuk non-internet termasuk telepon, faksimil, PDA, SMS, MMS, jaringan dan layanan nirkabel (wireless networks and services), Bluetooth, CCTV, sistem penjejak (tracking systems), RFID, indentifikasi biometrik, manajemen dan penegakan peraturan lalu lintas jalan, kartu identitas (KTP), kartu pintar (smart card) serta aplikasi NFC lainnya; ; teknologi polling station (dimana e-voting non-online kini dipertimbangkan), penyampaian penyampaian layanan pemerintahan berbasis TV dan radio, surat-e, fasilitas komunitas online, newsgroup dan electronic mailing list, chat online, serta teknologi pesan instan (instant messenger). Ada pula sejumlah sub-kategori dari e-government spesifik seperti m-government (mobile government), u-government (ubiquitous government), dan g-government (aplikasi GIS/GPS untuk e-government).
Ada banyak pertimbangan dan dampak potensial penerapan dan perancangan e-government, termasuk disintermediasi pemerintah dengan warganya, dampak pada faktor sosial, ekonomi, dan politik, serta halangan oleh status quo pada ranah ini.
Pada sejumlah negara seperti Britania Raya, e-government digunakan untuk mengajak kembali ketertarikan warganya pada proses politik. Dalam hal tertentu bahkan dilakukan eksperiman dengan pemilu elektronik, dimana meningkatkan partisipasi pemilu dengan membuat pemilu menjadi mudah. Komisi Pemilihan Umum Britania Raya telah melakukan sejumlah proyek percontohan, meski dibayang-bayangi kekhawatiran akan kecurangan alat ini[1].
Referensi
- ^ "Online voting fraud warning". BBC. February 5, 2002.
- Encyclopedia of Digital Government. Edited by Ari-Veikko Anttiroiko and Matti Mälkiä. Idea Group Reference.
- I. Kushchu and M. H. Kuscu (2003). "From e-Government to m-Government: Facing the Inevitable". The 3rd European Conference on e-Government. hlm. 253–260.
- Heeks, Richard, 2003. eGovernment for Development: Causes of eGovernment Success and Failure: Factor Model, IDPM, University of Manchester, UK, 2003
Pranala luar
- eGov monitor — Daily news covering developments in UK and Europe, plus comprehensive weekly newsletter.
- UNPAN eGovernment News — news from UN Division for Public Administration on eGovernment worldwide.
- DigitalGovernance.org Initiative site about electronic governance models applicable for developing countries.
- The Failure of E-Government in Developing Countries: A Literature Review. — Danish Dada, London School of Economics and Political Science
- IPOL - a portal on Internet and politics — Edited by UK academics and hosted by the University of Salford, includes primary and secondary research resources related to e-democracy, e-government and the use of the Internet by parliaments and assemblies.
- Government Computerization in the Open Directory Project
- The e-Government Imperative OECD e-Government Publications