Suku Sikka
Suku Sikka adalah komunitas adat yang berada di Kabupaten Sikka, di Flores Timur Tengah, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Jumlah orang Sikka diperkirakan sekitar lebih dari 350.000 orang[1]. Menurut sebuah sumber menyatakan bahwa daerah asal orang Sikka adalah di Kecamatan Bola, lela, Maumere, dan Kewapente[2].
Nama Sikka diperkirakan berasal dari kata Sikh. Sikh adalah nama sebuah kelompok yang ada di India. Pendapat ini dikarenakan adanya beberapa kesamaan orang Sikka dengan penduduk Sikh misalnya cara perempuan Sikka memakai sarung sama dengan cara orang India menggunakan sarung. Selain itu hidungnya yang mancung juga mirip seperti orang India. Sifat Orang Sikka yang suka berlayar atau berdagang hingga ke kawasan yang jauh diduga dikarenakan adanya pertemuan dengan Orang Sikh dari India. Ada juga yang berpendapat bahwa Kata Sikka berarti pergi dikarenakan adanya bentrokan dengan bangsa portugis sehingga mereka meninggakkan pantai dan menuju ke daerah pedalaman[2].
Suku Sikka dianggap sebagai salah satu dari etnis Mukang. Etnis Mukang terdiri dari 4 suku yaitu suku Sikka, Suku Krowe, Suku Mukang dan Suku Muhang. Nama Sikka juga adalah sebuah nama desa yang terletak di Kecamatan lela berjarak sekitar kurang lebih 30 km dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Pada zaman dahulu desa Sikka adalah pusat pemerintahan kerajaan Sikka dan menjadi titik awal kedatangan bangsa portugis di Flores[1].
Bahasa
Bahasa orang Sikka berbeda dengan bahasa dari suku lainnya seperti suku Tana Ai yang juga merupakan salah satu suku yang berada di Kabupaten Sikka[1]. Bahasa Sikka memiliki tiga dialek yaitu dialek sokka, dialek nita dan dialek kange. Jumlah penutur bahasa Sikka sekitar 150.000 jiwa yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Sikka kecuali di daerah Kecamatan Paga yang berbahasa lio kecamatan Talibura yang berbahasa muhang dan pulau- pulau yang termasuk kecamatan Maumere yang berbahasa palu'e[2].
Ekonomi
Kehidupan orang Sikka bertumpu pada sektor pertanian. Ada beberapa tanaman pertanian yang penting diantaranya coklat, jambu mete dan kopra. Suku Sikka adalah pemasok utama kopra di Nusa Tenggara Timur. Selain bertani ada juga yang beternak sapi, kerbau, babi dan lain lain. Ada pula yang menangkap ikan di laut[2].
Kerajinan bertenun juga banyak dilakukan oleh kaum Wanita di Suku Sikka. Suku Sikka adalah suku yang paling aktif membuat Kain tenun. Kain tenun sikka memiliki motif yang khas, warna dasarnya adalah gelap seperti warna hitam, coklat biru dan biru hitam yang ditambahkan sulfur biru. [3]
Motif yang dihasilkan Suku Sikka bermacam-macam biasanya motif yang dibuat adalah motif okukire yang bergambar figur nelayan, sampan, perahu, udang dan kepiting. Motif ini terinspirasi dari cerita nenek moyang bahwa Sub-etnis Siska dahulu adalah pelaut handal. Juga ada motif mawarani yang sangat indah. Motif ini bercorakkan bunga mawar terinspirasi dari cerita bahwa motif ini adalah kain khas yang hanya dipakai putri-putri Kerajaan sikka[3]. Tenun ikat sikka menjadi kain ikat pertama yang memperoleh sertifikat indikasi geografis oleh jenderal kekayaan intelektual kementerian hukum dan ham pada tanggal 8 maret 2017 untuk melindungi kekayaan intelektual hasil kriya berniali tinggi.
Kekerabatan
Orang Sikka mengenal kelompok kerabat yang didasarkan karena keaadaran memiliki satu nenek moyang yang sama. Perkawinan ideal adalah dengan sepupu silang tiga bahkan sampai empat lapis keturunan yang dianggap sudah jauh. Pertimbangan dalam pemilihan jodoh adalah dilihat dari tingkat kedudukan ( rank ) yang serara dan kepribadian si gadis yang ingin dipinang. Gadis yang memiliki nilai mas kawin( belis ) yang tinggi biasanya adalah gadis yang terhormat dan dikenal memiliki perilaku yang baik. Tuntutan akan mas kawin disesuaikan dengan kemampuan dari laki laki. Prinsip penarikan garis keturunan orang Sikka bersifat patrilineal atau garis keturunan ditarik ke pihak ayah atau pihak laki-laki. Anak laki laki sulung memiliki lebih banyak warisan dibandingkan anak laki laki yang lain[2].
Religi
Sistem religi nenek moyang suku Sikka adalah mempercayai adanya Dewa tertinggi yang abadi, menciptakan seluruh alam dan manusia, mengawasi kesusilaan dan tinggal di langit. Seperti yang pernah diteliti oleh P.Arndt sekitar tahun 1930 an. Saat ini sebagian besar sekitar 91 persen penduduk kabupaten Sikka memeluk agama katolik dan selebihnya beragama Islam[2].
Referensi
- ^ a b c Netralnews.Com. "Netralnews.com - Mengenal Suku Sikka, Nusa Tenggara Timur". netralnews.com. Diakses tanggal 2019-04-15.
- ^ a b c d e f Melalatoa, M.Junus (1995). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia Jilid L-Z. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 770-772.
- ^ a b Netralnews.Com. "Netralnews.com - Mengenal Sejarah dan Motif Tenun Ikat Sikka". netralnews.com. Diakses tanggal 2019-04-15.