Soetan Radjat

Revisi sejak 15 November 2018 11.18 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Sutan Radjat Gelar Sutan Masabumi adalah keturunan ke 3 dari Raja Pagaruyung terakhir Daulat Yang Dipertuan Sutan Alam Bagagarsyah dari Isterinya yang bernama Siti Badi'ah. Sutan Radjat mempunyai 9 (sembilan) orang isteri.

Sutan Radjat meninggal tahun 1928 dimakamkan dipemakaman keluarga di daerah Olo di tengah kota Padang, dalam usia yang cukup muda: 49 tahun. Pada bulan Juli 1930 Pemerintah memperingati 2 tahun wafatnya beliau di Padang

Karier

Pada akhir 1900 Sutan Radjat diangkat menjadi Ajunct Inlandsch Officier van Justitie (Pengadilan) di Landraad Padang tanpa gaji. Tapi kemudian kariernya melaju: menjadi Schrijver (pencatat) Controleur Ommelanden van Padang, merangkap Ajunct Inlandsch Officier van Justitie untuk Lubuk Begalung. Kemudian jabatannya naik menjadi schrijver untuk Asisten Resident Padang merangkap AjunctInlandsch Officier van Justitie kota Padang. Tak lama kemudian ia diangkat menjadi Hoofddjaksa(Jaksa Kepala) di Landraad Padang. Ia juga menjadi Penghulu Wijk III (Kampung Jao, Sawahan, Belantung, Tarandam, Balanti) sambil mewakili penghulu Wijk II (Purus, Damar, Olo, Ujung Pandan, Rimbo Kaluang) dan Wijk I (pusat kota). Menjelang dihapuskannya jabatan Regent tahun 1910, Wijk I, II, dan III disatukan dengan penghulu kepala dijabat oleh Sutan Radjat sendiri.

Seperti dicatat oleh Rusli Amran dalam Padang Riyatmu Dulu (1986:125), Sutan Radjat adalah generasi baru bangsawan Minang, dalam arti ia mendapat pendidikan Belanda dan cukup terpelajar.Ia masih termasuk dalam trah Sultan Alam Bagagarsyah, Raja Pagaruyung terakhir.

Sutan Radjat gelar Sutan Masa Bumi dianggap berjasa mengakhiri kerusuhan yang terjadi di Lubuk Alung, Pauh IX, dan Nanggalo. Untuk itu ia dianugerahi Bintang Perak oleh Pemerintah pada tahun 1909. Pada tahun 1914 ia diangkat menjadi Kepala Distrik (Districthoofd), mula-mula di Tanah Tinggi Padang, kemudian di Padang. Pada tahun 1910 ia diangkat menjadi Demang pertama di Padang, menggantikan Regent terakhir Marah Oejoeb gelar Marah Maharadja Besar yang profilnya juga diturunkan dalam rubrik ini. Pada tahun 1923 ia dianugerahi pula Bintang Emas sebagai tanda kesetiaan dalam dinas selama lk 22 tahun.

Pada tahun 1923 Sutan Radjat Gelar Sutan Masa Bumi bersama-sama dengan Jahja Datoek Kajo, Djaa Datoek Batoeah dan Idris Datoek Poetih diangkat menjadi Demang kelas satu oleh Whitlau yaitu Gubernur Hindia Belanda pada waktu itu.

Referensi

  • Azizah Etek, Mursyid A.M, dan Arfan B.R. Kelah Sang Demang, Jahja Datoek Kajo, Pidato Otokritik di Volksraad 1927 - 1939. Hal. 98
  • Suryadi – Leiden, Belanda. (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 42, Tahoen I, 18 October 1923:1) |Singgalang, Minggu, 30 November 2014