Indonesia AirAsia Penerbangan 8501

Pesawat yang terlibat kecelakaan
Revisi sejak 19 Desember 2018 07.59 oleh AABot (bicara | kontrib) (Bot: Penggantian teks otomatis (-duka cita +dukacita))

Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 (nomor penerbangan: QZ8501/AWQ8501) (sering disebut dengan Tragedi AirAsia QZ8501) adalah pesawat Airbus A320 milik Indonesia AirAsia (grup AirAsia) yang dinyatakan hilang kontak di sekitar Laut Jawa dekat Selat Karimata pada saat terbang dari Surabaya, Indonesia menuju Singapura pada tanggal 28 Desember 2014.[3] dengan 155 penumpang dan 7 orang kru di dalam pesawat.[4] Pada 30 Desember 2014, puing-puing pesawat ini telah ditemukan mengapung di Laut Jawa[5][6]. Tubuh manusia juga ditemukan bersamaan dengan penemuan puing pesawat yang berjumlah 162 orang dinyatakan tewas.

Indonesia AirAsia Penerbangan 8501
PK-AXC, pesawat yang terlibat dalam kecelakaan ini, difoto pada tahun 2014 di Bandar Udara Internasional Changi
Ringkasan kecelakaan
Tanggal28 Desember 2014 (2014-12-28)
RingkasanKerusakan ekor belakang (rudder) yang diperburuk dengan kesalahan pilot (pilot error)
LokasiSelat Karimata antara pantai bagian sebelah timur dari Pulau Belitung sampai dengan pantai bagian barat Pulau Kalimantan.[1]
3°22′15″S 109°41′28″E / 3.3708°S 109.6911°E / -3.3708; 109.6911[2]
Penumpang155
Awak7
Tewas162
Selamat0
Jenis pesawatAirbus A320-200
OperatorIndonesia AirAsia
RegistrasiPK-AXC
AsalBandar Udara Internasional Juanda, Surabaya, Indonesia
TujuanBandar Udara Internasional Changi Singapura

Pada tanggal 20 Januari 2015, dilaporkan bahwa QZ8501 mengalami stall, yakni keadaan di mana pesawat kehilangan daya angkat yang pada umumnya disebabkan oleh tingginya hidung pesawat. Pada tanggal 1 Desember 2015, hampir setahun persis tragedi QZ8501, Komite Nasional Keselamatan Transportasi akhirnya mengumumkan hasil akhir investigasi, yang menyatakan bahwa bagian rudder-travel-limiter pada bagian ekor pesawat mengalami kerusakan, dan kemudian ditanggapi oleh pilot dengan kesalahan yang fatal. Miskomunikasi antar pilot dan kopilot yang berlanjut akhirnya menyebabkan pesawat terjatuh.

Tragedi QZ8501 merupakan tragedi penerbangan terburuk kedua dalam sejarah Indonesia, setelah Garuda Indonesia Penerbangan 152, kecelakaan Garuda di Medan pada tahun 1997 yang menewaskan 234 orang. Tragedi QZ8501 juga merupakan kecelakaan pesawat terburuk ketiga di dunia pada tahun 2014, setelah Malaysia Airlines Penerbangan 17 dan Malaysia Airlines Penerbangan 370. Ini merupakan kecelakaan terburuk kedua yang menggunakan Airbus A320, setelah TAM Linhas Aéreas Penerbangan 3054 dan kecelakaan ketiga terburuk dalam keluarga A320, di bawah TAM 3054 dan Kogalymavia Penerbangan 9268.

Kronologi

Menurut pernyataan AirAsia, kehilangan kontak terjadi pada pukul 07.24 WIB.[7] Namun demikian, beberapa laporan dari otoritas penerbangan Indonesia menyatakan bahwa kehilangan kontak terjadi lebih awal, yaitu 06.17 WIB.[8] Pesawat ini lepas landas dari Bandar Udara Internasional Juanda pada pukul 05.35 Waktu Indonesia Barat (UTC+7) dan dijadwalkan untuk mendarat pada pukul 08.30 WSS (UTC+8).[9] Pesawat itu berada di bawah kontrol lalu lintas udara Indonesia ketika diminta untuk menyimpang dari jalur penerbangan aslinya karena kondisi cuaca yang buruk.[10] Pilot meminta izin naik ke ketinggian 38.000 kaki (11.600 m)* untuk menghindari awan tebal kumulonimbus,[11] tetapi ketinggian final yang ditunjukkan transponder dan disimpan oleh Flightradar24 adalah 32.000 ft (9.750 m).[9] Pesawat kehilangan kontak dengan pengatur lalu lintas udara pada pukul 07:24 waktu setempat saat terbang di atas Laut Jawa antara Kalimantan dan Jawa,[4] masih di bawah Kontrol Lalu Lintas Udara Indonesia, pada ketinggian jelajah dan kecepatan normal.[12] Analisis cuaca mengungkapkan bahwa pesawat ini melintasi sebuah sel badai beberapa menit sebelum hilang.[13]

Kementerian Perhubungan Indonesia mengatakan bahwa pesawat yang hilang tersebut tidak mengirimkan sinyal darurat.[14][15]

Jalur terbang Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 (QZ8501/AWQ8501); kontak terakhir dan daerah penemuan puing-puing di sebelah kiri; gambar kanan adalah foto satelit (diambil pada pukul 7:32 WIB) dengan jalur terbang ditumpangkan di atasnya. Pada gambar dengan "warna palsu" serta pita uap air ini warna biru melambangkan suhu yang lebih panas, sedangkan warna merah dan akhirnya hitam melambangkan naungan awan di lapisan tinggi yang dingin.

Garis waktu kehilangan

Selang (HH:MM) Waktu Kejadian
UTC Waktu Indonesia Barat
UTC+7
Waktu Standar Singapura
UTC+8
00.00 27 Desember 28 Desember Lepas landas dari Bandar Udara Internasional Juanda[9]
22.35 05.35 06.35
00.42 23.17 06.17 07.17 Pesawat hilang dari radar pengawas lalu lintas udara Indonesia menurut Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia[8]
01.49 28 Desember 07:24 08.24 Pesawat hilang kontak dengan pengawas lalu lintas udara Indonesia menurut AirAsia[7][8]
00:.24
01.55 00.30 07.30 08.30 (Dijadwalkan tiba di Bandar Udara Changi Singapura)[9]

Pesawat

Pesawat yang terlibat kecelakaan ini adalah Airbus A320-216,[a] dengan nomor seri 3648 dan kode registrasi PK-AXC. Pesawat ini terbang perdana pada tanggal 25 September 2008, dan dikirimkan ke AirAsia tanggal 15 Oktober 2008. Pesawat tersebut terakhir kali menjalani perawatan pada 16 November 2014.[7] Airbus A320-216 milik AirAsia dilengkapi dengan dua mesin CFM International CFM56-5B6 dan dirancang untuk mengangkut 180 penumpang.[16]

Penumpang dan kru

Penumpang dan kru menurut kewarganegaraan[17]
Negara No.
  Indonesia[b] 155
  Korea Selatan 3
  Perancis[c] 1
  Malaysia 1
  Singapura 1
  Britania Raya 1
Total 162

AirAsia merilis daftar 162 penumpang dan kru pesawat, di antaranya 144 dewasa, 17 anak-anak, dan satu balita.[18]

Pilot yang berada di dalam pesawat tersebut adalah:[19]

  • Kapten Iriyanto,[d], umur 53 tahun, berkebangsaan Indonesia, sudah memiliki 20.537 jam terbang dan sekitar 6.100 jam terbang dengan Indonesia AirAsia pesawat Airbus A320. Ia tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur. Iriyanto memulai kariernya pada Angkatan Udara Republik Indonesia, lulus dari sekolah pilot pada 1983 dan menerbangkan pesawat F-5 dan F-16. Ia keluar dari Angkatan Udara pada pertengahan 1990-an untuk bergabung dengan Adam Air, dan kemudian bekerja pada Merpati Nusantara Airlines dan Sriwijaya Air sebelum bergabung dengan Indonesia AirAsia.[20]
  • First Officer Rémi Emmanuel Plesel, berkebangsaan Perancis, sudah memiliki 2.275 jam terbang dengan Indonesia AirAsia.[18] Ia berasal dari Le Marigot, Martinique,[21] dan belajar dan bekerja di Paris. Ia tinggal di Indonesia.[22]
  • 41 penumpang penerbangan Air Asia adalah anggota jemaat gereja.[butuh rujukan]
  • Sebagian besar keluarga dengan anak-anak berlibur ke Singapura untuk merayakan libur tahun baru.[butuh rujukan]

Pencarian

Setelah insiden itu, dengan segera ada laporan awal yang belum dikonfirmasikan yang menunjukkan bahwa penerbangan AirAsia 8501 jatuh di Pulau Belitung, Indonesia. Operasi pencarian dan penyelamatan telah berlangsung di bawah arahan Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia.[7][23][24][25][26]

Badan SAR Nasional   Indonesia mengerahkan tujuh kapal dan dua helikopter untuk menyisir pesisir Belitung dan Kalimantan.[27] Angkatan Laut Indonesia dan Polisi Air dan Udara Indonesia ikut mengirimkan tim pencari dan penyelamat.[28] Selain itu, sebuah pesawat pengintai Boeing 737 milik Angkatan Udara Indonesia diterbangkan ke lokasi terakhir pesawat.[29]

Angkatan Laut Indonesia mengkonfirmasikan bahwa mereka telah mengirimkan empat kapal pada akhir hari pertama pencarian, untuk bergabung dengan upaya pencarian awal. Selanjutnya sebuah pesawat CASA/IPTN CN-235 dari Angkatan Udara Indonesia juga bergabung dalam upaya ini.[30] Pasukan TNI Angkatan Darat juga dikerahkan untuk mencari di pesisir pantai dan pegunungan pulau.[31] Selain kapal pemerintah, nelayan setempat juga ikut dalam pencarian.

Operasi pencarian dan penyelamatan telah berlangsung di bawah bimbingan Otoritas Penerbangan Sipil Indonesia.[7][32] Pencarian dihentikan pada jam 19.45 waktu setempat pada 28 Desember karena sudah gelap dan cuaca buruk, yang akan dilanjutkan pada besok hari.[33] Sebuah operasi pusat untuk mengkoordinasikan upaya pencarian didirikan di Pangkal Pinang.[34] Daerah pencarian adalah 270 mil laut radius dekat Pulau Belitung.[35]

  Singapore Rescue Coordination Centre (RCC), atas pimpinan Civil Aviation Authority of Singapore (CAAS) dan dukungan dari berbagai lembaga, termasuk Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF), juga mengirimkan sebuah pesawat C-130 Hercules untuk membantu misi pencarian dan penyelamatan.[36] Seorang petugas dari Singapura akan dikerahkan ke Jakarta untuk berkoordinasi dengan pemerintah Indonesia pada operasi pencarian, dan dua lagi pesawat C-130 Hercules akan digunakan untuk hari kedua operasi pencarian dan penyelamatan.[37]

  Malaysia telah mendirikan pusat koordinasi penyelamatan di Subang dan mengirimkan tiga kapal militer dan tiga pesawat, termasuk satu C-130 Hercules, untuk membantu operasi pencarian dan penyelamatan.[38][39][40]

  Australia telah mengerahkan P-3 Orion untuk membantu dalam operasi pencarian dan penyelamatan.[41]

  India telah menyiagakan tiga kapal dan pesawat pengintai maritim untuk membantu operasi pencarian. Angkatan Laut India mengatakan bahwa India telah mengerahkan satu kapal di Teluk Benggala dan dua lagi di Laut Andaman yang disiapkan untuk memberikan bantuan. Kemudian India juga telah menyiapkan sebuah pesawat Boeing P-8I yang disiagakan untuk melakukan pencarian pesawat.[42]

Pada tanggal 29 Desember 2014, Kepala Badan SAR Nasional Bambang Soelistyo mengatakan bahwa pemerintah Indonesia yakin bahwa pesawat AirAsia jatuh di dasar laut, berdasarkan data radar dari kontak terakhir pesawat.[43][44].

Pada 30 Desember 2014, Badan SAR Nasional (Basarnas) mengkonfirmasi telah menemukan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 dan jenazah penumpang. Salah satu jenazah yang ditemukan dalam posisi telungkup mengenakan baju putih celana hitam, sementara 3-4 jenazah berjejeran dan terlihat sedang bergandengan.[45] Temuan ini berpusat di Laut Jawa, dekat dengan Selat Karimata[46]. Kepala Badan SAR Nasional Bambang Soelistyo mengatakan, tim SAR dengan pesawat C295 TNI AU dan Hercules C-130 menemukan sejumlah serpihan di Selat Karimata yang dekat dengan Laut Jawa. Serpihan-serpihan itu antara lain ditemukan di titik koordinat 03°46'50" LS, 110°29'27" BT dan 08°50'43" LS, 110°29'21,8" BT. Salah satu serpihan yang ditemukan adalah lempengan logam dan pintu darurat keluar (emegency exit door), serpihan tersebut sudah dievakuasi ke KRI Bung Tomo[47].

Dalam tahap pencarian lanjutan tangal 2 Januari 2015, tiga jenazah yang ditemukan berhasil diidentifikasi oleh Tim Disaster and Victim Identification (DVI) Jawa Timur dan dikonfirmasi langsung oleh Kepala Tim, Komisaris Besar Budiyono[48]. Ketiga jenazah teridentifikasi bernama lengkap Grayson Herbert Linaksita, Khairunisa Haidar Fauzi, dan Kevin Alexander Soetjipto. Sebelumnya, pada tanggal 1 Januari 2015, juga sudah dikonfirmasi satu jenazah korban yang bernama Hayati Lutfiah Hamid[49].

Sehari berikutnya, tanggal 3 Januari 2015, dua jenazah berhasil diidentifikasi atas nama The Meiji Thejakusuma dan Hendra Gunawan Syawal[50]. Lalu, tanggal 4 Januari 2015, tiga jenazah berhasil diidentifikasi atas nama Wismoyo Ari Prambudi, Jie Stevie Gunawan, dan Juanita Limantara[51].

Pada 7 Januari 2015, atau 11 hari setelah kecelakaan, bagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan oleh tim penyelam dari Kapal MGS GeoSurvey[52]. Ekor pesawat tersebut berada pada kedalaman kurang lebih 35 meter di titik koordinat 03.36.31 lintang selatan dan 109.41.66 bujur timur[53]. Selanjutnya pada 10 Januari 2015, Ekor pesawat tersebut dapat diangkat, tetapi ekor tempat black box kosong dan dipastikan, black box lepas dari tempatnya[54]. Pencarian dilanjutkan untuk menemukan Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR). Berdasarkan sinyal ping yang diterima KN Jadayat, posisi black box diketahui di koordinat 03˚ 37' 21" S dan 109˚ 42' 42". Penyelaman pertama oleh TNI-AL, Serda Rajab Suwarno yang membawa pinger detector bersama Kapten Saiful, Pelda Bambang[55], dan KLK navigasi Edi Susanto dilakukan pada 12 Januari 2015. Tepat pada pukul 07.12 WIB, mereka berhasil mengangkat FDR ke permukaan dari kedalaman sekitar 35 meter. Esoknya pada 13 Januari 2015, dilakukan penyelaman kedua, Serda Rajab kembali menyelam bersama Letnan Aang dan Sertu Widodo. Akhirnya CVR ditemukan di antara tumpukan pasir dan lumpur sekitar 20 meter dari penemuan FDR. Pada pukul 07.13 WIB, CVR berhasil diangkat[56].

Pada 14 Januari 2015, badan pesawat berhasil ditemukan oleh ROV (Robotic Operated Vihacle) dari RSS MV SWIFT Rescue kapal Singapura yang ikut dalam pencarian. Foto-foto dari ROV segera dipublikasikan oleh Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen di akun facebooknya[57] Badan pesawat tersebut ditemukan sekitar 3000 meter dari lokasi ekor. Setelah mendapatkan lokasinya, KRI Banda Aceh segera bergerak menuju perairan Karimata. Sebelumnya mereka menambah tim penyelam hingga 83 orang penyelam, untuk mempercepat proses pencarian dan pengangkatan[58].

Pada 27 Februari, tim penyelamat berhasil menemukan potongan besar badan pesawat berserta sayap dari A320. Tim penyelamat mencoba mengangkat potongan badan pesawat dari dasar laut menggunakan balon. Namun, usaha pertama gagal karena sebagian balon mengempis. Pada Maret 2015, seluruh potongan badan pesawat berhasil diangkat dari dasar laut. Di antara puing-puing tersebut, tim penyelamat menemukan potongan tulang jenazah para korban serta ponsel dan barang-barang pribadi milik mereka.

Investigasi

Investigasi kecelakaan dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Data dari Flight Data Recorder berhasil di download. Percakapan Kokpit berdurasi 124 menit berhasil di ekstrak dari perekam suara kokpit. Suara Alarm dari sistem penerbangan terdengar di menit terakhir. Para tim peneliti membantah telah terjadi serangan teroris sebagai penyebab kecelakaan. Mereka akan memeriksa kemungkinan kesalahan manusia atau kerusakan pesawat. Ketinggian pesawat di rekam oleh Radar ATC mengalami kenaikan dari 32.000 ft (9,750 m) ke 37.000 ft (11.300 m) di antara 06:17:00 dan 06:17:54 Wib, pada tingkat awal hingga 6.000 ft/menit (1.830 m/menit). Pada pukul 06:17:54 Wib pesawat turun dari 37.000 ft (11,300 m) ke 36.000 ft (11.000 m) dalam 6 detik, dan ke 29.000 ft (8,840 m) dalam 31 detik.

Kerusakan pada Flight Augmentation Computer (FAC) menjadi penyebab Kapten pilot melakukan " sangat tidak biasa " memutuskan data perjalanan pada FAC, melakukan penurunan kekuatan sebelum penerbangan berakhir. Kapten pilot meninggalkan tempat duduknya untuk mengakses panel yang putus di belakang, ko pilot yang mengendalikan pesawat pada saat itu. FAC adalah bagian dari sistem Fly-bye-wire di pesawat A320 yang bertanggung jawab untuk kontrol kemudi. Ini telah menjadi subjek permasalahan pemeliharaan pada penerbangan sebelumnya. Kondisi hidung pesawat yang menanjak secara tiba-tiba , mungkin karena kegagalan kopilot yang untuk merespon perubahan mendadak dalam kontrok karateristik karena FAC mati, yang mana kehilangan proteksi terhadap input kontrol yang melebihi batas Aerodinamis.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa cuaca buruk menjadi faktor utama memicu kecelakaan. Terutama fenomena cuaca Atmosfer icing atau Awan cumulonimbus " yang dapat menyebabkan kerusakan mesin karena proses pendinginan ".

Direktur Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo jelas menyatakan bahwa penyelidikan dari rute penerbangan dan investigasi kecelakaan sendiri terpisah. Murjatmodjo mengatakan bahwa "AirAsia jelas salah karena mereka tidak terbang pada waktu dan jadwal yang sudah ditentukan". Kedua otoritas penerbangan sipil Singapura dan Changi Airport Group menyatakan bahwa Air Asia diizinkan memiliki penerbangan harian antara Surabaya dan Singapura. Tatang Kurniadi, kepala komite keselamatan transportasi nasional Indonesia menyatakan bahwa sabotase itu dikesampingkan sebagai penyebab insiden dari mempelajari kotak hitam dan laporan awal itu seharusnya disampaikan kepada Organisasi Civial Aviation International pada awal Februari. Analisis penuh mungkin butuh satu tahun. Hasil Final Investigasi Oleh KNKT akan diumumkan pada 25 November 2015.[3]

Hasil akhir dan kronologi jatuhnya pesawat

Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengumumkan hasil akhir investigasi pada tanggal 1 Desember 2015. Pada laporan tersebut, dinyatakan bahwa penyebab pesawat nahas tersebut jatuh ialah karena adanya kerusakan pada bagian rudder-travel-limiter (FAC) bagian pesawat yang membatasi gerakan rudder di ekor pesawat yang dihasilkan akibat adanya keretakan kecil di bagian solder, sehingga solder tidak menghantarkan listrik dengan benar, dan diperparah oleh tindakan tidak benar dari pilot. Miskomunikasi di antara kedua pilot justru memperparah keadaan, dan menyebabkan pesawat tersebut jatuh ke Laut Jawa dengan 162 orang di dalamnya. Hasil akhir itu juga menyatakan bahwa pesawat tersebut telah mengalami masalah kerusakan sebanyak 23 kali dan tidak terdeteksi oleh teknisi AirAsia.[59]

Berdasarkan laporan hasil akhir, dua hari sebelum kecelakaan, pada hari Natal 2014, Pilot Iriyanto sedang menjalani penerbangan dari Surabaya ke Kuala Lumpur di mana terdapat peringatan mengenai kerusakan FAC, sehingga ia pun memanggil teknisi dari bandara untuk membenarkannya. Sang teknisi kemudian mencabut paksa kabel-kabel FAC, dan peringatan tersebut tidak muncul kembali. Teknisi keluar, dan pesawat mulai akan take-off. Namun, tidak berselang lama, peringatan tersebut muncul kembali. Alhasil, Iriyanto mengembalikan pesawat tersebut ke terminal. Sang teknisi kembali. FAC tersebut kemudian diganti (tanpa sepengetahuan Iriyanto) dan FAC bekerja normal. Iriyanto puas dengan hasil akhirnya, dan menerbangkannya ke Kuala Lumpur[59]

Berikut ini merupakan kronologi jatuhnya QZ8501 berdasarkan hasil akhir KNKT (catatan: kalimat yang ditebalkan ialah kalimat penting):

Pesawat Indonesia AirAsia Penerbangan 8501 (kode nama: Wagon Air 8501) menggunakan sebuah Airbus A320 terbang pada hari Minggu, 28 Desember 2014 dengan 155 penumpang dan 7 awak pesawat dengan tujuan ke Bandar Udara Internasional Changi di Singapura dengan Ko-pilot Remi Emmanuel Plesel sebagai Pilot Flying (Pilot yang menerbangkan pesawat) dan Kapten Iriyanto sebagai Pilot MonitoringP(Pilot yang mengawasi pilot penerbang). Pesawat tersebut dijadwalkan akan mendarat di landasan pada jam 09:30 WIB. Proses take-off dan cruising pesawat tersebut berjalan lancar. Namun, secara tiba-tiba, sebuah peringatan pertama kerusakan FAC muncul di layar komputer kokpit. Pada saat ini pilot hanya menekan tombol FAC untuk memperbaiki peringatan tersebut. Peringatan tersebut hilang. Namun, peringatan kedua tiba-tiba muncul, dan pilot kembali menekan tombol. Hal ini terus berlangsung hingga peringatan kelima, di mana dalam setiap peringatan jeda waktu diantaranya semakin pendek. Pada saat peringatan keenam, Pilot Iriyato (walaupun KNKT tidak mengatakan sebenarnya siapa yang meninggalkan kursi) teringat bahwa kejadian ini persis seperti yang terjadi pada hari Natal kemarin, dan untuk menghilangkan peringatan, ia harus mencabut FAC pesawat.,[59]

Pilot Iriyanto pergi meninggalkan kursi dan pergi ke belakang untuk mencabut FAC. FAC (Flight Augmentation Control) kemudian tercabut. Pada saat ini, seluruh sitem proteksi pesawat yang membuat pesawat aman, mati, termasuk autothrust dan autopilot, serta membuat "aturan" pesawat berubah dari "aturan normal" menjadi "aturan alternatif". Setelah sistem proteksi Airbus tersebut mati, pesawat kemudian berguling ke kiri selama 9 detik sampai 54 derajat tanpa ada kontrol dari kedua pilot. Ko-pilot Plesel, yang kemungkinan besar kaget karena tidak menyadari pesawat telah berguling, menyadari hal tersebut dan langsung menggulingkan pesawat ke kanan hingga hanya dalam 2 detik, menjadi 9 derajat di bagian kiri. Hal ini membuat Kapten Iriyanto kaget hingga mengucapkan "Ya Tuhan!". Ia juga membuat hidung pesawat naik dengan menarik tuas kemudi sehingga pesawat menambah ketinggian. Inilah yang menyebabkan pesawat naik dari 32.000 kaki menjadi 38.000 kaki, bukan akibat cuaca. Kenaikan hidung pesawat naik hingga 9 derajat, dan membuat peringatan stall berbunyi hanya untuk satu detik, kemudian berhenti. Plesel, panik, tidak menyadari bahwa ia terus menaikkan hidung pesawat, sehingga pesawat terus naik hingga 38.200 kaki. Iriyanto mengatakan "level..level" yang mungkin dimaksudkan untuk membuat hidung pesawat datar dan tidak naik. Namun, akibat tidak adanya perintah tersebut di manual, Plesel menjadi bingung, dan malah mendatarkan sayap pesawat. Iriyanto ingin membenarkan keadaan, namun ia mengatakan "pull down..pull down"dkepada Plesel. Ia mungkin bermaksud untuk mengatakan push down, diakibatkan bila mendorong tuas maka hidung akan turun. Namun, dikarenakan ia mengatakan "PULL DOWN", Plesel melakukan apa yang diperintahkan Iriyanto, "PULL" (menarik tuas agar hidung naik). Alhasil, hidung pesawat mencapai tingkat maksimum. Paat ini, pesawat melambat dan mencapai ketinggian 38.200 kaki. Pesawat tersebut kemudian mengalami stall (kehilangan daya angkat). Peringatan stall berbunyi, kemudian berhenti, dan menyala seterusnya hingga akhir rekaman. Pesawat tersebut kemudian "marah", dan berguling hingga atap kabin sempat menjadi lantai kabin, pesawat berguling hampir 180 derajat kekiri. Iriyanto kaget hingga mengatakan "Ya Tuhan!" dan Plesel bingung hingga mengatakan Qu'est-ce qui ne va pas?! (Apa yang salah?!). Pesawat tetap stall hidung pesawat tetap naik, hal ini diakibatkan oleh tuas Plesel yang selalu ditarik. Iriyanto kemudian mendorong tuas miliknya, berharap agar pesawat tidak mengalami stall kembali. Namun, karena Plesel sudah terlebih dahulu menarik tuas miliknya, hal ini menciptakan dual input, di mana dua buah perintah dari kedua tuas terjadi, sehingga tuas yang baru memerintah diabaikan daripada tuas yang memerintah lebih dulu. Iriyanto kemudian menyuruh Plesel agar mendatarkan hidung pesawat, namun dengan menggunakan kembali panggilan perintah yang salah , "PULL DOWN" . Akibat ini, terjadi miskomunikasi dan Plesel tetap menarik tuasnya hingga akhir rekaman.[59]

Secara mengejutkan, pesawat tersebut sempat datar sebelum menghantam Laut Jawa. Namun, pesawat tetap mengalami stall, membunuh seluruh 162 orang di pesawat tersebut. Salah satu petugas KNKT menyatakan "Inilah yang terjadi apabila pilot menjadi terlalu kreatif dalam menangani suatu keadaan darurat pesawat".[59]

Reaksi

Berkas:QZ8501 secondary radar image.jpg
Gambar radar sekunder menunjukkan Penerbangan 8501 (dilingkari kuning) pada ketinggian 36.300 kaki (11.100 m) dan memanjat, dengan kecepatan gerak 353 kn (654 km/jam; 406 mph).

Indonesia AirAsia, pasca kehilangan salah satu pesawatnya, menghitamkan logonya di situs web dan media sosial sebagai respon atas musibah ini.[60][61] Nomor telepon darurat juga disediakan oleh maskapai ini kepada keluarga dan kerabat penumpang pesawat.[7] Sementara itu, CEO AirAsia Tony Fernandes langsung terbang ke Surabaya setelah menerima informasi tentang kejadian tersebut.[62] Ia juga sempat memberi pernyataan pribadinya lewat media sosial Twitter.[63] Dalam jumpa pers di Bandara Juanda, ia mengaku sangat terpukul atas kejadian ini.[64] Namun, ia menyatakan bahwa kejadian tersebut tidak mempengaruhi aktivitas penerbangan miliknya.[65]

Sebuah pusat informasi darurat didirikan di Bandar Udara Internasional Juanda dan memberi informasi terbaru secara berkala serta penginapan bagi kerabat penumpang.[66]

Presiden Indonesia Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja di Papua dan Papua Barat menyatakan ikut prihatin dengan musibah tersebut.[67] Jokowi kemudian menginstruksikan kepada Badan SAR Nasional, Komite Nasional Kesalamatan Transportasi, serta seluruh jajaran, baik Panglima TNI, Kapolri, dan kepala-kepala staf, untuk bersama-sama ikut mencari pesawat tersebut.[68]

Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyatakan dukacitanya atas hilangnya pesawat AirAsia 8501 melalui Twitter: "Saddened to hear of missing flight #QZ8501. My thoughts are with the passengers and their families. - LHL."[69] Dalam cuitan lainnya, Lee juga sempat menelepon presiden Indonesia Joko Widodo untuk ikut melakukan pencarian pesawat tersebut."[70]

Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga merilis tanggapannya lewat Twitter: "Very sad to hear that AirAsia Indonesia QZ8501 is missing. My thoughts are with the families. Malaysia stands ready to help." [71]

Perdana Menteri Australia Tony Abbott menghubungi Presiden Indonesia Joko Widodo dan menawarkan bantuan dalam pencarian pesawat tersebut.[70] Pernyataan yang dirilis setelahnya menyatakan bahwa, "Australia akan melakukan semampunya untuk membantu" dan "Australia telah menempatkan pesawat P-3 Orion dalam posisi siaga untuk membantu operasi pencarian."[72]

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah membangun sebuah peringatan untuk penerbangan Air Asia yang juga berfungsi sebagai monumen untuk keselamatan penerbangan. Deputi Gubernur Kalimantan tengah Achmad Diran juga menyatakan bahwa monumen ini juga akan menjadi simbol rasa syukur dan penghargaan atas upaya Badan SAR Nasional. Upacara peresmian monumen peringatan berlangsung pada 15 April 2015, dan dihadiri oleh pejabat lokal dan negara dan perwakilan dari Australia dan Singapura. Bupati Kotawaringin Barat Ujang Iskandar menyatakan bahwa "Dengan monumen ini, kami berharap bahwa keluarga dan pemerintah akan meletakkan karangan bunga setiap 28 Desember, dan melanjutkan dialog tentang keselamatan penerbangan di Indonesia." Pada tanggal 22 Maret, ada pertemuan orang dekat lokasi kecelakaan dan orang-orang meletakkan bunga di sekitar.[73]

Lihat Pula

Catatan

  1. ^ Pesawat itu adalah model Airbus A320-200; dua angka terakhir "16" menandakan spesifikasi bahwa pesawat itu diperlengkapi dengan mesin CFM International CFM56-5B6.
  2. ^ 149 penumpang dan 6 awak
  3. ^ 1 awak
  4. ^ Namanya hanya terdiri dari satu kata, sebuah praktik umum di Indonesia.

Referensi

  1. ^ KRI Bung Tomo Evakuasi Lebih dari 40 Jenazah Penumpang AirAsia
  2. ^ "Flightradar24 on Twitter". Twitter. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  3. ^ "AirAsia flight QZ8501 loses contact with air traffic control". Reuters. 28 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  4. ^ a b Passenger Plane Goes Missing Over Pacific, ABC News, 27 December, 2014.
  5. ^ Aertikel:"Ini Tiga Benda yang Pastikan Pesawat AirAsia QZ8501 Ditemukan" di Kompas.com
  6. ^ Artikel:"Kronologi Penemuan Puing Pesawat AirAsia QZ8501" di cnnindonesia.com
  7. ^ a b c d e f "[Updated statement] QZ8501". AirAsia Facebook page. 28 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  8. ^ a b c "AirAsia jet with 162 on board goes missing on way to Singapore". CNN International Edition. 28 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  9. ^ a b c d "QZ8501 / Indonesia AirAsia". FlightRadar24. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  10. ^ "AirAsia jet carrying 162 missing on way to Singapore - CNN.com". CNN. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  11. ^ "AirAsia Indonesia flight QZ8501 to Singapore missing". BBC News. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  12. ^ "AirAsia (Indonesia) Flight QZ8501 Incident". Transport Malaysia. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  13. ^ "AirAsia Flight 8501:Preliminary meteorological analysis - Weather Graphics". Weather Graphics. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  14. ^ Nusatya, Chris; Fabi, Randy (28 December 2014). "AirAsia flight carrying 162 people goes missing in Southeast Asia - officials". Reuters. Reuters. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  15. ^ "Live: AirAsia flight from Indonesia to Singapore loses contact with air traffic control". ABC News (Australia). Australian Broadcasting Corporation. 28 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  16. ^ "Seat options". Indonesia AirAsia. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  17. ^ "[Updated statement] QZ8501 (as at 6:54pm, GMT+8)". AirAsia Facebook. 28 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  18. ^ a b AirAsia. "AirAsia Indonesia Flight QZ8501". Diakses tanggal 28 Desember 2014. 
  19. ^ "LIVE BLOG: AirAsia QZ8501 from Indonesia to Singapore missing". Channel NewsAsia. 28 Desember 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  20. ^ "AirAsia flight QZ8501: Pilot Iriyanto was one of military academy's best graduates". Straits Times. Diakses tanggal 31 Desember 2014. 
  21. ^ M. Pf. avec AFP. "Crash d'Air Asia : «Enfant, il voulait être pilote», témoigne la mère de Rémi Plésel" (Archive). Le Parisien. 29 December 2014. Retrieved on 31 December 2014.
  22. ^ "Le copilote de l'avion d'AirAsia disparu entre l'Indonésie et Singapour est un martiniquais" (Archive). Martinique 1ère (FR). 28 Desember 2014. Diakses pada 31 Desember 2014.
  23. ^ "Indonesian portal reports of plane crash in Belitung Timur". Diakses tanggal 28 December 2014. 
  24. ^ "AirAsia flight QZ8501: Last position believed to be between Belitung island and Kalimantan". Diakses tanggal 28 December 2014. 
  25. ^ "BREAKING: AirAsia flight QZ8501 with 162 on board goes missing after take-off". YouTube. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  26. ^ "AirAsia flight QZ8501 with 162 people on board goes missing after takeoff from Indonesia on the way to Singapore, search and rescue underway". National Post. December 27, 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  27. ^ "Basarnas Fokus Cari Pesawat AirAsia di Sekitar Pantai Tanjung Pandan dan Pontianak". Kompas. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  28. ^ "http://www.thejakartapost.com/news/2014/12/28/basarnas-dispatches-vessel-airasia-search-operation.html". The Jakarta Post.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  29. ^ "Cari Pesawat AirAsia, TNI AU Kerahkan Boeing 737 Surveillance". Kompas. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  30. ^ "Empat Kapal Perang TNI Angkatan Laut Dikerahkan Cari AirAsia QZ 8510". Kompas. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  31. ^ "TNI AD Diminta Cari AirAsia QZ 8501 dari Darat Hingga Pegunungan". Kompas. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  32. ^ "AirAsia flight QZ8501 with 162 people on board goes missing after takeoff from Indonesia on the way to Singapore, search and rescue underway". National Post. 27 December 2014. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  33. ^ "Search called off for day 1 due to darkness and bad weather". Asian Correspondent. 29 December 2014. 
  34. ^ "Basarnas Kendalikan Posko Taktis Pencarian AirAsia QZ 8501 di Pangkal Pinang". Kompas. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  35. ^ Sentana, I Made; Raghuvanshi, Gaurav (28 December 2014). "Search for Missing AirAsia Flight 8501 Resumes". Wall Street Journal. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  36. ^ "Media Release". Civil Aviation Authority of Singapore. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  37. ^ "Live updates: AirAsia Flight QZ8501 missing". Today. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  38. ^ "Low Tiong Lai on Twitter". Twitter. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  39. ^ "Low Tiong Lai on Twitter". Twitter. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  40. ^ "QZ8501: Malaysia hantar tiga kapal, satu pesawat dalam operasi SAR". Astro Awani. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  41. ^ Binskin, Mark (29 December 2014). "Mak Binskin – Twitter". Twitter. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  42. ^ "Missing AirAsia Flight QZ8501: India puts 3 ships, plane on standby". The Times of India. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  43. ^ Jethro Mullen, Susanna Capelouto and Catherine E. Shoichet, CNN (28 December 2014). "Official: Missing AirAsia jet likely at bottom of sea - CNN.com". CNN. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  44. ^ "AirAsia missing plane may be at the bottom of the sea". EconomyLead. 
  45. ^ http://news.detik.com/read/2014/12/30/162831/2790270/10/2/8-mayat-terpantau-dari-hercules-4-di-antaranya-bergandengan-tangan
  46. ^ Artikel:"Ini Kronologi Penemuan AirAsia QZ8501" di detik.com
  47. ^ Artikel:"Basarnas Pastikan Lokasi Jatuhnya AirAsia QZ 8501" di detik.com
  48. ^ Artikel: 'Tiga Jenazah Diketahui Identitasnya Sebagai Grayson Herbert, Khairunisa, dan Kevin Alexander'. Diakses tanggal 2 Januari 2015
  49. ^ Artikel: Hayati Lutfiah Hamid Penumpang AirAsia QZ8501 Pertama yang Teridentifkasi DVI. Diakses tanggal 2 Januari 2015
  50. ^ [1]. Diakses tanggal 4 Januari 2015
  51. ^ [2]. Diakses tanggal 4 Januari 2015
  52. ^ Artikel:"Ekor AirAsia QZ8501 Ditemukan, Basarnas Fokus Angkat Black Box" di detik.com
  53. ^ Artikel:"Kisah di Balik 17 Menit Penemuan Ekor QZ8501 dan Tabung yang Kehabisan Oksigen" di Kompas.com
  54. ^ Artikel:"1 Menit yang Mengagetkan Penyelam dalam Penemuan Black Box AirAsia" di detik.com
  55. ^ Artikel:"Ini 3 Prajurit Penyelam TNI AL yang Berhasil Evakuasi CVR QZ8501" di detik.com
  56. ^ Artikel:"Kronologi Penemuan dan Pengangkatan CVR AirAsia dari Dasar Laut" di detik.com
  57. ^ Artikel:"Basarnas Tak Masalah Singapura Curi Start Rilis Penemuan Main Body AirAsia" di detik.com
  58. ^ Artikel:"Menuju Titik Main Body QZ8501, KRI Banda Aceh Tambah Peralatan Selam " di detik.com
  59. ^ a b c d e http://kemhubri.dephub.go.id/knkt/ntsc_aviation/baru/Final%20Report%20PK-AXC.pdf
  60. ^ "AirAsia". Facebook. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  61. ^ "AirAsia mourns with grey logo after QZ8501 goes missing". Diakses tanggal 28 December 2014. 
  62. ^ "Bos AirAsia Tony Fernandes Terbang ke Surabaya Temui Keluarga Penumpang". Detikcom. Diakses tanggal 29 Desember 2014. 
  63. ^ "Bos AirAsia Tony Fernandes Hadir di Bandara Juanda". Detikcom. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  64. ^ "Pesawat Air Asia Hilang, Tony Fernandes: Saya Sangat Syok". Okezone. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  65. ^ "Tony Fernandes: Insiden QZ8501 Tak Pengaruhi Penerbangan Lain". Okezone. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  66. ^ "Menhub: Semua Kapal Diminta Beritahu jika Ada Informasi Pesawat Jatuh". Kompas. Diakses tanggal 28 Desember 2014. 
  67. ^ "Presiden Jokowi Berdoa untuk Keselamatan Kru dan Penumpang AirAsia QZ 8501". Metrotvnews. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  68. ^ "Jokowi Perintahkan TNI dan Polri Ikut Cari AirAsia". Tempo. Diakses tanggal 29 Desember 2014. 
  69. ^ "Lee Hsien Loong on Twitter". Twitter. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  70. ^ a b "Singapura dan Australia Kontak Jokowi Tawarkan Bantuan Pencarian Air Asia". Tribunnews. Diakses tanggal 29 December 2014. 
  71. ^ "Mohd Najib Tun Razak on Twitter". Twitter. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  72. ^ Clark, Emily (28 December 2014). "AirAsia QZ8501: Flight from Indonesia to Singapore loses contact with air traffic control". ABC News (Australia). Australian Broadcasting Corporation. Diakses tanggal 28 December 2014. 
  73. ^ "West Kotawaringin to build AirAsia crash memorial". The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 May 2015.  line feed character di |title= pada posisi 28 (bantuan)

Pranala luar