Mimbar Umum
Mimbar Umum adalah koran tertua dan masih terbit di Indonesia. koran ini terbit 6 November !945, didirikan oleh Udin Siregar dan Imballo Siregar di Medan. Saat pertama didirikan koran ini dipimpin oleh M. Saleh umar (Surapati) dan A. Wahab sebagai pimpinan redaksi, A. Halim sebagai Redaktur Pelaksana, dan A. Manan Karim, Usman Siregar, A. Nur Nasution , Anwar Darma serta A. M Abdullah sebagai Staf Redaksi.[1]
Pada masa ini, Harian Mimbar Umum (Mimbar Oemoem) berpindah-pindah. Dari mulai Kota Siantar hingga ke Tebing Tinggi. Dan akhirnya Mimbar Umum tidak bisa terbit karena terus dikejar-kejar oleh Belanda, sementara awak redaksinya "kucar-kacir" hingga ke sejumlah daerah lain. Pada tanggal 6 Desember 1947, Mimbar Umum diterbitkan kembali oleh Arif Lubis yang sebelumnya menjadi punggawa redaksi di harian "Soeloeh Merdeka". Sebenarnya, awalnya ( 3 Desember 1947) Arif Lubis ingin menerbitkan kembali Harian "Soeloeh Merdeka", tetapi pemerintah Belanda ketika itu tidak mengijinkan sehingga akhirnya pilihan penerbitan media itu dengan "menghidupkan" kembali Mimbar Oemoem pada tanggal 6 Desember 1947. Ia dibantu Bustaman dan Syamsuddin Manan.
Pada perjalanannya, (6 November 1975) Arif Lubis akhirnya menyerahkan penerbitan Harian Mimbar Umum kepada H. Hasbullah Lubis, pemilik percetakan dan penerbitan Firma Percetakan Offset Hasmar. Sekira tahun 1983, H. Hasbullah Lubis mangkat dan pengelolaan Harian Mimbar Umum dipegang oleh anaknya yang paling tua, H.M. Fauzi Lubis hingga saat ini.
Sejumlah sastrawan terkemuka juga pernah bekerja di koran ini. Ini bisa dilihat dari buku Leksikon Susastra Indonesia yang diterbitkan Balai Pusataka (2000). Mereka, di antaranya, adalah Amir Hasan Lubis (Buyung Saleh), Aoh K. Hadimadja, Asmar Ayip Bungga, BY. Tand, Harun Al Rasyid, Rusli A. Malem, Laswiyati Pisca, L.K. Ara, Sides Sudyarto DS, Suyadi San, Taguan Hardjo, Zainal Arifin AKA, Zaldi Purba dan Harun Al Rasyid.
Koran ini adalah salah satu dari tidak banyak koran bersejarah dan tua yang masih tetap eksis hadir menyapa para pembacanya. Ia dinobatkan sebagai Koran Tertua di Pulau Sumatera. Perannya yang aktif di era kemerdekaan dan tangguhnya dalam menghadapi era perkembangan informasi dan teknologi, koran ini dimasukkan sebagai bagaian dari heritage Sumatera Utara.
Penghargaan
Atas jasa-jasanya terhadap bahasa dan sastra, Balai Bahasa Medan, Departemen Pendidikan Nasional memberikan Anugerah Bahasa/Sastra kepada Mimbar Umum. Piagam penghargaan ini diserahkan Kepala Pusat Bahasa Dr. Dendy Sugono di Hotel Dhaksina Medan pada 2006, disaksikan Ketua PWI Sumatera Utara H. Muchyan AA.