Efek Tyndall

Fenomena optik
Revisi sejak 5 Desember 2018 23.25 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)


Efek Tyndall adalah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.

Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi tidak akan tampak. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.[1]

Sejarah Penemuan Efek tyndall

John Tyndall adalah penemu efek Tyndall. John Tyndall adalah seorang ilmuwan fisika dari Irlandia yang lahir pada tanggal 2 Agustus 1820. Dari keluarga kurang berada namun sangat perduli dan memandang penting ilmu pengetahuan dan pendidikan. Setelah lulus sekolah, John Tyndall bekerja sebagai surveyor, setelah beberapa waktu kemudian akhirnya iya berganti profesi jadi profesor.

Sekitar tahun 1859, Tyndall mulai meneliti radiasi panas uap air yang membentuk awan, ozon, hidrokarbon, dan gas CO2. Dengan spectrofotometer rakitannya, ia mengukur daya serap gas-gas di udara. Dari hasil penelitiannya Tyndall menemukan fakta bahwa ozon, hidrokarbon, dan karbondioksida menyerap panas lebih banyak dibandingkan gas lainnya. Namun yang terbesar dari semuanya itu adalah uap air yang menyelimuti bumi. Melalui penelitian ini Tyndall menemukan gejala penghamburan sinar oleh partikel koloid yang kemudian di kenal dengan efek Tyndall. Pada peristiwa efek rumah kaca dan pada fenomena langit berwarna juga dapat ditelaah penyebabnya dari efek tyndall tersebut.

Efek rumah kaca yang menyebabkan bumi makin lama makin panas. Itu merupakan suatu hal yang mengerikan buat kita yang hidup di bumi. Tetapi di satu sisi sebenarnya efek rumah kaca ini yang membuat kita terus hidup. Menurut hasil pengukuran spectrofotometer Tyndall, gas-gas yang berada di atmosfer memiliki kemampuan berbeda dalam menyerap panas. Gas-gas yang memiliki daya serap panas yang tinggi disebut gas-gas rumah kaca, karena menyelubungi kita, menyimpan dan menyegel panas sehingga kita tetap hangat pada malam hari.

Efek Tyndall juga dapat menerangkan mengapa langit pada siang hari berwarna biru, sedangkan ketika matahari terbenam di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal tersebut dikarenakan penghamburan cahaya matahari oleh partikel-partikel koloid di angkasa, dan tidak semua frekuensi sinar matahari dihamburkan dengan intensitas yang sama. Hal inilah yang menjelaskan apa yang terjadi pada warna-warna pelangi.

John Tyndall meninggal pada 4 Desember 1893 pada usia 73 tahun karena kecelakaan overdosis obat.[2]

Efek tyndall dalam kehidupan sehari-hari

  • Di bioskop, jika ada asap mengepul maka cahaya proyektor akan terlihat lebih terang.
  • Di daerah berkabut, sorot lampu mobil terlihat lebih jelas
  • Dan pada suatu hari apabila langit mendung, cahaya matahari yang melalui lapisan awan tebal, menyebabkan cahaya bertaburan ke atas tanah. Ini tidak menunjukkan Tyndall Efek kerana titisan awan yang lebih besar daripada panjang gelombang cahaya dan hamburkan semua warna lebih kurang sama. Dan pada suatu hari apabila langit awan cerah, warna langit adalah biru akibat penyebaran cahaya, ini tidak dipanggil penyebaran Tyndall Efek (sebaliknya ia adalah Rayleigh Efek) kerana zarah yang berselerak adalah molekul di udara, yang lebih lebih kecil daripada panjang gelombang cahaya. [5] Pada kesempatan, terma Tyndall Efek digunakan secara salah untuk penyebaran cahaya oleh (makroskopik) zarah habuk dalam jumlah yang besar dalam udara.

Referensi

[1]

http://en.wiki-indonesia.club/wiki/Tyndall_effect

  1. ^ http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-sifat-koloid-2/
  2. ^ http://www.kamusq.com/2013/05/john-tyndall-penemu-efek-tyndall.html