Hudoq
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Maret 2014) |
Hudoq adalah sejenis festival yang berupa tarian ungkapan syukur yang digelar oleh sub-etnis Dayak di provinsi Kalimantan Timur[1]. Hudoq adalah kesenian tarian yang menggunakan topeng dan kostum, oleh sebab itu Hudoq termasuk golongan kesenian barongan. Tarian ini merupakan representatif dari tokoh mitos atau fantasi yang bernama sama, yakni Hudoq.
Etimologi
Hudoq artinya menjelma, oleh karena itu memakai topeng burung melambangkan menjelma menjadi burung.
Kepercayaan
Menurut kepercayaan tradisional orang Bahau, Busang, Modang, Ao'heng dan Penihing, Hudoq adalah jelmaan 13 kepala/pimpinan lelulur suci/dewa yang memiliki 10.000 pasukan yang turun pada saat perayaan pesta panen di langsungkan. Hudoq itu maskot yang sakral dan karena mereka itu suci/dewa mereka tidak boleh memperlihatkan wujud asli mereka. Oleh sebab itu mereka menutupinya dengan topeng dan rompi yang terbuat dari pinang atau kulit kayu pohon pisang. Tarian selesai ketika dua manusia Hudoq keluar dan mengejar Hudoq hama. Durasi tari adalah 1-5 jam.
Menurut tradisi, festival hudoq diadakan setiap selesai menugal (menanam padi) di ladang September-Oktober setiap tahun. Maknanya, memohon berkat Tuhan agar padi yang ditanam nanti menghasilkan bulir yang berlipat-lipat hingga membawa kemakmuran bagi masyarakat.
Secara turun-temurun, festival itu digelar berpindah-pindah dari desa ke desa lain setiap tahun.
Busana Penari Hudoq
Penari hudoq Bahau dan Modang memakai topeng kayu berukir, gabungan antara citra hama tanaman dan satwa-satwa berbahaya.[2] Seluruh tubuh penari tertutup busana yang terbuat dari kulit pohon, dihiasi rumbai daun pisang, dan ada pula yang menggunakan daun kelapa.[3] Busana dilengkapi dengan topi berbulu dan tongkat kayu yang dipegang di tangan kanan. Tarian ini biasanya dilakukan oleh 11 penari, masing-masing memakai topeng berbeda, digelar di lapangan luas dan terbuka. Para penonton mengelilingi arena pertunjukkan.[2]
Gerakan Tarian Hudoq
Gerakan tangan dan kaki mendominasi tari hudoq. Badan penari tegak yang kemudian terus berputar pelan di setiap langkah. Tangan terayun ke atas setinggi bahu, diangkat setinggi-tingginya, lalu dijatuhkan menepuk paha. Gerakan kaki berupa hentakan: dengan lutut perlahan ditekuk, kaki terangkat hingga 30 sampai 40 cm, kemudian dihentak kuat ke bawah untuk menghasilkan suara keras. Saat mengambil langkah, kaki yang terangkat menyilang di atas kaki tumpuan sehingga badan terayun ke kiri dan ke kanan. Suara hentakan kaki disusul oleh tepukan tangan ke paha membuat busana yang berjumpai itu berbunyi ‘whuss…’. Gerakan kepala tidak teratur, hanya berupa gerakan mengangguk. Jika topeng memiliki mulut yang bisa bergerak, setiap kepala tertunduk mulut topeng akan tertutup dengan berbunyi meletik. Para penari bergerak dalam lingkaran, yakni bergerak dari satu sudut arena ke sudut arena yang lain sampai empat sudut tersentuh. Kembali ke tengah arena, para penari duduk bersila dalam baris panjang untuk pemanggilan roh, kepala mengangguk-angguk, dan siap jika sewaktu-waktu roh akan merasuki mereka. Saat hal tersebut terjadi, mereka berdiri, tubuh bergetar tanda kesurupan. Kemudian mereka kembali menari seperti semula. Akhirnya mereka kembali ke tengah, badan bergetar lagi, dan merekapun duduk. Itu berarti roh-roh telah meninggalkan tubuh mereka.
Pelaksanaan Upacara
Pawang, yaitu pemimpin upacara, mulai dengan mengumumkan tujuan upacara, diikuti permohonan agar para roh memasuki para penari. Sesaji dipersiapkan, sementara pawang bememang (mengucapkan) mantra dihadapan para penari Hudoq yang telah berbusana lengkap. Sebelas penari duduk berbaris di tengah arena. Pawang menaburkan beras kuning ke kepala para penari sebagai tanda upacara dimulai. Satu demi satu para penari berdiri dan berjalan pelan sesuai dengan tempo musik. Adapun musik pengiringnya adalah berupa gong dan tubun, yaitu sebuah gendang kecil yang dapat digenggam, dilapisi besisi (kulit kadal) pada salah satu sisinya dan diikat kuat dengan rotan. Kemudian para penari bergerak ke dalam lingkaran, tangan melambai, badan berayun, kaki menghentak, kemudian kembali ke tengah lingkaran dimana para roh akan merasuk, setelah itu mereka kembali menari. Saat itu pawang menyampaikan pesan kepada roh yang menguasai penari dengan mengucapkan mantra lagi, yakni mantra suci yang panjang. Maksud dari mantra tersebut adalah untuk meminta pada roh-roh agar menjaga tanaman mereka, menjauhkan hama yang membahayakan, dan melindungi penduduk desa. Selanjutnya pawang mendekati para penari dan menghimbau para roh agar kembali ke asal masing-masing baik di hutan, gunung, empat penjuru angina, gua, atau tempat yang lain. Para penari kembali ke tengah arena dan disadarkan kembali oleh para pawang. Setelah melepas topeng dan busana, mereka bergabung dengan para penonton. Upacara pun berakhir. Namun, ada juga tata cara lain pelaksanaa upacara ini yang tidak seperti tertulis di atas. Adapun upacara tersebut akan selesai ketika dua penari bertopeng manusia (hudoq punan) tiba-tiba muncul dan memburu kesebelas penari ke luar desa, diikuti para hadirin. Upacara ini dapat berlangsung selama satu jam atau bahkan sampai sehari.
Pranala luar
Rujukan
- ^ "Hudoq, Tarian Magis Pengusir Hama ala Suku Dayak Bahau", DetikCom
- ^ a b Kunang Helmi, dkk; Indonesian Haritage:Seni Pertunjukn, Jakarta: PT Widyadara, 2002, hal. 14.
- ^ http://www.kutaikartanegarakab.go.id/index.php/S=0/tourism/tari_hudoq