Angklung buncis

seni pertunjukan tradisional etnis Sunda dan Baduy asal Jawa Barat
Revisi sejak 21 Februari 2019 22.26 oleh YogiYY (bicara | kontrib)

Angklung buncis adalah salah satu jenis variasi kesenian dari alat musik angklung.[1] Kesenian ini menjadi ciri khas Jawa Barat terutama daerah yang memiliki pola kehidupan agraria, karena pada awalnya angklung buncis ini digunakan sebagai salah satu salah satu pertunjukan petani untuk persembahan upacara menghormati padi saat panen tiba.[1] Tapi, seiring perubahan jaman menghilangnya lumbung dari masyarakat Sunda membuat persembahan ini mulai ditinggalkan.[1] Sebab, pada hakikatnya kegiatan ini digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) hasil panen dari sawah atau huma ke lumbung sebagai tempat penyimpanan padi sebelum digunakan.[1][2]

Alat

Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis adalah 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Kemudian 3 buah dogdog, terdiri dari 1 talingtit, panembal, dan badublag. Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung.

Lagu

Lagu-lagu buncis di antaranya: Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.

Referensi

  1. ^ a b c d "Angklung Buncis-Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat". www.disparbud.jabarprov.go.id. Diakses tanggal 2019-02-21. 
  2. ^ Pratama, Rinaldo Adi; Saputra, Muhammad Adi (2018-03-29). "Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010". MIMBAR PENDIDIKAN. 3 (1): 57–70. doi:10.17509/mimbardik.v3i1.10638. ISSN 2503-457X.