Kapal tempur Jerman Tirpitz
Karakteristik
Dua battleship kelas-Bismarcks dirancang pada pertengahan tahun 1930-an oleh Kriegsmarine sebagai tindakan untuk menandingi ekspansi angkatan laut Perancis, khususnya dua battleship kelas-Richelieus. Kapal kelas ini mulai dibangun setelah penandatanganan Perjanjian Laut Inggris-Jerman tahun 1935 dan direncanakan memiliki berat 35.000-ton-panjang (36.000 t). Berat tersebut sebenarnya diperbolehkan oleh Traktat Angkatan Laut Washington. Walau demikian, kapal-kapal dalam kelas Bismarck beratnya ditambah secara diam-diam, melebihi angka batas traktat tersebut dengan cara menambahkan lebar kapal. Tetapi sebelum kedua kapal itu selesai dibangun, seluruh traktat angkatan laut menjadi tidak sah lagi setelah Jepang menarik diri dari pada tahun 1937. Kejadian tersebut memungkinkan semua negara yang menandatangani traktat angkatan laut untuk melakukan "klausa eskalator" sehingga batas maksimal sebuah kapal perang menjadi 45.000 ton panjang (46.000 t).[1]
Berat benaman Tirpitz adalah 42.900 t (42.200 ton panjang) saat jadi dan 52.600 ton (51.800 ton panjang) saat dimuat penuh. Kapal ini memiliki panjang 251 m (823 ft 6 in), lebar 36 m (118 ft 1 in) dan sarat air maksimalnya 1.060 m (3.477 ft 8 in).[a] Kapal ini ditenagai oleh tiga turbin uap bergir Brown, Boveri & Cie dan dua belas pendidih berbahan bakar minyak super panas Wagner, sehingga total tenaganya mencapaii163.023 PS (160.793 shp; 119.903 kW) dan kecepatan maksimumnya adalah 308 knot (570 km/h; 354 mph) saat diuji coba.[3] Jumlah standar kru kapalnya ialah 103 opsir dan 1.962 anak buah kapal; tetapi saat perang meningkat menjadi 108 opsir dan 2.500 anak buah kapal.[4] Setelah selesai dibangun, Tirpitz dilengkapi dengan radar penelusuran Model 23[b] yang dipasang di depan, atas, dan belakang pengukur jarak. Radar tersebut nantinya diganti dengan radar Model 27 lalu Model 26, yang memiliki susunan antena lebih besar. Sebuah radar Model 30 yang dikenal sebagai Hohentwiel, dipasang pada tahun 1944 di bagian atas tiang layar, dan radar pengendali tembakan Model 213 Würzburg ditambahkan pada buritan 105 cm (41 in) dengan pengukur jarak Flak.[6]
Tripitz dipersenjatai dengan delapan meriam 38 cm SK C/34 L/52 yang diatur menjadi empat turet senjata berlaras ganda. Meriam diletakan dengan posisi superfiring, dua buah di depan (Anton dan Bruno) dan dua buah di belakang (Caesar dan Dora).[c] Persenjataan sekundernya terdiri dari dua belas meriam 15 cm L/55, enam belas meriam 10.5 cm L/65 dan enam belas meriam 37 cm (15 in) L/83, dan awalnya akan dipasangi dua belas meriam anti-pesawat 2 cm (0,79 in) C/30. Jumlah meriam berkalibar 2 cm akhirnya ditambah menjadi 58 buah. Setelah tahun 1942, delapan tabung torpedo berdiameter 533 cm (210 in) dipasang di sisi kiri (4 tabung) dan kanan kapal (4 tabung).[4] Tebal lapisan pelindung sabuk utama kapal ini adalah 320 mm (13 in) serta ditutupi dek lapis baja (bagian atas 50 mm (2,0 in) dan dek utama 100 hingga 120 mm (3,9 hingga 4,7 in)). Turet senjatanya dilindungi dengan lapisan setebal 360 mm (14 in) di bagian depan dan 220 mm (8,7 in) di sisi sampingnya.[3]
Sejarah dinas
Tirpitz dibangun sebagai pengganti kapal pra-dreadnought Schleswig-Holstein, dibawah nama kontrak "G".[3] Galangan kapal Kriegsmarinewerft di Wilhelmshaven dianugerahi kontrak tersebut, dan pemasangan lunas Tirpitz pun dimulai pada pada 20 Oktober 1936.[8] Peluncuran lambungnya dilakukan pada tanggal 1 April 1939; selama upacara berelangsung, kapal ini dibaptis oleh Ilse von Hassel, putri dari Laksamana Alfred von Tirpitz (asal nama kapal tersebut).[9] Adolf von Trotha, mantan laksamana di Angkatan Laut Kekaisaran Jerman, berpidato saat peluncuran Tirpitz, yang dihadiri juga oleh Adolf Hitler.[10] Pengerjaan tambahan setelah peluncurannya akhirnya rampung pada bulan Februari 1941.[9] Pesawat pembom milik Britania Raya berulang kali menyerang pelabuhan tempat kapal ini dibangun. Meski tidak ada bom yang mengenai Tirpitz, tetapi serangan-serangan tersebut memperlambat pembangunan kapal ini.[11] Tirpitz dimasukkan ke armada pada 25 Februari untuk menjalani uji coba,[4] yang dilakukan di Baltik.[9]
Setelah melewati uji coba di laut, Tirpitz ditempatkan di Kiel dan melakukan pelatihan secara intensif di Baltik. Di kala Tirpitz berada di Kiel, Jerman menginvasi Uni Soviet. Sebuah Armada Baltik non-permanen diciptakan untuk mencegah kemungkinan serangan dari armada milik Uni Soviet yang berbasis di Leningrad. Tirpitz sempat menjadi kapal bendera dari skuadron tersebut, yang terdiri dari kapal penjelajah berat Admiral Scheer, kapal penjelajah ringan Köln, Nürnberg, Leipzig, dan Emden, beberapa kapal perusak dan dua armada kapal penyapu ranjau.[11] Dibawah komando Laksamana Otto Ciliax,[10] Armada Baltik berpatroli di Kepulauan Aaland dari tanggal 23 hingga 26 September 1941, kemudian unit ini dibubarkan dan Tirpitz kembali melakukan pelatihan.[12] Selama masa pelatihan, Tirpitz menguji senjata primer dan sekundernya kepada kapal pra-dreadnought Hessen,[13] yang telah diubah menjadi sebuah kapal target yang dikendalikan dengan radio.[14] Royal Air Force terus meluncurkan serangan bom ke Tirpitz ketika ditempatkan di Kiel.[15]
Bertugas ke Norwegia
Pada 13 November, Laksamana besar Erich Raeder (panglima Kriegsmarine) mengusulkan agar Tirpitz dikerahkan menuju ke Norwegia. Kapal ini nantinya ditujukan untuk menyerang konvoi Uni Soviet, serta bertindak sebagai armada jadi-jadian untuk memecah kekuatan angkatan laut Britania Raya sehingga mencegah Sekutu menginvasi Norwegia. Uniknya, Hitler yang tadinya melarang adanya pertempuran di Atlantik setelah kehilangan Bismarck, malah menyetujui usulan tersebut. Kapal ini pun dibawa ke dermaga untuk modifikasi sebagai persiapan invasi. Senjata anti-pesawat kapal ini diperkuat, dan meriam kaliber 10.5 cm pada suprastruktur sebelah katapel pesawat terbang digeser keluar untuk meningkatkan jarak tembakan. Semua tabung torpedo berdiameter 53.3 cm juga dipasang selama modifikasi ini.[16] Komandan kapal, Kapitän zur See Karl Topp,[17] mengumumkan bahwa kapal sudah siap untuk operasi tempur pada tanggal 10 Januari 1942.[15] Pada hari berikutnya, Tirpitz berangkat menuju Wilhelmshaven, sebuah langkah yang sengaja dirancang untuk menyembunyikan tempat tujuannya yang sebenarnya.[16]
Tirpitz meninggalkan Wilhelmshaven pada pukul 23:00 tanggal 14 Januari dan berlayar menuju Trondheim.[16] Intelijen militer Inggris mampu mendekripsi teka-Teki pesan yang dikirim oleh angkatan laut Jerman, dan mendeteksi pergerakan Tirpitz, tetapi cuaca buruk di Inggris menghalangi gerakan Royal Air Force.[18] Akhirnya, laksamana John Tovey (panglima tertinggi dari British Home Fleet), tidak diberitahukan mengenai pergerakan Tirpitz sampai tanggal 17 Januari, tepat setelah kapal itu tiba di Norwegia.[19] Pada 16 Januari, pengintaian udara strategis Britania Raya menemukan kapal itu di Trondheim. Tirpitz kemudian pindah ke Fættenfjord, sebelah utara dari Trondheim.[20] gerakan ini diberi nama Operasi Polarnacht (Malam Kutub). Pelayaran kapal tempur ini dikawal oleh kapal perusak Z4 Richard Beitzen, Z5 Paul Jakobi, Z8 Bruno Heinemann dan Z29.[21] Para anggota Gerakan Perlawanan Norwegia pun memberitahu lokasi Tirpitz ke London.[22] Ia tertambat di samping tebing untuk melindungi kapal dari serangan udara dari barat daya. Para awak kapal menebang pohon-pohon dan menempatkannya di atas kapal Tirpitz untuk menyamarkan kapal itu.[20] Para kru juga seringkali menyembunyikan semua kapal dari pengintaian udara dan serangan udara dengan menggunakan awan kabut artifisial yang dibuat dengan menggunakan air dan asam klorosulfat.[23][24] Senjata anti-pesawat tambahan dipasang di sekitar fjord, ditambah jaring anti-torpedo dan boom yang banyak di pintu masuk pelabuhan.[25] Keseharian awak Tirpitz sangatlah monoton selama invasi ke Norwegia. Kekurangan bahan bakar membatasi waktu pelatihan dan memaksa kapal tempur tersebut beserta kapal pengawalnya untuk berdiam diri di belakang pelindung jaring mereka. Kru kapal biasanya sibuk dengan memelihara kapal dan terus melakukan pertahanan anti-pesawat. Kegiatan olahraga pun diselenggarakan untuk menjaga kru agar tidak bosan dan juga sehat secara fisik.[26]
Operasi melawan konvoi Sekutu
Several factors hindered Tirpitz's freedom of operation in Norway. The most pressing were shortages of fuel and the withdrawal of the German destroyer forces to support Operation Cerberus, the movement of the battleships Scharnhorst and Gneisenau and the heavy cruiser Prinz Eugen up through the English Channel. These caused a planned attack against the outbound convoy PQ 8 at the end of January to be abandoned.[27] A planned British air attack at the end of January by four-engined heavy bombers was disrupted by poor weather over the target, which prevented the aircraft from finding the ship.[28] In early February, Tirpitz took part in the deceptions that distracted the British in the run-up to Operation Cerberus. These included steaming out of the fjord and the appearance of preparations for a sortie into the North Sea.[29] Later that month, the ship was reinforced by the heavy cruisers Admiral Scheer and Prinz Eugen and several destroyers. Prinz Eugen had been torpedoed by a British submarine at the entrance to the Fættenfjord, and was therefore temporarily out of action.[30]
Bangkai kapal Tirpitz tetap di tempat sampai setelah perang, ketika bersama jerman-norwegia perusahaan mulai operasi penyelamatan. Pekerjaan berlangsung dari tahun 1948 sampai tahun 1957;[4] fragmen kapal yang masih dijual oleh perusahaan norwegia.[17] Ludovic Kennedy menulis dalam bukunya sejarah dari kapal bahwa dia "hidup yang tidak valid hidup dan mati, cacat dan kematian".
- ^ According to naval historians Gerhard Koop and Klaus-Peter Schmolke, Tirpitz displaced 53,500 ton metrik (52,655 ton panjang) at full load in 1944.[2]
- ^ Named FuMO for Funkmessortungsgerät (Radio direction-finding device).[5]
- ^ SK stands for Schiffskanone (ship's gun), C/34 stands for Constructionjahr (Construction year) 1934, and L/52 denotes the length of the gun in terms of calibres, meaning that the gun is 52 times long as it is in internal diameter.[7]
Catatan kaki
Kutipan
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 203–208.
- ^ Koop & Schmolke, hlm. 18.
- ^ a b c Gröner, hlm. 33.
- ^ a b c d Gröner, hlm. 35.
- ^ Williamson, hlm. 42.
- ^ Williamson, hlm. 43.
- ^ Campbell, hlm. 219.
- ^ Sieche, hlm. 44.
- ^ a b c Williamson, hlm. 35.
- ^ a b Hildebrand Röhr & Steinmetz, hlm. 239.
- ^ a b Garzke & Dulin, hlm. 247.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 247–248.
- ^ Sweetman, hlm. 11.
- ^ Gröner, hlm. 20.
- ^ a b Sweetman, hlm. 12.
- ^ a b c Garzke & Dulin, hlm. 248.
- ^ a b Williamson, hlm. 40.
- ^ Sweetman, hlm. 16.
- ^ Sweetman, hlm. 17.
- ^ a b Garzke & Dulin, hlm. 248–250.
- ^ Hildebrand Röhr & Steinmetz, hlm. 240.
- ^ Ottosen, hlm. 39–41.
- ^ Hartl et. al.
- ^ "Nazi legacy found in Norwegian trees". BBC News. Diakses tanggal 15 April 2018.
- ^ Sweetman, hlm. 19.
- ^ Zetterling & Tamelander, hlm. 207.
- ^ Garzke & Dulin, hlm. 250.
- ^ Sweetman, hlm. 23–24.
- ^ Sweetman, hlm. 24–25.
- ^ Sweetman, hlm. 25–26.