Suku Deli atau Melayu Deli (Jawi: ملايو ديلي) adalah salah satu suku melayu yang mendiami kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan suku Melayu Deli juga dapat di temui di daerah pesisir timur Sumatera Utara, pinggiran sungai Deli dan Labuhan. Di kota Medan suku Melayu Deli banyak menempati daerah pinggiran kota. Populasi suku Melayu Deli diperkirakan lebih dari 600 ribu jiwa. Masyarakat Melayu Deli terkenal dengan seni berpantun Melayu yang terkenal sampai saat ini.

Melayu Deli ملايو ديلي
Sultan Mahmud Lamanjiji Perkasa Alamsyah (empat dari kiri), Sultan Deli XIV, saat menghadiri pembukaan Festival Melayu Agung tahun 2012 di Medan.
Daerah dengan populasi signifikan
Sumatera Utara 685.739 Jiwa
Bahasa
Bahasa Melayu
Bahasa Indonesia
Agama
Islam
Kelompok etnik terkait
Melayu Riau
Melayu Jambi
Minangkabau
Suku Aceh

Melayu Deli merupakan salah satu sub kelompok suku bangsa Melayu Sumatera Timur yang termasuk kelompok asli di Sumatera Utara. Sebagian Melayu Deli ditujukan kepada masyarakat Melayu yang berdiam di Kabupaten Deli Serdang dan kota Medan (daerah Kesultanan Deli) yang terletak tidak jauh dari pantai timur Sumatera. Di Kabupaten Deli Serdang yang luasnya 2.808,91 KM persegi mereka mendiami di 22 kecamatan. Pada tahun 1984 masyarakt Melayu Deli hidup bersama dengan berbagai suku bangsa lainnya, misalnya oarang Batak Karo, Toba, Aceh, Minangkabau dan lainya. Di kota Medan tempat tinggal mereka kini meliputi kecamatan Medan Deli, Medan Barat, Medan Labuhan, Medan Denai, Medan Timur, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Kota, Medan Tuntungan, Medan Baru, Medan Belawan.

Karakter Masyarakat Melayu Deli

Sifat orang melayu deli umumnya adalah baik, ramah, tidak kasar, suka menolong, menerima orang baru. Ciri khas melayu deli yang mau membantu sesama manusia. Kesan negatif orang melayu deli hampir tak di temukan jika hal baru berteman dengan suku melayu deli. Kerena tidak adanya hal negatif yang berlebihan kesan positiflah yang selalu ada. Prinsip orang melayu deli adalah hidup mandiri dan saling membantu orang lain. Dalam kehidupan suku melayu deli mereka tingkatkan dalam masyarakat yaitu

Pola Perkampungan Melayu Deli

Pada masa lalu pola perkampungan orang Melayu Deli, seperti halnya dengan orang Melayu lainnya, disesuaikan dengan alur sungai atau jalan yang sudah ada sebelumnya. Antara pekarangan satu rumah dan rumah lain tidak dibatasi pagar.

Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa tanah yang ada adalah milik masyarakat secara bersama-sama, sehingga tidak dapat diwariskan atau diperjual belikan hingga sekarang desa-desa kediaman orang Melayu Deli sering terkena banjir luapan sungai-sungai yang mengalir di daerah ini, misalnya sungai Deli, sungai Ular, dan sungai Padang.

Kepemimpinan tradisional dalam kampung berada di tangan seorang penghulu, seorang imam, seorang bilal dan seorang khatib. Para pemimpin ini terutama terdiri atas orang-orang yang ahli dalam agama Islam. Keislaman mereka juga ditunjukkan dengan terdapatnya mesjid atau surau di setiap desa. Ciri khas lainnya dalam sebuah desa orang Melayu di masa lalu adalah tersedianya gelanggang olahraga, dua buah tempat pemandian yang masing-masing dikhususkan untuk pria dan wanita, serta sebuah tanah wakaf umum. Selain itu, dalam sebuah perkampungan biasanya juga terdapat sebuah balai tempat bermusyawarah bagi orang-orang tua. Balai ini juga berfungsi sebagai tempat tidur bagi anak-anak muda.

Rumah-rumah pada masa lalu umumnya didirikan di atas tiang dan mempunyai kolong. Tujuannya selain menyelamatkan diri dari bahaya banjir dan serangan binatang buas, adalah agar penghuninya terhindar dari kelembaban udara. Dalam membangun rumah orang Melayu mengenal aturan-aturan tersendiri, MIsalnya rumah di dirikan menghadap ke arah matahari agar mendapat cukup udara dan sinar matahari serta mengundang banyak rejeki. Hiasan atau ukiran yang terdapat pada bagian rumah biasanya bermotif bunga seroja.

Rumah orang Melayu pada umumnya tidak memiliki banyak kamar, karena biasanya satu rumah hanya di diami oleh satu keluarga batih. Setiap ruangan memilik fungsi tersendiri. Bagian serambi depan merupakan ruangan untuk menerima tamu, bagian serambi tengah yang dibuat lebih tinggi berfungsi sebagai tempat menerima tamu resmi atau yang disegani, tempat makan bersama, dan tempat tidur bersama, bagian atas yang disebut jura merupakan tempat berdiamnya anak gadis (dara), bagian serambi belakang merupakan tempat menerima tamu para wanita dan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari. Sekarang rumah-rumah bertiang khas orang melayu sudah jarang terdapat di daerah Deli.

Golongan Masyarkat

 
Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah, Sultan Deli XI (1945-1967).

Golongan aristokrasi

1. Raja dan anak-anak raja (tengku)

2. Turunan pembesar daerah (wan, orang kaya, datuk muda)

Golongan pembesar dikampung 1.Golongan ulama

2. Cerdik pandai

3. Rakyat jelata

Agama dan Kepercayaan

Orang Melayu adalah pemeluk agama Islam. Boleh dikatakan hanya agama Islamlah yang diakui oleh orang Melayu. Oleh sebab itu di kalangan masyarakat sering dikatakan bahwa apabila seseorang telah memasuki agama Islam, orang tersebut telah menjadi orang Melayu. Sebelum masuknya agama Islam ke daerah ini, kepercayaan orang Melayu bersifat animisme. Mereka meyakini adanya dewa atau jin yang tidak berasal dari manusia. Karena dewa, jin dan alam gaib dianggap dapat mempengaruhi kehidupan manusia, mereka harus dipuja, antara lain melalui upacara-upacara tertentu.

Upacara-upacara tradisional yang dilakukan berkaitan dengan lingkaran hidup seseorang. Upacara-upacara tersebut meliputi upacara dari masa yang mengandung dan melahirkan sampai upacara perkawinan dan kamatian. Tetapi kini orang Melayu Deli sudah jarang yang melaksanakan berbagai upacara tersebut sesuai dengan aturan-aturan seperti masa silam. Apalagi kebanyakan orang Melayu Deli berdiam di sekitar wilayah perkotaan yang sudah banyak mendapat pengaruh kebudayaan luar lainnya.

Sistem Kekerabatan

Garis keturunan pada masyarakat Melayu Deli umumnya diperhitungkan secara bilateral, tetapi pada golongan tertentu lebih cenderung bersifat patrilineal, yaitu melalui garis laki-laki. Penarikan garis keturunan melalui laki-laki terutama kelihatan pada golongan bangsawan yang masih berusaha mempertahankan tradisi turun-temurunnya. Adat menetap sesudah nikah umumnya di kediaman keluarga pihak istri (uksorilokal) sampai lahirnya anak pertama, baru kemudian menetap di kediaman yang baru (neolokal). Tetapi masyarakat Melayu Deli kini lebih bebas menentukan tempat tinggal sesudah menikah.

Orang Melayu juga mengenal pengelompokkan kerabat gabungan keluarga luas (klen kecil) yang merasakan dirinya berasal dari keturunan satu nenek moyang. Pada masyarakat Melayu Deli anggota kelompok semacam ini biasanya merasa terikat melalui garis keturunan laki-laki (patrileneal). Mereka juga mengenal bentuk kekerabatan lain yang terjadi akibat adanya perkawinan. Kelompok kekerabatan yang lebih luas sifatnya (kindred) biasanya sudah tidak jelas lagi batas-batasnya karena sudah terlalu luas. Kelompok kerabat semacam ini dapat mencakup saudara sepupu ayah atau ibu, saudara istri, bahkan kaum kerabat dari satu tingkat di atas seseorang. Selain tingkatan sosial yang dibedakan berdasarkan garis keturunan, di dalam masyarakat Melayu Deli kini dikenal pula sistem pelapisan sosial berdasarkan hal-hal lain, seperti jabatan, keagamaan, dan pendidikan.

Pada masa lalu, keturunan bangsawan merupakan golongan yang paling atas dan paling berkuasa. Golongan bangsawan yang sangat dihormati dalam masyarakat biasanya menyandang gelar-gelar kehormatan, misalnya, raja, sultan, tengku, wan dsb. Walaupun gelar kebangsawanan masih dipakai oleh para keturunannya masyarakat Melayu, sekarang umumnya juga mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam menentukan status seseorang. Dengan demikian, seseorang yang pada masa lalu di golongkan sebagai "orang kebanyakkan., kini dapat pula dianggap tinggi statusnya dalam masyarakat karena berhasil dalam bidang pendidikan.

Bahasa

Orang Melayu Deli umumnya menggunakan Bahasa melayu deli, bahasa ini sendiri berkembang di kota medan, dan lebih dikenal menjadi salah satu bahasa melayu, yaitu bahasa medan. Pada dasarnya bahasa medan sama dengan bahasa melayu deli namun banyak mencampuri bahasa-bahasa lain seperti bahasa batak toba, batak karo, batang mandailing dan lain-lain. Sedangkan logat bahasa medan banyak dipengaruhi logat batak, sehingga logatnya terdengar semi melayu dan semi batak.

Rumah Adat

Rumah adat suku melayu deli seperti suku melayu lainnya, berdiri diatas tiang-tiang setinggi kurang lebih 2 meter dari atas tanah. Mata pencarian suku melayu deli adalah bercocok tanam dengan metode tradisional, menangkap ikan, berdagang dan ada juga yang menjadi pegawai pemerintah. Di daerah mereka juga terdapat perkebunan tembakau, teh, karet, kelapa sawit, coklat yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta asing. Perkebunan ini dikelola dengan teknologi modern. Suku melayu deli mayoritas memeluk agama islam sufi, karena hampir seluruh adat-istiadat dan budaya suku melayu berlandasan islam. namun masih ada juga yang mempercayai roh disegala tempat yang mempengaruhi hidup manusia. Upacara-upacara untuk menyenangkan roh-roh tersebut masih sering mereka adakan.

Tradisi

Kebudayaan tradisi melayu ​Ada beberapa macam kebudayaan tradisi melayu yaitu :

Tradisi kelahiran Ketika ibunya sedang mengandung banyak kebaikan yang dianjurkan serta beberapa larangan yang hadir, ini semua agar anak sehat rohani dan jasmani. Setelah anaknya lahir lalu dibaringkan ditempat tidur kemudian dibisikkan azan , lalu upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur seminggu, dalam upacara turun mandi ibu dan bayi dibawa kesungai dimandikan oleh bidan Tradisi nikah-kawin Melakukan beberapa kegiatan yaitu : • Merisik

• Meminang

• Berinai

• Berandam

• Menikah (akad nikah)

• Bersanding

• Tepuk tepung tawar

• Makan nasi hadap-hadapan

• Memberi hormat pada mertua

• Berdimbar (mandi taman)

Tradisi kematian Sesuai dengan ajaran islam maka orang melayu memandang kematian sebagai perjalanan menuju hadirat ilahi. Tanda kematian di perkampungan melayu ada yang membunyikan tubuh, ada pula naskus (ketuk kayu) bahkan juga dipakai gong.

Tradisi pakaian Adat Melayu

Tradisi pakaian adat melayu mengatakan :

“adat memakai pada yang sesuai, adat duduk pada yang elok, adat berdiri tahukan diri”. Kata ini mengandung makna yang dalam, yang intinya memberi petunjuk, bahwa setiap orang dituntut untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, berperilaku menurut alur dan tempatnya.

Jenis-jenis pakaian melayu adalah : • Baju gunting cina

• Baju cekak musang

• Baju teluk belanga

• Baju kurung

• Baju kebaya labuh

Kesultanan Melayu Deli

 

​Istana maimun dan mesjid Al-mashun salah satunya merupakan saksi kejayaan kesultanan melayu deli di sumatera utara. Sampai sekarang kedua bangunan yang saling berdekatan ini banyak dikunjungi wisatawan. Mengunjungi tidak sah rasanya tidak mengunjung kedua bangunan itu , karena kedua bangunan itu sangat bersejarah bagi kejayaan kerajaan melayu deli. ​Istana maimun dibangun pada tahun 1888 oleh sultan ma’moen Al Rasyid perkasa Alamsyah dan diresmikan pada tanggal 18 mei 1891. Istana maimun sempat ditempati oleh 4 sultan melayu yang memerintah saat itu. Untuk memasuki istana maimun pengunjung cukup membayar Rp.5000 per orang didalam ruang utama istana terdapat pelaminan melayu yang sangat bagus dan megah.

Banyak pengunjung yang menikmati momen didapan pelaminan ini. ​Selain itu, banyak barang peninggalan sultan deli dipajang dalam istana seperti foto-foto, baju adat, dan berbagai senjata. Masih diarea istana terdapat bangunan tempat meriam puntung bersemanyam. Konon, meriam ini adalah jelmaan adik putri hijau yang berasal dari kerajaan deli tua. Dia menjadi meriam dimasa perang anatara kerajaan aceh dan melayu. Berjarak sekitar 200 meter dari istana maimun berdirinya dengan megahnya mesjid raya Al-mashun. Mesjid ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari istana maimun . bangunan keduanya di bangun oleh sultan Ma’moen Al Rasyid perkasa alamsyah. ​ Arsitektur bangunan mesjid membuat pengunjung seolah berada dinegara lain. Gaya arsitektur dan mesjid ini perpaduan antara arsitektur timur tengah. India dan spanyol setiap hari mesjid ini ramai dikunjungi masyarakat sekitar maupun wisatawan local dan mancanegara.