Ideologi bahasa standar

kumpulan sikap berbahasa dan pandangan preskriptif yang terwujud sebagai akibat proses standardisasi bahasa
Revisi sejak 21 April 2019 10.59 oleh Vanished user eBSCVIXVbE7sn (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Ideologia języka standardowego")
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Ideologi bahasa standar adalah istilah yang diperkenalkan oleh James dan Lesley Milroy untuk menggambarkan serangkaian sikap preskriptif dan pandangan sosial yang terwujud sebagai akibat proses standardisasi bahasa. Di satu sisi, inti ideologi tersebut adalah konsep salah-benarnya bahasa, di sisi lain – anggapan bahwa ada satu varietas bahasa yang "terbaik" dan sikap tidak toleran terhadap bentuk-bentuk yang dianggap menyimpang darinya.Templat:Odn Rosina Lippi-Green mendefinisikan istilah ini sebagai: "bias terhadap bahasa yang abstrak, ideal, dan homogen, yang dipaksakan dan dikelola oleh institusi berposisi dominan dan yang mendefinisikan bahasa tertulis sebagai modelnya, meskipun sebagian besar didasarkan pada bahasa tutur kelas menengah tinggi".Templat:Odn

Ideologi bahasa standar khusus dijumpai di masyarakat Eropa; pengaruhnya juga terlihat dalam wacana ahli linguistik profesional Templat:Odn Templat:Odn .

Asumsi

James Milroy membedakan empat unsur ideologi bahasa standar: Templat:Odn

  • konsep salah-benarnya bahasa;
  • pemberian makna kepada otoritas bahasa;
  • pemberian makna kepada prestise;
  • konsep legitimitas standar.

Salah-benarnya bahasa

Salah satuk konsekuensi penting dari standardisasi linguistik adalah terbentuknya ide salah-benarnya bahasa dalam masyarakat. Dalam budaya bahasa standar, ada anggapan umum yang biasanya tidak dipertanyakan bahwa bentuk-bentuk bahasa tertentu bersifat benar dan yang lain salah. Pandangan populer ini dianut oleh sebagian besar masyarakat, termasuk orang-orang berpendidikan. Warga yang menuruti ide salah-benarnya bahasa umumnya tidak memperhatikan motivasi ideologis yang melatarbelakanginya – konsep tersebut biasanya dianggap akal sehat dan berfondasi pada fakta linguistik. Namun, para ahli linguistik berpendapat bahwa masalah keberterimaan normatif bentuk-bahasa bersifat arbitrer, yaitu tidak menunjukkan ketergantungan pada bentuk satuan-satuan bahasa tersebut. James Milroy menyatakan bahwa argumentasi linguistik yang digunakan untuk membuktikan superioritas unsur-unsur bahasa baku dibuat secara post hoc, dan menegaskan bahwa cara mempersepsikan bentuk linguistik yang berbeda-beda sebenarnya tergantung pada faktor sosial.Templat:Odn Salah satu karakteristik lain dari budaya bahasa standar adalah ketidaksadaran terhadap sifat konvensional norma ejaan dan kepercayaan bahwa bentuknya dikondisikan oleh faktor linguistik.Templat:Odn

Ahli linguistik Kroasia Mate Kapović menggambarkan preskripivisme sebagai konsekuensi negatif yang timbul dari preskripsi (kodifikasi normatif) dan mengartikan ideologi bahasa standar sebagai elemen konstitutifnya. Dia mendefinisikan preskriptivisme sebagai praktik yang berusaha menggambarkan preskripsi, yaitu kodifikasi isolek tertentu sebagai bahasa baku demi alasan praktis, sebagai kegiatan ilmiah yang bisa dijelaskan argumen linguistik.Templat:Odn

Otoritas bahasa

Kebanyakan linguis teoretis berkepercayaan bahwa bahasa adalah kepemilikan pengguna aslinya dan menganggapnya sebagai fenomena kognitif yang dibentuk dalam pikiran manusia. Sedangkan ideologi bahasa standar menuntut perlakuan bahasa sebagai ciptaan yang dikelola oleh badan otoritatif yang menetapkan kaidah dan mendiktekannya kepada penuturnya. Dalam budaya yang didominasi oleh ideologi ini, terdapat keyakinan bahwa pengetahuan bahasa yang diperoleh secara alami tidak sempurna, dan pengetahuan bahasa yang dianggap tepat hanyalah pengetahuan yang didapatkan semasa pendidikan formal. Pada saat itu, bahasa baku diidentikkan dengan keseluruhan bahasa itu sendiri dan penguasaan bahasa disamakan dengan kemampuan menerapkan norma bahasa standar yang didiktekan oleh sumber eksternal (tata bahasa, kamus, dll.).Templat:Odn Bersama-sama dengan pandangan ini, biasanya terbentuk kepercayaan tentang "kemunduran" bahasa yang berlangsung dan buruknya praktik berbicara.Templat:Odn

Prestise bahasa

Para ahli linguistik beranggapan bahwa status kebakuan bentuk bahasa yang berbeda-beda dipengaruhi khususnya oleh gengsi sosial yang dilekatkan padanya. James Milroy memberikan dua kalimat ini sebagai contoh fenomena prestise: "He was a man what didn’t believe nothing" dan "He was a man who didn’t believe anything", sambil menyatakan bahwa kebanyakan penutur bahasa Inggris menganggap konstruksi terakhir lebih baik dan benar. Dengan demikian, konstruksi tata bahasa baku memiliki prestise sosiolinguistik yang lebih tinggi daripada konstruksi yang lain. Bagaimanapun juga, Milroy mencatat bahwa gengsi bukan ciri tetap bentuk atau varian bahasa tertentu, melainkan ditentukan oleh status sosioekonomis penuturnya.Templat:Odn

Prestise berkontras dengan stigmatisasi bahasa, yaitu persepsi yang rendah terhadap unsur-unsur bahasa tertentu, biasanya bentuk yang digunakan oleh kelas sosial yang lebih rendah dan tidak disahkan semasa proses pendidikan. Sebagai contoh efek stigma ekstrem, Milroy memberikan pernyataan populer bahwa penutur asli "tidak mengetahui bahasa mereka sendiri".Templat:Odn

Legitimitas bahasa baku

Terbentuknya konsep bahasa baku dan penyebarluasannya biasanya disertai dengan devaluasi varietas bahasa lain yang tidak dikodifikasikan. Variasi ini kemudian dikategorikan sebagai tidak baku, yang dalam pemahaman umum diidentikan dengan "salah".Templat:Odn Menurut James Milroy, pengertian dikotomis tentang relasi antara bentuk baku dan nonbaku yang terdapat dalam wacana linguistik sendiri pun sudah merupakan refleksi ideologi ini. Templat:Odn Konvensi linguistik yang memperlawankan istilah "dialek nonbaku" dengan istilah " bahasa baku" juga dikatakan bersifat ideologis.Templat:Odn

Lihat pula

  • diskriminasi bahasa
  • preskriptivisme

Referensi


Kepustakaan

  • [1], Milroy, James;, "Language ideologies and the consequences of standardization" 
  • [2], Milroy, James;, "The Routledge Companion to Sociolinguistics" 
  • [3], Lippi-Green, Rosina;, "English With an Accent: Language, Ideology, and Discrimination in the United States" 
  • [4], Starčević, Anđel;, "Govorimo hrvatski ili ’hrvatski’: standardni dijalekt i jezične ideologije u institucionalnom diskursu" 
  • [5], Vogl, Ulrike;, "Standard Languages and Multilingualism in European History" 
  • [6], Kapović, Mate;, "Čiji je jezik" 
  • [7], Vaicekauskienė, Loreta;, "Multiple Perspectives in Linguistic Research on Baltic Languages" 
  • [8], Berlengi, Filip;, "Prescriptivism and Language Ideologies: A Comparison between Croatian and English Usage Guides" 
  • [9], Kapović, Mate;, "Language, Ideology and Politics in Croatia" 
  • [10], Kapović, Mate;, "Komparativni postsocijalizam: slavenska iskustva" 
  • [11], Kapović, Mate; Starčević, Anđel; Sarić, Daliborka;, "Jezična politika: između norme i jezičnog liberalizma" 

[[Kategori:Halaman dengan terjemahan tak tertinjau]]