Tari Likurai
Tari Likurai merupakan tarian tradisonal Kabupaten Belu.[1] Tari likurai digunakan sebagai simbol penghormatan kepada tamu yang datang ke Kabupaten Belu atau menyambut para pejuang yang pulang dari medan peperangan. Tari Likurai biasa dilaksanakan pada saat panen raya sebagai wujud rasa syukur. Penari harus menggunakan kain tenun ikat khas Kabupaten Belu dan membunyikan alat musik sejenis kendang.
Kabupaten Belu mempunyai padang rumput yang cukup luas dinamakan padang Fulan Fehan. Tahun 2017 menjadi tahun perdana diadakan tarian likurai masal dengan peserta 1000 penari dan dihadiri Kementerian Dalam Negeri, bahkan peserta penari ada yang berasal dari Negara Timor Leste. Fulan Fehan terletak di Desa Dirun Kecamatan Lamaknen."Fulan Fehan". Wiki Pedia Indonesia. 17 Januari 2019. Diakses tanggal 4 April 2019.
Tarian masal Likurai di Fulan Fehan menjadi agenda tahunan di bulan Agustus-November. Hanya saja jumlah penari tidak sebanyak tahun 2017. Bukit Fulan Fehan terkenal dengan suasana yang sejuk dan dikelilingi kuda. Akses masuk ke bukit fulan fehan sudah cukup bagus dan aman. dari bandara AA Bere Talo Atambua membutuhkan perjalanan darat -+2 jam untuk sampai ke bukit Fulan Fehan. Jalan raya menuju fulan fehan disebut jalan Sabuk Merah yang artinya jalan yang menghubungkan beberapa Kecamatan di Kabupaten Belu.
Refrensi
- ^ "Suku Belu". Suku Belu - Wikipedia Bahasa Indonesia. 21 September 2017. Diakses tanggal 3 April 2019.