Rara Gudig adalah makanan/kue tradisional khas Cirebon yang terbuat dari tepung beras. Kue ini disebut rara gudig karena ada bintik-bintik putih, coklat atau merah pada sekitar permukaannya, dan telah ada sejak jaman penjajahan Belanda. Pada awalnya kue ini merupakan kelengkapan sajian pada acara selamatan, terutama isi besek (makanan yang ditempatkan pada kotak anyaman bambu untuk dibawa pulang oleh peserta kenduri). Dalam perkembangannya, kue ini tidak hanya untuk keperluan selamatan saja, namun sudah menjadi hidangan pada saat minum teh sore hari. Kue ini dapat ditemukan di toko OLEH OLEH KHAS CIREBON SENANG, yang beralamat di Pusat Grosir Cirebon Pasar Pagi Blok F1-F8, Jl. Raya Siliwangi, Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat.[1]

Berkas:Raragudig.JPG
Rara Gudig

Bahan-bahan untuk membuat kue ini yaitu tepung beras ketan putih, kelapa, gula merah, vanili, garam, daun pisang klutuk/plastik, dan air. Untuk membuat kue ini diperlukan peralatan-peralatan yaitu kuali (untuk membuat ulen), sendok kayu adukan, cetakan loyang atau tampah (wadah adonan), parutan (untuk memarut kelapa), saringan (untuk membersihkan air gula), baskom (untuk membuat adonan), dan pisau. [1]

Tahapan untuk membuatnya yaitu kepala diparut setengah untuk dibuat santan, sisanya untuk pencampuran dalam pembuatan adonan (ulen). Kemudian tepung ketan diberi 1 gelas air santan kental, garam 1 sdt dan vanili 1 sdt, kemudian diaduk hingga merata, diremas-remas dengan kedua tangan hingga membentuk adonan yang tidak terlalu kental atau pun encer. Gula merah diiris, dicampur dengan 1 gelas air santan bening, kemudian direbus hingga gula melarut, lalu air gula merah ini disaring. Adonan dimasukkan ke dalam kuali yang ditaruh di atas api, kemudian diaduk dengan air ula dan parutan kelapa sedikit demi sedikit agar merata. Aduk terus sekitar 45 menit sampai mengental dan matang. Setelah matang, adonan kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam loyang atau tampah yang telah dilapisi dengan daun pisan klutuk atau plastik sambil dipipihkan agar rata, dengan ketebalan sekitar 2 cm. Diamkan sampai mengeras. Setelah mengeras, taburi dengan tepung beras ketan agar tidak lengket kemudian diiris dengan bentuk sesuai selera. Misalnya bulat segi empat atau jajaran genjang. [1]

Penyajain rara gudig yaitu dengan disajikan di atas pisin. Biasanya dihidangkan bersama dengan kopi pahit atau teh pahit. Rara gudig biasanya dihidangkan sebagai kue pendamping minum teh atau kopi pada sore hari. [1]

Pada tahun 2017, rara gudig telah dicatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda kategori Kuliner Tradisional dengan Nomor Registrasi: 2017007802 di situs web Warisan Budaya Takbenda Kementerian Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia.[2]


Referensi

  1. ^ a b c d "Rara Gudig » Perpustakaan Digital Budaya Indonesia". budaya-indonesia.org. Diakses tanggal 2019-03-30. 
  2. ^ "Makanan khas Cirebon Rara Gudig". Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Diakses tanggal 30 Maret 2019.