Keuskupan Bogor
Keuskupan Bogor merupakan keuskupan sufragan dari Keuskupan Agung Jakarta. Wilayahnya meliputi 18.400 km2 di enam kabupaten di Provinsi Jawa Barat dan Banten, berpusat di Bogor. Umat Katolik di Keuskupan Bogor berjumlah sekitar 90.000 dan tersebar dalam 23 paroki dan dilayani oleh 72 imam.
Keuskupan Bogor Dioecesis Bogorensis | |
---|---|
Lokasi | |
Kantor pusat | Bogor |
Statistik | |
Paroki | 21[1] |
Imam | 56 |
Umat | 90.000 |
Informasi | |
Pendirian | 3 Januari 1961 |
Katedral | St. Perawan Maria, Bogor |
Kepemimpinan kini | |
Uskup | Paskalis Bruno Syukur, O.F.M. |
Uskup agung | Ignatius Suharyo |
Emeritus | Cosmas Michael Angkur, O.F.M. |
Situs web | |
http://www.keuskupanbogor.org |
Imam diosesan (Praja) dikembangkan sejak awal di Keuskupan Bogor dan sekarang berjumlah 42 orang. Jumlah imam dari tarekat religius 14 orang. Rata-rata setiap imam melayani keperluan rohani 1.607 orang umat.
Keuskupan Bogor memiliki ikon katekese yaitu, Mamedo. Mamedo adalah Boneka peraga yang dibuat untuk berkatekese dalam mengenalkan Yesus Kristus. Mamedo adalah akronim dari Magnificat Anima Mea Dominum, sebagai semboyan Bapa Uskup Paskalis.
Sejarah
- Didirikan sebagai Prefektur Apostolik Sukabumi pada tanggal 9 Desember 1948, memisahkan diri dari Vikariat Apostolik Batavia
- Ditingkatkan menjadi Keuskupan Bogor pada tanggal 3 Januari 1961
Walaupun kontak pertama agama Katolik yang dibawa para pedagang Portugis dengan penduduk Banten yang beragama Hindu terjadi di awal abad ke-16, namun baru pada pertengahan abad ke-19 Bogor dikunjungi oleh imam dari Batavia (Jakarta) untuk merayakan Ekaristi. Pada 1885 Pastor MYD Claessens Pr menetap di Bogor. Ia juga mendirikan gereja di Sukabumi (1896) dan membangun gereja yang sekarang menjadi katedral Bogor. Pada tahun 1929 imam-imam Fransiskan Konventual (OFM Kon) mulai bekerja di Batavia (Jakarta) dan berangsur-angsur mereka membina stasi-stasi Rangkasbitung (1933), Cianjur (1933), Cicurug (1934) dan Serang (1939). Dalam perkembangan selanjutnya kemudian dibentuklah suatu Prefektur Apostolik Sukabumi dipisahkan dari Vikariat Apostolik Batavia (Jakarta) pada 9 Desember 1948, dan pembinaannya diserahkan kepada Ordo Fransiskan (OFM Kon). Dengan berdirinya hierarki Gereja Katolik mandiri di Indonesia pada 3 Januari 1961, paroki Bogor digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi menjadi Keuskupan Bogor.
Gembala
Prefek Apostolik Sukabumi
- Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. (17 Desember 1948–3 Januari 1961)
Uskup Bogor
- Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. (3 Januari 1961–16 Oktober 1961; administrator apostolik)
- Paternus Nicholas Joannes Cornelius Geise, O.F.M. (16 Oktober 1961–30 Januari 1975)
- Ignatius Harsono (30 Januari 1975–17 Juli 1993, mengundurkan diri)
- Sede vacante (17 Juli 1993–10 Juni 1994)
- Cosmas Michael Angkur, O.F.M. (10 Juni 1994–21 November 2013, pensiun)
- Paskalis Bruno Syukur, O.F.M. (21 November 2013–sekarang)
Paroki
Dekanat Tengah
|
Dekanat Timur
|
Dekanat Selatan
|
Dekanat Utara
|
Dekanat Barat
|
Referensi
- ^ <http://www.keuskupanbogor.org Situs Keuskupan Bogor>
- MAWI, Buku Petunjuk Gereja Katolik Indonesia 1986, hal 43-44
- CLC, Ensiklopedi Populer Tentang Gereja Katolik di Indonesia, 1989, HAL 46-49
Pranala luar
- Situs resmi Keuskupan Bogor
- Entri pada situs Catholic-Hierarchy.org