Matematika dan seni

Revisi sejak 22 Februari 2019 04.53 oleh Annisanurisya (bicara | kontrib) (Annisanurisya memindahkan halaman Wikipedia:Matematika dan Seni ke Matematika dan Seni)

Matematika dan seni memiliki banyak hubungan dalam beberapa cara. Matematika sendiri dideskripsikan sebagai seni yang dimotivasi oleh keindahan. Matematika dapat terlihat di dalam seni, seperti musik, menari, melukis, arsitektur, patung, dan tekstil. Artikel ini sendiri berfokus pada matematika dalam seni rupa.

Matematika dan seni memiliki hubungan sejarah yang panjang. Artis telah menggunakan matematika sejak abad ke-4 SM saat pematung Yunani Polykleitos menulis Canon, menulis resep proporsi berdasarkan rasio 1:√2 terhadap pria telanjang ideal. Klaim gigih yang populer pun telah dibuat untuk pemakakaian golden ratio dalam seni purba dan arsitektur, tanpa bukti yang dapat diandalkan. Dalam Renaissance Italia, Luca Pacioli menulis risalah berpengaruh De Divina Proportione (1509), berilustrasikan ukiran kayu oleh Leonardo da Vinci, dengan menggunakan golden ratio di seni. Pelukis Italia lainnya, Piero della Francesca, mengembangkan ide-de Euclid tentang perspektif dalam risalah seperti De Prospectiva Pingendi, dan dalam lukisannya. Pengukir Albrecht Durer mambuat banyak referensi ke matematika dalam karyanya Melencolia I. Di zaman modern, desainer grafis M.C. Escher membuat pemakaian intensif tessellation dan geometri hyperbolic, dengan bantuan matematikawan H.S. M. Coxeter, sementara gerakan De Stijl yang dipimpin oleh Theo van Doesburg dan Piet Mondrian secara eksplisit menganut bentuk geometris. Matematika banyak menginspirasi seni tekstil seperti quilting, knitting, cross-stitch, crochet, embroidery, weaving, Turkish dan berbagai pembuatan karpet, seperti kilim. Dalam seni rupa Islami, simetris adalah bukti dalam bentuk bervariasi sebagaimana girih Persia dan zellige tilework, Mughal jali, dan kubah muqarnas.

Matematika secara langsung mempengaruhi seni dengan berbagai alat konseptual seperti perspektif lienar, analisis simetri, dan objek matematis seperti polyhedra dan Mobius strip. Magnus Wenninger mmbuat polyhedra stellated polyhedra penuh warna, yang awalnya sebagai model untuk belajar. Konsep matematika seperti recursion dan paradox logis yang bisa dilihat dari lukisan Rene Magritte dan dalam ukiran oleh M.C. Escher. Seni komputer sering membuat pemakaian fraktal termasuk Mandelbrot set, dan seringkali menyelidiki berbagai objek matematika seperti cellular automata. Secara kontroversial, seniman David Hockney berpendapat bahwa seniman dari zaman Renaisans dan seterusnya menggunakan kamera lucida untuk menggambar representasi adegan yang tepat; arsitek Philip Steadman juga berpendapat bahwa Vermeer menggunakan kamera obscura dalam lukisan-lukisannya yang diamati secara khusus.

Hubungan lainnya yang termasuk dalam analisis agoritmik adalah X-ray fluorescence spectroscopy, adanya dimensi fraktal pada batik tradisional Jawa, dan rangsangan terhadap penelitian matematis, terutama teori pandangan Filippo Brunelleschi's, yang akhirnya mengarah kepada geometri proyektif Girard Desargues. Pandangan gigi yang berdasarkan pada gagasan Phythagoras tentang harmoni dalam musik, menyatakan bahwa segala sesuatu diatur oleh angka, bahwa Tuhan adalah geometer dunia, dan oleh karena itu geometri dunia itu sakral seperti terlihat dalam karya seni William Blake - Ancient of Days.