Seribu Satu Malam

Kumpulan cerita dari Timur Tengah
Revisi sejak 28 November 2018 10.28 oleh 182.1.85.98 (bicara)

Seribu Satu Malam (bahasa Arab: ألف ليلة وليلة, translit. Alf lailah wa-lailah; bahasa Inggris: Arabian Nights; bahasa Persia: هزار و یک شب Hezār-o yek shab; bahasa Melayu: Seribu Satu Malam) merupakan sastra epik dari Timur Tengah yang lahir pada Abad Pertengahan. Kumpulan cerita ini mengisahkan tentang seorang ratu Sassanid, Scheherazade yang menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada sang suami, Raja Shahryar, untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Kisah-kisah ini diceritakannya dalam waktu seribu satu malam dan setiap malam Scheherezade mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan sehingga sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati pada diri Scheherazade.

Lukisan Scheherazade dan Raja Shahryār oleh Ferdinand Keller, 1880

Buku Seribu Satu Malam terdiri dari kumpulan-kumpulan kisah dengan tokoh yang berbeda dan alur cerita yang menarik. Di dalamnya termasuk legenda, fabel, roman, dan dongeng dengan latar yang berbeda seperti Baghdad, Basrah, Kairo, dan Damaskus juga ke Cina, Yunani, India, Afrika Utara dan Turki.

Kisah-kisah dalam Seribu Satu Malam, seperti Scheherezade dan Shahryar, dan Sinbad si Pelaut, menekankan tiga hal pada pembaca yaitu :

  1. Suatu masalah akan selalu ada penyelesaiannya
  2. Keteguhan akan membuat suatu masalah mencapai penyelesaiannya
  3. Kekuatan batin dapat membantu untuk mempertahankan keteguhan.

Sejarah

 
Manuskrip dari Seribu Satu Malam

Pada abad ke-8, masa pemerintahan khalifah Abbasiyah Harun al-Rashid, Baghdad merupakan salah satu kota perdagangan yang sangat penting. Pedagang dari China, India, Afrika, dan Eropa singgah dapat ditemukan disana. Ketika inilah cerita-cerita tradisional dari berbagai bangsa dikumpulkan jadi satu dan dinamakan Hazar Afsanah. Pada abad ke-9, seorang pendongeng dari Arab bernama Abu abd-Allah Muhammed el-Gahshigar menerjemahkan kumpulan cerita ini ke dalam bahasa Arab. Kerangka cerita mengenai Scheherazade dan Shahryar baru ditambahkan pada abad ke-14. Bentuk modern pertama dari cerita Seribu Satu Malam, namun masih dalam bahasa Arab, diterbitkan di Kairo pada tahun 1835.

Konon, pada era itulah cikal-bakal Hikayat 1001 Malam mulai dirajut. Terdapat beragam versi tentang asalmuasal lahirnya karya sastra epik Arab yang termasyhur itu. NJ Dawood dan William Harvey dalam bukunya berjudul Tales from the Thousand and One Nights mengungkapkan, Hikayat 1001 Malam merupakan satra epik yang berasal dari tiga rumpun kebudayaan dunia, yakni India, Persia, dan Arab.

”Masterpieces seni cerita bertutur itu berasal dari sebuah buku dari Persia yang hilang berjudul Hazar Afsanah (Seribu Legenda),” papar Dawood dan Harvey. Menurut keduanya, buku cerita dari Persia itu kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada tahun 850 M. Hazar Afsanah, imbuh keduanya, berisi tentang cerita rakyat India dan Persia. ”Para pendongeng Muslim yang profesional membumbui dan mengadopsi cerita itu dengan warna lokal Arab.” Versi lainnya menyebutkan, Hikayat 1001 Malam sebagai kumpulan ceritera rakyat Arab. Adalah Abu Abdullah bin Abdus Al-Jasyayari seorang pengarang Muslim terkemuka yang merangkai dan dan menulis kisah yang legendaris itu. Kitab Alf layla wa-layla yang ditulis Al-Jasyayari ide ceritanya berasal dari Hazar Afsanah yang diterjemahkannya ke dalam bahasa Arab.

Pendapat lainnya menuturkan, dongeng 1001 Malam yang dikenal dalam bahasa Persia berjudul Hezar-o yek sab itu merupakan sebuah kumpulan cerita yang disusun selama berabad-abad oleh begitu banyak pengarang, penerjemah, dan sarjana. Cerita rakyat yang mulai lahir antara abad ke-8 M hingga 9 M itu berawal dan berakar dari cerita rakyat Arab dan Yaman Kuno, India Kuno, Asia Kecil Kuno, Persia Kuno, Mesir Kuno, Suriah Kuno, dan era kekhalifahan Islam. Cerita rakyat India mewarnai dongeng 1001 Malam melalui fabel Sanskerta kuno. Sedangkan, cerita rakyat Baghdad hadir dalam hikayat yang populer itu melalui kekhalifahan Abbasiyah.[1]

Sosok Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Abu Nuwas penyair terkemuka di era kekuasaan Abbasiyah muncul dalam cerita rakyat yang begitu melegenda itu. Kumpulan cerita rakyat itu mengangkat kisah tentang seorang ratu Sassanid bernama Scheherazade. Dalam dongeng 1001 Malam itu, sang Ratu menceritakan serantai kisah-kisah yang menarik pada suaminya, Raja Shahryar. Cerita demi cerita yang dikisahkan sang ratu pada raja merupakan upaya cerdik yang dilakukannya untuk menunda hukuman mati atas dirinya. Malam demi malam, Ratu Scheherazade bercerita pada sang raja.

Scheherezade mengakhiri kisahnya dengan akhir yang menegangkan dan menggantung. Sehingga, sang raja dibuat tertarik dan penasaran untuk mendengar kelanjutan kisah dari sang ratu. Setiap kisah yang diceritakan ratu mampu membetot perhatian raja. Sang raja pun selalu menangguhkan perintah hukuman mati bagi Scheherazade.

Hikayat 1001 Malam mengandung beragam cerita seperti, kisah percintaan, tragedi, komedi, syair, ejekan, serta beragam bentuk erotika. Sejumlah kisah yang termuat dalam 1001 Malam juga melukiskan tentang jin, tukang sihir, tempat-tempat legendaris yang sering kali menampilkan tempat dan orangorang yang sesungguhnya. Khalifah Harun Ar-Rasyid, Abu Nuwas dan Wazir (perdana menteri) Ja`far Al-Barmaki juga menjadi tokoh cerita. Popularitas Hikayat 1001 Malam semakin mengkilap lantaran diramaikan dengan kisah-kisah lainnya yang menarik seperti, Aladdin dan Lampu Wasiat, Ali Baba, Sinbad si Pelaut, serta 40 Pencuri.

Namun, kisah-kisah yang justru cerita rakyat Timur Tengah yang asli itu tak muncul dalam kitab Alf layla wa-layla versi Arab. Kisah-kisah yang menarik itu justru baru muncul dalam The Arabian Nights yang diterjemahkan seorang sarjana Prancis bernama Jean Antonie Galland. Galland mengaku menulis kisah- kisah yang banyak diangkat ke dalam film di berbagai negara itu setelah mendengarnya dari seorang penutur cerita asal Aleppo, Suriah bernama Hanna Diab. Hikayat 1001 Malam yang merupakan sumbangsih peradaban Islam, kini telah menjadi cerita rakyat seluruh dunia. Sastra epik Arab di zaman kekhalifahan itu telah memberi pengaruh yang besar dalam peradaban manusia terutama dalam bidang kebudayaan. Dengan sederet kisah yang memikat, Hikayat 1001 Malam telah memberi warna dalam bidang sastra, film, musik dan permainan di berbagai belahan dunia.

Galeri

Catatan Kaki

Pranala luar