Jineng

Revisi sejak 11 Maret 2019 14.13 oleh Muhammad Ishomil (bicara | kontrib) (Menambah gambar denah juga)

Jineng adalah bagian dari bangunan tradisional di Bali yang digunakan sebagai tempat penyimpanan padi (lumbung). Bangunan ini terletak tepatnya di dalam kompleks bangunan rumah tradisional Bali[1]. Jineng terdiri dari dua lantai. Pada lantai atas jineng berfungsi sebagai lumbung, dan pada bagian bawah disebut bale yang digunakan sebagai ruang istirahat keluarga hingga digunakan sebagai tempat untuk membuat perlengkapan upacara, atau menenun dan lain-lain kegiatan rumah tangga lainnya[2].

Arsitektur

 
Gambar denah kompleks rumah tradisional di Bali. Dari gerbang masuk, tampak jineng (nomor 8) berada pada bagian sudut belakang di kanan kompleks. Legenda[3] : 1) Natah. 2) Sanggah Kemulan. 3) Bale daja atau menten. 4) Bale dangin atau sikepat. 5) Bale dauh atau tiang sanga. 6) Bale delod atau sekenam . 7) Paon (dapur). 8) Lumbung (Jineng). 9) Kandang babi. 10) Lawang. 11) Aling-aling. 12) Sanggah pengijeng karang

Jineng merupakan salah satu dari bentuk variasi lumbung yang ada di dalam kompleks sebuah rumah tradisional Bali[1]. Variasi lainnya merujuk kepada kelumpu dan gelebeg[1]. Untuk gelebeg sendiri merujuk bentuk lumbung yang memiliki ukuran lebih besar[4]. Pada struktur bangunannya, jineng merupakan bangunan bertingkat dua yang memiliki empat buah hingga enam tiang sehingga membentuk ruang segi empat, dimana lantai atasnya terbuat dari konstruksi kayu yang digunakan sebagai ruangan tempat penyimpanan padi[1].

Secara keseluruhan, konstruksi jineng menggunakan bahan utama yakni kayu. Sistem konstruksi sebagai penguat bangunan utama sebagian besarnya ialah dengan sistem sambungan lubang, pasak dan juga ikat. Hanya sedikit bagian-bagian tertentu yang menggunakan paku, hanya berupa penguat tambahan, bukan sebagai penguat utama[1]. Struktur yang kokoh pada jineng diperkuat juga oleh bale[1], sebuah papan kayu pada lantai dasar yang beruang terbuka.

Pada bentuk atap jineng terbuat dari bahan bambu atau kayu yang tipis, dengan atap yang yang melengkung. Bentuk melengkung demikian berguna untuk menahan beban diatasnya seperti air hujan agar mudah jatuh dari atap diteruskan kebawah. Sehingga mengurangi resiko air merembes ke dalam yang dapat menyebabkan meningkatnya kelembapan di dalam lumbung. Bentuk atap melengkung pun juga menyulitkan hama tikus masuk ke dalam lumbung. Dengan memiliki lantai bertingkat, padi di dalam lumbung memperoleh sirkulasi udara yang cukup dan terhindar dari hewan. dan hama yang dapat menyebabkan kerusakan padi[1].

Posisi/Denah

Secara umum, posisi letak jineng berada pada bagian belakang dari sebuah rumah tinggal. Beberapa tempat di Bali, posisi jineng terletak dekat dengan pintu masuk rumah sebelum posisi dapur (paon). Dengan posisi ini maka fungsi jineng digunakan sebagai ruang untuk menerima tamu[1]. Mengingat bale pada jineng juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang multifungsi[1].

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i Mardika, I Kadek (2016). Kajian Fungsi Dan Efisiensi Konstruksi Bangunan Jineng Dalam Dinamika Kehidupan Modern (PDF) (Laporan). Diakses tanggal 11 Maret 2019. 
  2. ^ Temukan Kembali Jati Diri Anda. Elex Media Komputindo. ISBN 9789792063875. 
  3. ^ "Balinese traditional house". Wikipedia (dalam bahasa Inggris). 2018-09-12. Diakses tanggal 11 Maret 2019. 
  4. ^ Raharja, I Gede Mugi (2010). "Bentuk, Fungsi dan Material Bangunan Rumah Tinggal Tradisional Bali Madya II" (PDF). Artikel Bulan Juli 2010. ISI Denpasar. 7: 1–3. Diakses tanggal 11 Maret 2019.