Ethiopian Airlines Penerbangan 302

Ethiopian Airlines Penerbangan 302 adalah penerbangan penumpang internasional terjadwal dari Bandar Udara Internasional Bole Addis Ababa, Ethiopia, ke Bandar Udara Internasional Jomo Kenyatta di Nairobi, Kenya. Pada tanggal 10 Maret 2019, pesawat Boeing 737 MAX 8 yang mengoperasikan penerbangan ini jatuh tanpa korban selamat. Pesawat ini jatuh setelah 6 menit lepas landas; tepatnya 08:44 waktu setempat[1]

Ethiopian Airlines Penerbangan 302
ET-AVJ, pesawat yang jatuh di Bandar Udara Ben Gurion bulan Februari 2019.
Ringkasan kecelakaan
Tanggal10 Maret 2019 (2019-03-10)
RingkasanJatuh setelah lepas landas; sedang diselidiki
LokasiBishoftu, Ethiopia
Orang dalam pesawat157
Penumpang149
Awak8
Tewas157
Selamat0
Jenis pesawatBoeing 737 MAX 8
OperatorEthiopian Airlines
RegistrasiET-AVJ
AsalBandar Udara Internasional Bole, Addis Ababa, Ethiopia
TujuanBandar Udara Internasional Jomo Kenyatta, Nairobi, Kenya

Kecelakaan ini merupakan kecelakaan mematikan kedua yang melibatkan Boeing 737 MAX 8 setelah Lion Air Penerbangan 610 pada Oktober 2018.

Ini adalah kecelakaan pesawat paling mematikan sepanjang sejarah maskapai penerbangan ini. Jumlah korbannya lebih banyak daripada pembajakan Ethiopian Airlines Penerbangan 961 di Komoro tahun 1996.

Kecelakaan

Penerbangan 302 adalah penerbangan penumpang internasional terjadwal dari Addis Ababa ke Nairobi. Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang mengoperasikan penerbangan ini mengangkut 149 penumpang dan 8 awak.[2] Setelah pilot melaporkan masalah dan memutuskan kembali ke Addis Ababa,[3] pesawat menghilang dari radar atau menara pemantau dan jatuh pukul 08:44 waktu setempat (05:44 UTC), 6 menit usai lepas landas dari landasan 07R pukul 08:38.[3][1][4][5] Pesawat jatuh dekat kota Bishoftu, 62 kilometer (39 mi) sebelah tenggara Bandara Bole.[6] Di tempat kejadian terdapat kawah besar dengan beberapa serpihan kecil.[7] Tidak ada satupun penyintas/korban selamat akibat tragedi ini.[2][8] Penerbangan ini mengangkut 157 penumpang dari 33 negara.[1]

Flight International menyebutkan bahwa kecelakaan ini dapat menurunkan kepercayaan penumpang terhadap Boeing 737 MAX 8 yang semakin turun sejak kecelakaan Lion Air Penerbangan 610 bulan Oktober 2018.[9] Ini adalah kecelakaan mematikan pertama yang dialami Ethiopian Airlines sejak Ethiopian Airlines Penerbangan 409 jatuh bulan Januari 2010.[10] Ini adalah kecelakaan pesawat paling mematikan sepanjang sejarah maskapai penerbangan ini. Jumlah korbannya lebih banyak daripada pembajakan Ethiopian Airlines Penerbangan 961 di Komoro tahun 1996.[1]

Menurut Flightradar24, pesawat berangkat saat cuaca cerah, tetapi kecepatan vertikalnya tidak stabil usai lepas landas. Dalam tiga menit pertama, kecepatan vertikalnya naik-turun dari 0 kaki/menit sampai 1.742 kaki/menit dan sempat mencapai minus 1.920 kaki/menit.[11]

Pesawat

Pesawat yang terlibat kecelakaan ini adalah Boeing 737 MAX 8 dengan nomor registrasi ET-AVJ. c/n 62450, msn 7243.[3] Pesawat ini berusia empat bulan, dibuat pada Oktober 2018 dan dikirim pada 15 November 2018.[12][13]

Boeing 737 MAX 8 mulai dioperasikan tahun 2017 dan sebelumnya terlibat satu kecelakaan mematikan, Lion Air Penerbangan 610, di Indonesia pada bulan Oktober 2018.[2][1][14] Per Januari 2019, Boeing telah memproduksi 350 pesawat jenis ini.[15] 737 MAX 8 pertama kali terbang tanggal 29 Januari 2016 dan menjadi salah satu lini produk Boeing terbaru sekaligus Boeing 737 generasi terkini.[16]

Penumpang dan awak

Di antara 157 penumpang, terdapat 32 orang penumpang berkebangsaan Kenya[1] Terdapat kemungkinan bahwa kebanyakan penumpang yang menaiki pesawat tersebut sedang beranjak ke Nairobi untuk mengikuti sesi ke-empat dari Majelis Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa.[17] Semua penumpang dan kru tewas saat kecelakaan. Dari antara orang yang meninggal itu ialah Zhou Yuan, seorang dari perusahaan China Electronics Technology Group Corporation yang menjual teknologi keamanan dan komunikasi untuk kebutuhan sipil dan militer.[11] Selain itu terdapat juga seorang arkeologis Italia Sebastiano Tusa —yang merupakan Penasihat Warisan Budaya Sisilia, dan akademisi Kanada Pius Adesanmi.[18][19][20] Pada awalnya dilaporkan bahwa terdapat lima orang korban berkebangsaan Belanda,[10] tetapi kemudian dibenarkan bahwa mereka berkebangsaan Jerman.[21] Kecelakaan ini juga melibatkan korban berkebangsaan Indonesia, yang telah diterima secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia dari maskapai Ethiopian Airlines. Sampai berita ini dituliskan, Kemlu dan KBRI Addis Ababa belum mengetahui identitas dari jasad korban.[22] Menurut rincian BBC Indonesia, korban WNI itu adalah seorang perempuan yang tinggal di Roma dan bekerja di World Food Program (WFP) di bawah naungan PBB. Sejalan dengan ini, David Beasley direktur eksekutif WFP menyampaikan duka cita mendalam sehubungan dengan stafnya. KBRI Roma akan bekerja sama dengan keluarga korban, KBRI Addis Ababa dengan WFP Roma akan mengurusi jenazah dan keluarga yang telah ditinggalkan.[23]

157 penumpang dari 33 negara tewas dalam kecelakaan ini. Berikut adalah rincian kebangsaan mereka:[1][10]

Kebangsaan Korban
  Kenya 32
  Kanada 18
  Ethiopia 9
  Italia 8
  Amerika Serikat 8
  Britania Raya 7
  Perancis 7
  Tiongkok 7
  Mesir 6
  Jerman 5
  India 4
  Slowakia 4
  Perserikatan Bangsa-Bangsa 4[a]
  Austria 3
  Swedia 3
  Rusia 3
  Maroko 2
  Spanyol 2
  Polandia 2
  Israel 2
  Belgia 1
  Hong Kong 1
  Indonesia 1
  Irlandia 1
  Arab Saudi 1
  Somalia 1
  Norwegia 1
  Serbia 1
  Togo 1
  Mozambik 1
  Rwanda 1
  Sudan 1
  Uganda 1
  Yemen 1

Reaksi

Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban,[2] demikian pula Presiden Kenya Uhuru Kenyatta.[11] CEO Ethiopian Airlines, Tewolde Gebremariam, mengunjungi lokasi kejadian dan menyatakan duka mendalam atas kecelakaan ini.[7] Boeing mengeluarkan pernyataan belasungkawa.[24] Adapun para keluarga korban yang telah ditinggalkan, mereka mengerumuni Bandara Internasional Jomo Kenyatta demi mencari informasi terbaru sehubungan kerabat yang menjadi korban kecelakaan.[5] Menurut The New York Times, sedikitnya 3 bus disediakan untuk mengantar keluarga korban.[11]

Investigasi

Badan Penerbangan Sipil Ethiopia langsung menyelidiki kecelakaan ini. Boeing menyatakan siap bekerja sama dengan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat dan membantu Ethiopian Airlines.[24]


jangan lupa kunjungi Anibatchs.web.id

Lihat pula

Catatan

  1. ^ Empat orang memegang paspor yang dikeluarkan oleh PBB.[10]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g "Ethiopian Airlines: 'No survivors' on crashed Boeing 737". BBC News Online. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  2. ^ a b c d "Ethiopian Airlines flight ET302 crashes en route to Kenya". The National. Addis Ababa. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  3. ^ a b c "ET-AVJ". Aviation Safety Network. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  4. ^ "Ethiopian Airlines flight to Nairobi crashes, deaths reported". www.aljazeera.com. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  5. ^ a b Getachew, Addis (10 April 2019). "Angkut 157 orang, pesawat Ethiopian Airlines kecelakaan". Anadolu Agency Indonesia. Diakses tanggal 10 Maret 2016. 
  6. ^ "Ethiopian Airlines flight crashes with 157 on board, fatalities feared". Times of India. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  7. ^ a b Hradecky, Simon. "Crash: Ethiopian B38M near Bishoftu on Mar 10th 2019, impacted terrain after departure". The Aviation Herald. Diakses tanggal 10 March 2019. 
  8. ^ Kriel, Robyn; John, Tara (10 Maret 2019). "No survivors in Ethiopian Airlines Boeing 737 crash near Addis Ababa". CNN. Diakses tanggal 10 April 2016. 
  9. ^ "Ethiopian crash likely to aggravate unease over 737 Max". Flightglobal. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  10. ^ a b c d Newmark, Zack. "Five Dutch among 157 killed in Ethiopian Airlines crash". Netherlands Times. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  11. ^ a b c d Ahmed, Hadra; Searcey, Dionne; Beech, Hannah (10 Maret 2019). "Ethiopian Airlines Flight Crashes Near Addis Ababa, Killing at Least 150". The New York Times. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  12. ^ "Boeing 737 Next Gen MSN 62450". Airfleets.net. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  13. ^ "Ethiopian accident involves four-month old 737 Max". flightglobal.com. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  14. ^ "ET-AVJ Ethiopian Airlines Boeing 737-8 MAX". www.planespotters.net. 
  15. ^ "Boeing Commercial Airplanes – Orders and Deliveries – 737 Model Summary". Boeing Commercial Airplanes. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  16. ^ "Boeing's 737 MAX takes wing with new engines, high hopes". The Seattle Times. 29 January 2016. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  17. ^ Miriri, Duncan; Fick, Maggie. "18 Canadians among 157 killed in Ethiopian Airlines crash: Kenyan minister". Global News. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  18. ^ "Ethiopian Airlines plane crashes, no survivors, says airline boss". news.com.au. 10 Maret 2019. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  19. ^ 87.7 Kampala FM (10 Maret 2019). "Ugandan Police Commissioner Christine Alalo is among the 157 Passengers that have lost their lives in Ethiopian Airlines Crash". Twitter. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  20. ^ "BREAKING: Nigeria's Pius Adesanmi Killed In Ethiopian Airlines Plane Crash". Sahara Reporters. 10 Maret 2019. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  21. ^ Van Joolen, Olof; Kalkman, Niels. "Ministerie: waarschijnlijk geen Nederlandse slachtoffers vliegramp Ethiopië" [Minister:Probably no Dutch victims in Ethiopian aircraft disaster] (dalam bahasa Dutch). De Telegraaf. Diakses tanggal 10 Maret 2019. 
  22. ^ Fadhil, Haris. "Kemlu Terima Kabar Resmi Maskapai Ada WNI Jadi Korban Ethiopian Airlines" (dalam bahasa Indonesia). DetikCom. Diakses tanggal 11 Maret 2019. 
  23. ^ Pesawat Ethiopian Airlines jatuh: Korban WNI adalah staf PBB di Roma, model pesawat sama dengan Lion Air JT-601 BBC Indonesia. 11 Maret 2019. Diakses pada 11 Maret 2019.
  24. ^ a b "Boeing Statement on Ethiopian Airlines Flight 302". Boeing. Diakses tanggal 10 March 2019. 

Tautan luar