Cindaga, Kebasen, Banyumas
Cindaga adalah desa di kecamatan Kebasen, Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Desa ini berada di tepian Sungai Serayu. Di Desa Cindaga terdapat dua rawa-rawa yaitu Rawa Winong yang terletak di Grumbul Werdeg dan Rawa Kalong yang terletak di Grumbul Poncot Kidul. Selain itu juga terdapat Jembatan Lengkung melintang diatas Sungai Serayu yang merupakan bersejarah peninggalan Perang Dunia II.
Dewasa ini Desa Cindaga juga mempunyai Paguyuban Warga Desa Cindaga sebuah wadah komunitas lokal berbasis warga Cindaga baik yg berdomisili di kampung ataupun yg diperantauan Paguyuban Warga Desa Cindaga dicetuskan oleh salah seorang pemuda eks aktivis 98 yang bernama Eko Sulistyo Santosa,saat ini aktif menjadi penulis sebuah blog pribadi dan jejaring sosial yang beralamat di https://aswajareformer98.blogspot.com . Adapun Kegiatan yang dilakukan PWDC adalah Kegiatan Sosial.Paguyuban Warga Desa Cindaga bersifat gerakan pemikiran positif, kritis dan beretika tidak berafiliasi pada partai politik manapun.Organisasi yang ada di Desa Cindaga yaitu NU Muhammadiyah,Paguyuban Warga Desa Cindaga, Karang Taruna, Gerakan Pemuda Ansor, dll.
Cindaga | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Banyumas | ||||
Kecamatan | Kebasen | ||||
Kode pos | 53172 | ||||
Kode Kemendagri | 33.02.05.2008 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | -+ 6500 jiwa | ||||
Kepadatan | -+ 100 jiwa per km | ||||
|
Batas wilayah
Utara | Desa Kebasen dan Sungai Serayu |
Timur | Desa Kalisalak dan Desa Sawangan |
Selatan | Kabupaten Cilacap |
Barat | Sungai Serayu |
Pembagian wilayah
- Grumbul Berusan
- Grumbul Buntungan
- Grumbul Kemitan
- Grumbul Krunculan
- Grumbul Lemah Abang
- Grumbul Pasemutan
- Grumbul Poncot
- Grumbul Tambangan
- Grumbul Gilisampir
- Grumbul Welahar
- Grumbul Werdeg
- Grumbul Wungu Banjeng
Jembatan Lengkung
Di desa ini terdapat bangunan peninggalan masa Perang Dunia II berupa jembatan lengkung yang sudah berusia sekitar setengah abad lebih. Yaitu Jembatan sepanjang 250 meter yang membelah Sungai Serayu yang mulai dibangun Belanda pada 1938. Namun, pada 1942, ketika Jepang datang, jembatan tersebut dihancurkan. Pada 1946, Soekarno merancang desainnya sekaligus dan membangun kembali jembatan tersebut. Jika musim kemarau bekas jembatan yg runtuh tersebut akan terlihat di bawah jembatan. Ada nilai filosofis yang terkandung dalam jembatan tersebut yaitu di jembatantersebut ada lima lengkung yang berarti adalah lima sila Pancasila. Beberapa bagian jembatan yang kini sudah tidak dipakai tersebut juga pernah runtuh pada 26 Juni 2011[1].
Referensi
www.paguyubanwargadesacindaga.wordpress.com