Suku Dayak Modang
Suku Dayak Modang adalah bagian dari suku Dayak yang mendiami wilayah Kabupaten Kutai, Provinsi Kalimantan Timur. Suku Dayak Modang terutama menempati Kecamatan kembang Janggut, Long Beleh, Muara Ancalong, dan Muara Wahau. Y. Mallinckrodt mengemukakan bahwa masyarakat Dayak Modang adalah sub kelompok orang Bahau. Tetapi, saat ini Dayak Modang dianggap sebagai kelompok tersendiri atau lepas dari kelompok Bahau. [1]
Asal usul
Suku Dayak Modang berasal dari daerah Apo Kayan, yang merupakan daerah yang seolah-olah menjadi pusat pulau Kalimantan. Daerah ini berbatasan dengan Serawak, Malaysia Timur. Saat ini, daerah Apo Kayan menjadi bagian wilayah Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur. Masyarakat Modang menjadi kelompok awal yang meninggalkan Apo Kayan dibanding sub kelompok Bahau lainnya. Kemudian, orang Modang mendiami wilayah di sekitar aliran sungai Belayan, sungai Kelinjau, dan sungai Telen. Ketiga sugai tersebut adalah anak sungai Mahakam. Selama perjalanan dalam migrasi tersebut mereka bertemu dengan budaya lain dan membetuk budaya yang bervariasi atau membentuk budaya yang berbeda dari kelompok asalnya (kelompok Bahau).[1]
Kehidupan
Suku Dayak Modang pada umumnya memanfaatkan aliran sungai sebagai sarana prasarana perhubungan dengan mengendarai perahu motor atau perahu dayung. Masyarakat ini hidup dari berladang dengan tanaman padi dan sistem yang digunakan adalah ladang berpindah. Mereka juga memenuhi kebutuhan dengan mengumpulkan hasil hutan, serta menangkap ikan dari sungai di sekitar pemukiman.
Kekerabatan yang dianut suku Dayak Modang adalah bilateral, yang artinya menarik garis keturunan baik pada pihak ayah maupun ibu. Sesudah menikah, sepasang pengantin bebas menentukan tempat tinggal, apakah di lingkungan kerabat suami atau istri.[1]
Kesenian
Tari Hudoq
Tari Hudog adalah tarian yang menggunakan topeng dan terdapat kepercayaan bahwa saat melaksanakan tari Hudoq para dewa utusan Sang Pencipta datang ke dunia untuk membantu kehidupan manusia, membantu mengusir hama penyakit padi dan segala hal buruk yang akan menimpa kampung. Penari Hudoq mengenakan kostum yang berasal dari daun pisang hingga menutupi mata kaki dan memakai topeng kayu yang menggambarkan ekspresi tokoh – tokoh yang berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Dayak. Pada zaman dahulu, sebagian masyarakat percaya bahwa orang yang sakit akan lekas sembuh apabila terkena kibasan kostum dari penari Hudoq tersebut.[2]
Jantung Utang
Jantung utang artinya adalah kayu yang dipukul. Jantung Utang adalah sejenis alat musik pukul yang terdiri dari bilah-bilah kayu. Alat musik ini dimiliki oleh suku Dayak Kenyah, tetapi seiring dengan perpindahan suku Dayak Kenyah dari pedalaman ke daerah lain, Jantung Utang dapat ditemukan pada suku Dayak Modang, Bahau, Segai, Tumbit, Kayan, Brusu, dll. [3]
Tradisi
Adat Pelekatan Nama
- ^ a b c Melalatoa, M. Junus (1995). Ensiklopesi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. hlm. 578-579.
- ^ Herjayanti, Risna (2014). "MAKNA SIMBOLIK TARI HUDOQ PADA UPACARA PANEN BAGI MASYARAKAT SUKU DAYAK GA'AY KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR". Universitas Negeri Yogyakarta.
- ^ Achmat, Hasjim (1986). Peralatan hiburan dan Kesenian Trasisional Daerah Kalimantan Timur. Samarinda: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 50-53.