Ekstraversi dan introversi

ciri-ciri kepribadian
Revisi sejak 15 Februari 2019 10.20 oleh Hardisupardi (bicara | kontrib) (→‎Deskripsi: arti introvert)

Di dalam psikologi, terdapat pengelompokkan kepribadian manusia bedasarkan bagaimana manusia memperoleh gairahnya.[1] Pengelompokkan ini pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung (1920), dalam bukunya berjudul Psychologische Typen.[1] Secara umum, pribadi yang ekstrover mendapatkan gairah (atau energi) dari interaksi sosial.[1] Ekstrover biasanya memiliki kepribadian yang terbuka dan senang bergaul, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap apa yang terjadi di sekitar mereka.[1] Sementara introver, di sisi lain, dianggap mendapatkan gairah lewat menyendiri.[1] Introver, biasanya cenderung pendiam, suka merenung, dan lebih perduli tentang pemikiran mereka dalam dunia mereka sendiri.[1] Di antarakecenderungan ekstrem introversi dan ekstroversi, terdapat ambiversi yang merupakan kepribadian penengah antara ekstrover dan introver.[1] Meskipun terdapat perbedaan yang kontras antara introver dan ekstrover, Carl Jung menganggap bahwa jarang terdapat manusia yang sepenuhnya ekstrover atau introver.[1]

Carl Jung.

Ketiga kepribadian tersebut memliki pandangan berbeda dalam hal pengambilan keputusan, interaksi sosial, respon terhadap masalah, komunikasi verbal dan non verbal, serta berbagai respon sosial lainnya.[2]

Deskripsi

Manusia dengan kepribadian introvert cenderung menutup diri dari dunia luar. Mereka analitis sebelum berbicara, merasa kurang nyaman karena terlalu banyak pertemuan dan keterlibatan sosial, lebih senang bekerja sendirian, serta lebih suka berinteraksi secara 1 on 1 interaction. Intovert selalu disamakan dengan pemalu. Padahal introvert tidak selamanya adalah sosok pemalu. Introvert hanya lebih senang sendirian, bukan malu karena banyak orang. Seorang introvert pun tidak selamanya menyukai sendiri. Mereka akan tetap butuh orang lain. Terutama seseorang yang berhasil membuat mereka nyaman. Keunggulan dari tipe kepribadian ini adalah mereka berpikir dulu sebelum berbicara atau melakukan sesuatu, mereka adalah pendengar yang baik, dan bersikap analitis.[3]

Kebalikan dari introvert, kepribadian ekstrovert cenderung lebih membuka diri terhadap dunia luar. Mereka menyukai keramaian, dengan banyak interaksi dan aktivitas sosial. Tipe kepribadian ini lebih mudah mengungkapkan perasaan melalui kata-kata, mudah bosan dengan kesendirian, dan lebih senang bercerita daripada mendengarkan. Keunggulan dari tipe ekstrovert adalah kepercayaan diri antusiasme yang tinggi, mudah bergaul, aktif, dan dapat berinteraksi dengan banyak orang sekaligus.

Ambievert merupakan kepribadian gabungan antara introvert dan ekstrovert. Kelebihan dari tipe ini, mereka nyaman berada di tengah keramaian dan berbagai aktivitas sosial, tetapi juga rileks dengan kesendirian. Kekurangan dari kepribadian ambievert adalah mereka cenderung moody, karena sifat yang berubah-ubah.

Ekstrovert maupun introvert memiliki cara masing-masing dalam hal memproses informasi. Tipe ekstrovert lebih aktif dalam memulai percakapan, tetapi memerlukan waktu untuk eksplorasi secara lebih mendalam dan tak jarang mereka memiliki gagasan lebih baik tentang suatu hal.

Kepribadian manusia itu kompleks. Mereka dibentuk dari pengalaman, sejarah pribadi, interaksi, dan budaya Anda dibesarkan. Seorang introvert mendapat kekuatan dari ide dan refleksi batin, sedangkan ekstrovert melalui kegiatan eksternal. Kedua kepribadian ini memiliki kekuatannya masing-masing. Apapun kecenderungan seseorang, baik introvert maupun ekstrovert, jika ia mampu menerima diri sendiri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki, maka ia akan bertumbuh menjadi pribadi yang baik.

Pendekatan Biologis dan Neurosains

Kebanyakan orang mengenal istilah ekstrovert dan introvert dari psikiater Swiss bernama C. G. Jung, seorang bekas murid Sigmund Freud. Namun yang mengembangkan ekstrovert dan introvert lebih lanjut secara mendetail adalah Eysenck (Eysenck, 1980 : 10).[4]

Oleh psikolog german, Hans Eysenck, dicetuskan perbedaan introver dan ekstrover (E/I) yang dijelaskan menggunakan pendekatan biologi.[1][5] Perbedaan kepribadian tersebut terlihat atas perbedaan rangsangan kortikal (kecepatan dan intensitas aktivitas otak).[1] Ekstrover dianggap mempunyai aktivitas kortikal yang lebih tinggi dari introver.[1]

Menyikapi hal ini, telah ditemukan bahwa introver mempunyai lebih banyak darah yang beredar pada lobus frontal dan anterior thalamus - bagian otak yang bertanggung jawab atas kilas balik kejadian, pembuatan rencana, dan penyelesaian masalah.[1] Ekstrover mempunyai peredaran darah pada daerah otak yang bertanggung jawab atas interpretasi data sensori, yaitu anterior cinggulate gyrus, lobus temporal, dan posterior thalamus.[1]

Oleh hasil penelitian yang lain, ditunjukkan bahwa introver mempunyai aktivitas neuronal yang lebih tinggi pada daerah otak yang terasosiasi dengan belajar, kendali pergerakkan, dan kendali keawasan.[1]

Abstraksi dan Pengambilan Risiko

Oleh ilmuwan, telah disarankan bahwa perbedaan E/I terkait dengan abstraksi dan pengambilan risiko.[1]

Pribadi ekstrover, cenderung memberikan deskripsi yang abstrak terhadap suatu benda, sementara pribadi yang introver cenderung memberikan deskripsi kongkrit.[1]

Kemudian, berhubungan dengan pengambilan risiko, sifat ekstroversi terkait dengan pengambilan risiko yang lebih berani, seperti melakukan hubungan seks tanpa kontrasepsi.[1] Lebih jaul lagi, kepribadian ekstrover juga terkait dengan merokok ketika remaja.[1]

Salah satu penemuan penting dan konsisten mengenai E/I adalah pribadi ekstrover cenderung lebih bahagia (happy) dibandingkan dengan introver.[1] Penjelasan yang disarankan adalah ekstrover cenderung lebih senang karena mereka lebih sensitif terhadap situasi sosial yang memuaskan, atau karena mereka terlibat lebih banyak aktivitas sosial.[1]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t (Inggris)Castro JB. 2013. The Science of What Makes an Introvert and an Extrovert. IO9. Diakses 17 Juni 2014.
  2. ^ Introvert, Ekstrovert, dan Ambievert
  3. ^ [1]
  4. ^ [2]
  5. ^ (Indonesia)Hassan Shadily & Redaksi Ensiklopedi Indonesia (Red & Peny)., Ensiklopedi Indonesia Jilid 2 (CES-HAM). Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve