Resistansi dapatan sistemik
Resistensi dapatan sistemik (bahasa Inggris: systemic acquired resistance, disingkat SAR) adalah respons resistensi dari tumbuhan yang muncul setelah terjadinya pajanan terhadap patogen. Respons ini serupa dengan sistem imun bawaan pada hewan, sehingga muncul dugaan bahwa kemiripan di antara keduanya merupakan hasil dari evolusi divergen dari eukariot uniseluler kuno yang mendahului kemunculan hewan dan tumbuhan. Namun, data yang ada saat ini menunjukkan bahwa kemungkinan keduanya merupakan hasil dari evolusi konvergen yang menunjukkan batasan dalam proses pembentukan sistem imun bawaan.[1]
Dengan adanya resistensi dapatan sistemik, tumbuhan tidak hanya dapat melawan penyakit, tetapi juga pulih dari penyakit. Resistensi dapatan sistemik dapat dipicu oleh beraneka ragam patogen, khususnya (tetapi tidak terbatas pada) patogen yang mengakibatkan nekrosis jaringan, dan resistensi yang dapat terlihat setelah terpicunya SAR didapati mujarab dalam menghadapi berbagai macam patogen. SAR telah diamati pada berbagai macam tumbuhan berbunga, termasuk spesies dikotil dan monokotil.
Referensi
- ^ Ausubel FM (October 2005). "Are innate immune signaling pathways in plants and animals conserved?". Nature Immunology. 6 (10): 973–9. doi:10.1038/ni1253. PMID 16177805.
Bacaan lanjut
- Miller G, Schlauch K, Tam R, Cortes D, Torres MA, Shulaev V, Dangl JL, Mittler R (August 2009). "The plant NADPH oxidase RBOHD mediates rapid systemic signaling in response to diverse stimuli". Science Signaling. 2 (84): ra45. doi:10.1126/scisignal.2000448. PMID 19690331.
- Ryals JA, Neuenschwander UH, Willits MG, Molina A, Steiner HY, Hunt MD (October 1996). "Systemic Acquired Resistance". The Plant Cell. 8 (10): 1809–1819. doi:10.1105/tpc.8.10.1809. PMC 161316 . PMID 12239363.
Pranala luar
- "Exploiting Plants' Protective Proteins". KeyPlex. 2010.