Mappatammaq Al-Qur'an
Mappatammaq Al-Qur'an adalah acara peringatan yang dilakukan oleh masyarakat suku Mandar atas keberhasilan seorang anak untuk mengkhatamkan Al-Qur'an secara penuh (Qoroan kayyang). Acara ini biasanya dirangkaikan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad dilaksanakan secara meriah. Bagian teristimewa dari acara ini adalah sayyang pattu'duq yaitu arak-arakan kuda yang dikendarai sang anak. [1]
Sejarah
Mappatamma` berasal dari masa ketika Puang 1 Joleng menjadi kadi pertama di Kerajaan Balanipa Mandar pada tahun 1605-1633, yaitu pada masa Raja IV Balanipa, Mara`dia (Raja) Kanna Pattang Daetta Tommuane. Saat itu Mara'dia menjanjikan kepada putrinya bahwa ia akan menaikkannya ke kuda patu'duq dan mengaraknya berkeliling kampung jika putrinya berhasil tamat mengaji.[2] Sejak saat itu, tradisi mappatammaq dilaksanakan oleh masyarakat dengan arak-arakan penunggang kuda.
Prosesi Acara
Acara biasanya dilaksanakan bersama-sama dalam kalangan rumpun keluarga atau seperguruan mengaji. Sang anak yang akan menjalani upacara harus melewati beberapa tahapan seperti dimandikan di dalam perahu yang dilakukan oleh tujuh guru mengaji mereka dan diiringi musik rebana.[3] Sebelum upacara dimulai, seorang totamma’ (anak yang khatam Qur'an) akan dirias. Anak laki-laki akan dipakaikan baju Haji atau pakaian orang Arab, dengan jubah panjang dan ikat kepala, sedangkan anak perempuan biasanya menggunakan baju pengantin (dalam adat Mandar) dan baju pokko.[2]
Setelah itu dilakukan marratasi baca (mempertemukan bacaan) antara totamma` dengan sang guru mengaji sampai 30 juz, kegiatan ini dimulai malam hari sebelum acara inti. Selanjutnya totamma akan diarak menggunakan kuda menari (patu'duq). Meskipun demikian, di beberapa daerah yang tidak memiliki kuda, seorang totamma' akan diarak dengan cara dipanggul.[3] Makanan yang biasanya hadir adalah buwaken (telur rebus yang ditusuk), atupe nabi (ketupat kecil berbentuk segi enam) yang dihiasi dan ditancapkan pada batang pisang, sokkol (makanan yang terbuat dari beras ketan dicampur dengan santan), balukande (sokkol yang dibungkus daun kelapa), kue golla kambu, dan makanan khas lainnya.[2]
Referensi
- ^ Dais Dharmawan Paluseri, Shakti Adhima Putra, Hendra Surya Hutama, Mochtar Hidayat, and Ririn Arisa Putri. Penetapan Warisan Takbenda Indonesia Tahun 2018. Edited by Lien Dwiari Ratnawati. 2018.
- ^ a b c Iswan, Iswan (2017-03-24). "Tradisi Mappatamma' Mangaji pada Masyarakat di Desa Lapeo Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar". Univeritas Islam Negeri Alauddin Makassar.
- ^ a b prokal.co. "Mappatamma', Tradisi Khataman Massal Khas Sulbar | Bontang Post". bontang.prokal.co (dalam bahasa Indonesian). Diakses tanggal 2019-03-03.