Makaka jepang

Spesies monyet
Revisi sejak 13 Desember 2018 14.29 oleh Tkkkdx (bicara | kontrib)
Monyet jepang[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
M. fuscata
Nama binomial
Macaca fuscata
Blyth, 1875[3]
Subspesies

Macaca fuscata fuscata
Macaca fuscata yakui

Persebaran monyet jepang

Monyet jepang (Macaca fuscata) adalah salah satu spesies monyet dari familia Cercopithecidae yang endemik di Jepang. Monyet ini sering disebut monyet salju karena hidup di tengah kawasan bersalju.

Monyet jepang terdiri dari dua subspesies:

  • Macaca fuscata fuscata
  • Macaca fuscata yakui (Monyet yakushima).[1]

Identifikasi

Ukuran tubuh berkisar antara 50–60 cm, dengan ukuran tubuh terbesar mencapai 1,3 m. Jantan beratnya antara 10 kg hingga 14 kg, sedangkan betina berukuran tubuh lebih kecil, sekitar 5,5 kg. Dibandingkan spesies lain dari genus Macaca, monyet jepang memiliki ekor yang sangat pendek sekitar 10 cm. Ciri khas monyet jepang adalah kulit bagian wajah dan pantat yang berwarna merah. Sebaliknya, kulit kaki dan tangan berwarna hitam.

Habitat dan kebiasaan

Monyet jepang adalah hewan hewan siang (diurnal) yang hidup di dalam hutan. Habitatnya di hutan subtropis, hutan subelfin, hutan musim, dan hutan selalu hijau yang berada di bawah ketinggian 1.500 m. Makanan berupa daun-daunan, biji-bijian, akar-akaran, tunas pohon, buah-buahan, serangga, buah beri, hewan invertebrata, jamur, telur burung, kulit pohon, dan serealia.

 
Monyet jepang berkunjung setiap musim dingin ke Jigokudani, Prefektur Nagano untuk berendam di pemandian air panas.

Selain manusia, monyet jepang adalah primata satu-satunya yang hidup di belahan bumi paling utara. Suhu musim dingin di daerah pegunungan Pulau Honshu bisa jatuh hingga di bawah -15 °C. Kebiasaan monyet Jepang berendam di pemandian air panas untuk menghangatkan diri sering diliput media massa.

Habitat monyet jepang di Pulau Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Monyet jepang tersebar mulai dari Tanjung Shimonokita yang terletak di bagian paling utara Pulau Honshu hingga Pulau Yakushima di selatan Kyushu. Di Jepang terdapat enam kawasan yang ditetapkan sebagai suaka margasatwa monyet jepang:

Perilaku sosial dan reproduksi

Monyet jepang hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 20 hingga 100 ekor yang dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan kekerabatan sejumlah betina (matrilineal) bersama beberapa pejantan. Secara rata-rata, perbandingan betina dan jantan adalah 3:1. Di antara monyet betina terdapat hierarki yang ketat. Anak berkelamin betina mewariskan peran dan kedudukan ibu dalam kelompok. Sebaliknya, pejantan cenderung hidup berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain.

Sepanjang musim kawin, betina melakukan kopulasi dengan rata-rata 10 pejantan. Walaupun demikian, hanya sepertiga dari 10 pejantan yang berhasil ejakulasi. Betina hanya bunting selama musim kawin, walaupun hubungan antara jantan-betina terus berlangsung sepanjang tahun. Masa bunting adalah 173 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor. Berat bayi ketika dilahirkan sekitar 500 gram. Usia harapan hidup monyet jepang rata-rata 30 tahun.

Selain manusia dan rakun, monyet jepang adalah satu-satunya hewan yang mencuci makanannya sebelum dimakan. Hasil penelitian juga mengungkap kelompok monyet jepang yang hidup terpisah beberapa ratus kilometer memiliki tinggi nada suara yang berbeda seperti halnya dialek dalam bahasa manusia. Teriakan monyet pulau yakushima (Macaca fuscata yakui) memiliki nada sekitar 110 hertz lebih tinggi dibanding suara monyet yang dibawa ke Prefektur Aichi.[4]

Referensi

  1. ^ a b Groves, C.P. (2005). Wilson, D.E.; Reeder, D.M., ed. Mammal Species of the World: A Taxonomic and Geographic Reference (edisi ke-3). Baltimore: Johns Hopkins University Press. hlm. 162. ISBN 0-801-88221-4. OCLC 62265494. 
  2. ^ Watanabe, K & tokita, K. (2008). "Macaca fuscata". IUCN Red List of Threatened Species. Version 2008. International Union for Conservation of Nature. Diakses tanggal 4 January 2009. 
  3. ^ Blyth, Edward (1875). "Catalogue of the Mammals and Birds of Burma". The Journal of the Asiatic Society of Bengal (II. Extra Number): 6. 
  4. ^ "Kera Juga Punya Dialek". Kompas. 29 November 2005. Diakses tanggal 6 Januari. 

Daftar pustaka

  • Tachibana Takashi. (1996). Sarugaku no genzai. Tokyo: Bungeishunjū.
  • Miyaji Denzaburō. (1996). Saru no hanashi. Tokyo: Iwanami Shoten.

Pranala luar