Suwarsih Djojopuspito

seorang seniman dan penari Indonesia yang terkenal sebagai penari Jawa

KTLV:HISDOC,foto nr. 33497|http://www.damescompartiment.nl/biosoe.htm Suwarsih Djojopuspito [1] adalah penulis wanita Indonesia yang menulis dalam 3 bahasa: Belanda, Sunda, dan Indonesia [2] [3].

Latar Belakang dan Pendidikan

Lahir pada tanggal 21 April 1912 di Cicurug, Sukabumi dengan nama kecil Tjitjih dari keluarga tani, bernama Suwardi Djojosaputro, yang buta huruf namun mampu menjadi dalang wayang kulit dalam 3 bahasa (Jawa, Sunda, dan Indonesia).

Pendidikan HIS (Sekolah Dasar 7 tahun) di Cicurug tahun 1919-1926, kemudian meneruskan ke MULO (SMP jaman Belanda) tahun 1927-1929 di Bogor, dan terakhir pada Europese Kweekschool (Sekolah Guru Atas Belanda, hanya 2 orang pribumi dari 28 murid) di Surabaya pada tahun 1930-1932.

Masa Kebangkitan Nasional 1928-1942

Setelah lulus tahun 1933 pindah ke Bandung menjadi guru di SR Pasundan, padahal memiliki ijazah sebagai guru sekolah Belanda yang seharusnya mengajar di sekolah Belanda namun lebih memilih perguruan pribumi dan aktif dalam Perkoempoelan Perempoean Soenda sebagai anggauta.

Tahun 1934 menikah dengan Sugondo Djojopuspito. Kakaknya, yang bernama Suwarni, menikah dengan Mr. A.K.Pringgodigdo.

Masa Pendudukan Jepang 1943-1945

Hampir semua bangsa Indonesia bekerja di Pemerintah Dai Nippon, yaitu sebagai guru pada Sekolah Guru Kepandaian Putri di Pasar Baru.

Masa Revolusi Fisik 1945-1949

Tidak sempat menulis novel, karena mengikuti suami yang Anggauta BP-KNIP di Jakarat dan Purworejo. Sehinnga tidak sempat menulis karangan.

Masa Kemerdekaan setelah RIS 1949

Tahun 1949 menetap di Yogyakarta ikut suami Sugondo Djojopuspito dengan mulai kegiatan menulis atau menterjemahkan buku-buku (dari bahasa Perancis, Belanda, Jerman, maupun Inggris karena mahir berbahasa tersebut) dan wafat pada 24 Agustus 1977 serta mendapat penghormatan dimakamkan di Pemakamam Tamansiswa Taman Wijayabrata [[4]] di Celeban, Umbulharjo - Yogyakarta.

Karya Sastra

Hanya 1 roman dibuat sebelum kemerdekaan (1933), sedangkan yang lain seteleh RIS (1949)[5]

  • 1. Buiten het gareel, De Haan Uitgevery, Utrecht, 1940. Dengan kata pengantar dari E. du Perron, Cetakan ke-dua Amsterdam, 1946 [6]
  • 2. Tudjuh tjeritera pendek, Pustaka Rakjat - Jakarta, 1951.
  • 3. Empat serangkai. Kumpulan tjerita pendek. Pustaka Rakyat - Jakarta, 1954.
  • 4. Riwayat hidup Nabi Muhammad s.a.w. Bulan Bintang - Jakarta, 1956 (cetakan kedua 1976)
  • 5. Marjanah. Balai Pustaka (2029)- Jakarta, 1959.
  • 6. Siluman Karangkobar. Pembangunan - Jakarta, 1963.
  • 7. Hati wanita. Pembangunan - Jakarta, 1964.
  • 8. Manusia bebas. Djambatan - Jakarta, 1975. Penulisan ulang: Buiten het gareel.
  • 9. Maryati. Pustaka Jaya - Jakarta, 1982.

Artikel: Lihat Keuze uit het Levensbericht Jaarboek van de Maatschappij der Nederlandse Letterkunde te Leiden 1978-1979.

  • 1. De Indonesische vrouw en het passief kiesrecht.' In Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I 1938, pag. 75-76 Fragment
  • 2. De Indonesische vrouw van Morgen.' In Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I, 1938, pag. 145-147
  • 3. Onze moslim-zusters in en buiten Indonesië.' In Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrif I 1938, pag. 279-280
  • 3. De taal der Soendanese jongeren.' in Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift I l939 pag. 348-350.
  • 4. In memoriam E. du Perron.' In Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift 3, l940, pag. l92-l93
  • 5. In de schaduw van de Leider.' In Kritiek en Opbouw, Algemeen, Onafhankelijk en Vooruitstrevend Indisch Tijdschrift 4, l941, pag. 191-l92
  • 6. In memoriam E. du Perron.' In Criterium 4, 1946, pag. 386-388
  • 7. Ontmoeting met E. du Perron.' In Vrij Nederland 14 december 1946
  • 8. Eddy du Perron, de vriend die nooit gestorven is.' In Tirade 17, 1973, pag. 68-70
  • 9. De thuiskomst van een oud-strijder.' in Tirade 21, 1977, pag. 38-47

Tidak diterbitkan:

  • 1. Eddy Du Perron, de vriend die nooit gestorven is'. Typoscript uit 1971, 7 pag. Door Soewarsih Djojopoespito aan Rob Nieuwenhuys gegeven tijdens zijn verblijf in Indonesië in oktober 1971. Aanwezig in het HISDOC van het KITLV, signatuur D H 1019a. Welwillend afgestaan voor transscriptie aan het Damescompartiment.

Ulasan dari penulis lain:

  • 1. Buiten het gareel". Door Rob Nieuwenhuys in de Oost-Indische Spiegel, ed. 1978, pag. 401-404
  • 2. Gerard Termorshuizen: 'Soewarsih Djojopoespito, Cibatok 20 april 1912 -- Yogyakarta 24 augustus 1977'. In: Jaarboek van de Maatschappij der Nederlandse Letterkunde te Leiden 1978-1979, pag. 39-48.
  • 3. Gerard Termorshuizen: 'Een leven buiten het gareel'. In: Engelbewaarder Winterboek 1979, pag.109-122
  • 4. Robert-Henk Zuidinga: 'Soewarsih Djojopoespito, E. du Perron en de roman Buiten het gareel'. in: Indische Letteren, 1986, pag 158 e.v.
  • 5. J. Noorduyn: 'Marjanah, de Soendase roman van Soewarsih Djojopoespito'. In: Indisch-Nederlande Literatuur, red. Reggie Baay en Peter van Zonneveld. Utrecht, 1988, pag. 232-242
  • 6. Gerard Termorshuizen: 'A life free from trammels : Soewarsih Djojopoespito and her novel Buiten het gareel'. In: Canadian Journal of Netherlandic Studies, Vol. XII, no. ii (Spring 1991)
  • 7. Beb Vuyck: 'Bij de dood van een vriendin'. In: NRC, 2 september 1977

Pranala Luar

  • 1. Soewarsih Djojopoespito (1912-1977) [7]
  • 2. Postkolonialisme Indonesia, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, SU - Pustaka Pelajar, Februari 2008. 497 halaman [8]
  • 3. Buiten het gareel [[9]] adalah novel yang aslinya berbahasa Sunda kemudian dibuat bahasa Belanda, karena pernah ditolak untuk diterbitkan oleh Balai Pustaka [10]