Dualisme Persebaya Surabaya
Dualisme Persebaya Surabaya adalah peristiwa dualisme klub sepak bola Persebaya Surabaya yang terjadi antara tahun 2010 hingga 2017.
Berkas:Aksi suporter Persebaya saat Parade bela Persebaya.jpeg | |
Tanggal | April 2010 - 8 februari 2017 |
---|---|
Lokasi | Surabaya, Jawa Timur |
Penyebab | April 2010, Wisnu Wardhana (PT. MMIB) membentuk Persebaya tandingan.[1] |
Pelapor | PT. Persebaya Indonesia |
Peserta/Pihak terlibat |
|
Hasil | 8 februari 2017, Persebaya dibawah PT. PI akhirnya kembali diakui oleh PSSI.[2] |
Putusan |
|
Pengantar
Gejolak dan gonjang-ganjing kepengurusan ditubuh klub sepak bola Persebaya sebenarnya sudah dimulai saat Persebaya dipimpin oleh Bambang DH dengan Manajernya Saleh Ismail Mukadar. Saat itu pada kompetisi tahun 2005, Persebaya menyatakan mundur dari babak 8 besar Divisi Utama 2005 (saat itu Divisi Utama merupakan kompetisi level tertinggi liga di Indonesia) yang mengakibatkan Persebaya dihukum degradasi ke divisi satu (level kedua).
Bambang DH selaku Ketua Umum Persebaya diskorsing 10 tahun. Sedangkan Manajer Persebaya saat itu, Saleh Ismail Mukadar, diskorsing 2 tahun.
Kedua orang inipun lantas meninggalkan Persebaya dalam keaadaan terpuruk dan menyaksikan Persebaya harus berkompetisi di Divisi satu karena hukuman dari PSSI. Beruntunglah ada Arif Afandi yang akhirnya bersedia menjadi Ketua Umum Persebaya untuk menjalani kompetisi di Divisi Satu. Dan pada 2006, Persebaya berhasil menjadi Juara Divisi Satu, dan Promosi ke Divisi Utama 2007
Namun pada kompetisi Divisi Utama 2007, Persebaya berada di posisi ke-14 klasemen akhir Wilayah Timur, sehingga tidak lolos ke Liga Super 2008 (kompetisi yang diproyeksikan sebagai pengganti kompetisi Divisi Utama sebagai kompetisi level tertinggi di Indonesia), dan harus kembali lagi di Divisi Utama 2008.
Setelah kegagalan Persebaya di Divisi Utama 2007 ternyata ada pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil tersebut dan meminta ketua umum Persebaya saat itu Arif Afandi untuk mundur. Atas desakan tersebut akhirnya Arif Afandi pun mundur, dan digantikan kembali oleh Saleh Ismail Mukadar. Mantan Manajer Persebaya yang pernah diskor dua tahun dan termasuk orang yang paling bertanggungjawab membawa Persebaya terpuruk ke Divisi Satu.
Pada kompetisi Divisi Utama 2008, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar, berada di peringkat ke-4 setelah berhasil mengalahkan PSMS Medan dalam babak Playoff lewat drama adu penalti. Kemudian, secara otomatis Persebaya lolos ke Liga Super Indonesia 2009 (ISL).
Untuk mengikuti ISL, dalam statuta PSSI, klub peserta disyaratkan berbadan hukum dan tidak menerima APBD. Oleh karena itu, Persebaya di bawah Saleh Ismail Mukadar, mendirikan sebuah perusahaan sebagai badan hukum untuk Persebaya Surabaya yang bernama PT. Persebaya Indonesia.
Dengan komposisi saham, 80 persen perorangan (yang terdiri dari Saleh Ismail Mukadar 55% dan Cholid Goromah 25%), sisanya 20 persen milik Koperasi Mitra Surya Abadi, dimana sahamnya dipercayakan kepada Suprastowo.
Kemudian terdaftarlah Persebaya di bawah PT. Persebaya Indonesia di Badan Liga Indonesia sebagai klub profesional peserta kompetisi Liga Super Indonesia (ISL).
Saat itu pula Saleh Ismail Mukadar menerima dana Rp 11 miliar lebih dari APBD Kota Surabaya untuk menjalankan klub ini. Kedekatan Saleh dengan Wali kota Surabaya saat itu Bambang DH membuat dana tersebut bisa dicairkan.
Sayang, Persebaya tetap kesulitan berprestasi meski telah digelontor uang APBD belasan miliar. Pada kompetisi 2009, Persebaya kembali terdegradasi ke Divisi Utama 2010. Saleh Ismail Mukadar saat itu berdalih, bahwa hasil yang diterima Persebaya adalah akibat kesewenang-wenangan dan kedzaliman pengurus PSSI Pusat terhadap Persebaya.
Drama pertandingan terakhir ISL 2009-2010
Pertandingan terakhir antara Persik Kediri vs Persebaya Surabaya di ISL 2009 adalah sebuah drama kontroversi yang tak bisa dipisahkan dari dualisme Persebaya Surabaya, saat itu ada ada tiga tim yang berada didasar klasemen selain Persitara Jakarta Utara, adalah
- Pelita Jaya FC peringkat 15 dengan 39 poin.
- Persik Kediri peringkat 16 dengan 36 poin. (sisa 1 pertandingan)
- Persebaya Surabaya peringkat 17 dengan 36 poin.(sisa 1 pertandingan).
Dan ketiga tim tersebut sama-sama berjuang menghindari degradasi ke Divisi Utama, caranya harus berada diperingkat 15 klasemen akhir untuk mendapatkan tiket play-off dan harus menang melawan peringkat 4 Divisi Utama 2009 yakni Persiram Raja Ampat. Persebaya Surabaya berpeluang mendapatkan tiket play-off tersebut karena masih menyisakan 1 pertandingan akhir melawan Persik Kediri, sedangkan Pelita Jaya FC telah memainkan seluruh pertandingannya. Dan jika Persebaya Surabaya menang melawan Persik Kediri maka poinnya akan sama dengan poin milik Pelita Jaya FC namun Persebaya akan unggul dengan selisih gol.
- Bagan dibawah menunjukkan klasemen akhir ISL 2009 setelah Persebaya dinyatakan WO melawan Persik Kediri
# | Tim | Main | M | S | K | GM | GK | SG | Poin | Catatan |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
15 | Pelita Jaya FC | 34 | 10 | 9 | 15 | 42 | 53 | –11 | 39 | Play-off dengan peringkat 4 DU 09 – 10 |
16 | Persik | 34 | 10 | 9 | 15 | 41 | 55 | –14 | 39 | Degradasi ke Divisi Utama |
17 | Persebaya | 34 | 10 | 6 | 18 | 42 | 58 | –16 | 36 | |
18 | Persitara | 34 | 7 | 7 | 20 | 36 | 57 | –21 | 28 |
Drama di Kediri
Pertandingan terakhir Persik Kediri vs Persebaya Surabaya sejatinya akan dilaksanakan pada tanggal 5 agustus 2010, namun karena khawatir dengan serbuan kelompok suporter Persebaya (Bonek) ke Kediri untuk menyaksikan pertandingan tersebut akhirnya Kapolresta Kediri mengeluarkan surat keputusan tertanggal 3 agustus 2010 yang meminta pertandingan dilaksanakan di luar Jawa Timur. Pihak PT Liga Indonesia selaku operator ISL mengizinkan pertandingan tersebut dilaksanakan tetapi pihak Persebaya keberatan melakukan pertandingan karena berpegangan kepada SK Kapolresta Kediri yang melarang pertandingan tersebut dilaksanakan di Kediri.
Akhirnya pertandingan tersebut gagal terlaksana dan sesuai peraturan seharusnya Persebaya mendapatkan menang WO (walk out) karena tim tuan rumah (Persik Kediri) gagal menyelenggarakan pertandingan. Namun sesuai keputusan PT Liga Indonesia pertandingan tetap akan dilanjutkan dengan jadwal menyusul.[5]
Drama di Yogyakarta
Laga tunda kedua pertandingan home terakhir ISL 2009 Persik Kediri yang sedianya dilaksanakan di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta pada 29 april 2010 akhirnya gagal terlaksana untuk kali kedua karena tidak adanya izin dari pihak kepolisian. Padahal seluruh pemain dan ofisial Persebaya telah berada di Stadion dan bersiap untuk melakukan pertandingan.[6]
Dengan gagalnya pertandingan tersebut kubu Persebaya mendapat kemenangan WO 3-0 sesuai keputusan dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pada 7 Mei 2010, karena Persik dianggap tak bisa menggelar pertandingan yang seharusnya diadakan pada 29 April 2010 di Yogyakarta.
Persik lalu naik banding dan mereka mendapatkannya. Mereka diberi kesempatan lagi untuk menggelar pertandingan ulang pada 5 agustus 2010 di Kediri, namun lagi-lagi Persik Kediri juga gagal menggelar pertandingan di tanggal tersebut, tapi PT Liga Indonesia memutuskan menundanya, sampai kemudian mengambil keputusan menjadwalkannya ulang di Palembang.
Drama di Palembang
Setelah merasa dipermainkan oleh PT Liga Indonesia karena keputusanya yang berubah-ubah maka Persebaya memutuskan tidak akan datang untuk melaksanakan pertandingan ulang melawan Persik Kediri yang sedianya dijadwalkan tanggal 8 agustus 2010 di Stadion Jaka Baring, Palembang.
Dengan menolak bertanding tersebut akhirnya Persebaya dinyatakan kalah WO 3-0, dan akibatnya kedua tim (Persik dan Persebaya) terdegradasi ke Divisi Utama dan keputusan akhirnya adalah Pelita Jaya yang berhak mengikuti play-off ISL 2010 karena menang angka atas keduanya dan pertandingan play-off melawan Persiram Raja Ampat tersebut juga dilaksanakan di Palembang pada hari yang sama.[7]
Dengan keputusan degradasi ke Divisi Utama, kubu Persebaya merasa PSSI telah menzalimi dan berbuat sewenang-wenang terhadap Persebaya dan akhirnya Persebaya menyatakan menolak mengikuti seluruh kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI sekalipun ancamannya adalah dikeluarkan dari keanggotaan PSSI.
Awal Dualisme
Sejak drama pertandingan ulang di Palembang, ketua umum Persebaya Saleh Ismail Mukadar menegaskan tidak ikut mengikuti kompetisi dibawah naungan PSSI musim 2010/11.Penolakan untuk mengikuti kompetisi PSSI tentu dapat dianggap sebagai pelanggaran Statuta PSSI. Mengingat dalam Statuta jelas disebutkan bahwa kewajiban anggota PSSI (dalam hal ini klub) adalah mengikuti kompetisi yang digelar PSSI.
Akibat penolakan Saleh Ismail Mukadar untuk mengikuti kompetisi PSSI tahun 2010, maka status Persebaya yang terdaftar melalui PT. Persebaya Indonesia pada 2009, sebagai klub anggota PSSI Pusat terancam dikeluarkan dari keanggotaan. Seperti yang terjadi pada Persema Malang dan Persibo Bojonegoro yang memilih tidak mengikuti kompetisi PSSI dan memilih mengikuti kompetisi di luar PSSI atau breakaway league, yang saat itu bernama Liga Primer Indonesia.
Menyusul penolakan tersebut, Saleh Ismail Mukadar yang juga Ketua Pengurus Cabang PSSI Kota Surabaya mendapat sanksi dari Komisi Disiplin Pengurus Provinsi PSSI Jawa Timur berupa pembekuan Pengurus Cabang (Pengcab) PSSI Kota Surabaya.
Caretaker Pengcab PSSI Kota Surabaya akhirnya memilih Wisnu Wardhana sebagai Ketua Pengcab PSSI Kota Surabaya Muscablub pada 7 Juni 2010.
Setelah terpilih, Wisnu diminta untuk menyelamatkan Persebaya dari ancaman pencoretan keanggotaan dari PSSI. Inilah awalnya sehingga muncul apa yang disebut Dualisme Persebaya Surabaya. Wisnu yang mencoba untuk selamatkan Persebaya akhirnya dengan restu PSSI membentuk tim Persebaya tandingan dibawah PT. Mitra Muda Inti Berlian sebagai badan hukum dan didaftarkan ke PSSI pada april 2010.
Atas hal itu, Persebaya terselamatkan dari sanksi pemecatan dari keanggotaan PSSI, seperti diberikan kepada Klub Persema Malang dan Persibo Bojonegoro, yang nyata-nyata menolak mengikuti kompetisi PSSI dan memilih mengikuti kompetisi di luar PSSI, yaitu kompetisi Liga Primer Indonesia
Sedangkan Saleh Ismail Mukadar sebagai ketua umum Persebaya dibawah PT. Persebaya Indonesia tetap berusaha eksis dengan berencana mengikuti kompetisi breakaway league yang diberi nama Liga Primer Indonesia yang digagas oleh usahawan Arifin Panigoro.[8] Setelah keluar dari PSSI, PT. Persebaya Indonesia tak bisa lagi memakai nama Persebaya Surabaya karena tidak mendapatkan izin dari kepolisian, pihak kepolisian beralasan tidak boleh ada dua klub sepak bola mempunyai nama yang sama.
Saleh Ismail Mukadar bersama Cholid Goromah mengusung semua pemain dan official tim Persebaya Surabaya yang tidak diakui oleh PSSI ke dalam nama baru yaitu Persebaya 1927 untuk mengikuti kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI).
Sedangkan Persebaya Surabaya dibawah Wishnu Wardhana mengikuti kompetisi Divisi Utama 2010 dan untuk mengisi kekosongan official maupun pemain, Wisnu Wardhana mendatangkan semua pemain milik tim Persikubar Kutai Barat atas bantuan Vigit Waluyo pengelola klub Persikubar tersebut.[9]
Penolakan dan perlawanan suporter
Setelah terjadinya dualisme ini kelompok suporter Persebaya Surabaya yang dikenal dengan sebutan Bonek menyatakan sikap dengan tegas menolak keberadaan Persebaya Surabaya dibawah kendali Wisnu Wardana dan tetap berdiri mendukung Persebaya 1927 yang diketuai oleh Saleh Ismail Mukadar[10]. Sejak saat itu selama rentang waktu dualisme Persebaya, Bonek tak henti-hentinya melakukan perlawanan terhadap apa yang mereka anggap pendzoliman terhadap tim kebanggaan mereka Persebaya Surabaya.
Aksi 18 april 2015
Aksi tersebut digelar bersamaan dengan dilaksanakanya Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI 2015 di Hotel JW Marriott, Surabaya. Dalam aksi tersebut ribuan Bonek mengepung hotel tempat berlangsungnya KLB dan berorasi sambil membentangkan spanduk serta menyalakan flare atau kembang api, tuntutan tersebut diantaranya adalah
- Mendukung Presiden Indonesia melawan mafia FIFA demi kedulatan Indonesia.
- Mendukung Menpora dan BOPI tegas terhadap PSSI dan PT Liga Indonesia.
- Serta mengembalikan hak-hak PT Persebaya Indonesia.[11]
Aksi Parade Bela Persebaya
Pada hari senin, 26 Desember 2016 ribuan suporter Persebaya Surabaya yang dikenal dengan nama Bonek menggelar kegiatan aksi Parade Bela Persebaya dengan berjalan kaki dari Tugu Pahlawan menuju Balai Kota Surabaya. Rute yang dilewati dari Jalan Pahlawan-Kramat Gantung-Gemblongan-Tunjungan-Gubernur Suryo-Yos Sudarso-Wali Kota Mustajab-hingga finis di Balai Kota Surabaya.[12]
Kegiatan parade tersebut merupakan satu dari serangkaian perjuangan Bonek untuk mendukung tim kesayangannya kembali diakui PSSI dan kembali ke kancah persepakbolaan nasional.
Garis waktu
Persebaya (PT. PI)
- 2009
- Posisi 17 klasemen akhir ISL 2009.
- 2010
- Kalah WO 3-0 melawan Persik Kediri karena tidak hadir pertandingan akhir (tunda) ISL 2009 di Stadion Jaka Baring, Palembang.
- Degradasi ke Divisi Utama 2010.
- Menyeberang ke Liga Primer Indonesia.
- 2011
- Merubah nama menjadi Persebaya 1927
- Ketua PSSI saat itu, Djohar Arifin meminta kedua Persebaya digabung, namun gagal terlaksana.
- 2012
- Runner-up Liga Primer Indonesia 2011.
- 2013
- Liga Primer Indonesia berhenti ditengah jalan.
- Kongres PSSI di Surabaya tak akui Persebaya 1927 dibawah PT.PI.
- Unifikasi liga tak ikutkan Persebaya 1927.
- Bonek turun ke jalan tuntut PSSI akui Persebaya 1927 .
- 2015
- La Nyalla Mattalitti jadi ketua PSSI.
- PT. PI gugat PT. MMIB di pengadilan niaga Surabaya.
- Kemenkumham berikan hak atas kekayaan intelektual Persebaya Surabaya kepada PT. PI.
- 2016
- PT. PI menangkan gugatan terhadap PT. MMIB atas hak paten, nama dan logo Persebaya Surabaya.
- Ribuan Bonek datang ke kongres PSSI di Ancol, Jakarta tuntut PSSI akui Persebaya 1927.
- Tony Apriliani, anggota EXCO PSSI dihadapan Bonek berjanji pulihkan keanggotaan Persebaya 1927 pada kongres PSSI di bulan November.
- Letjend Edy Rahmayadi jadi ketua PSSI datang ke Surabaya untuk temui manajemen dan Bonek dan berjanji akan pulihkan keanggotaan Persebaya 1927 pada kongres luar biasa PSSI di Bandung.
- 2017
- Kongres PSSI di Bandung akui Persebaya 1927 namun harus berkompetisi dari Liga 2.
- Kembali menggunakan nama Persebaya Surabaya.
- Azrul Ananda melalui PT. Jawa Pos Sportainment beli 70% saham Persebaya
- Komposisi saham di PT. PI (PT. Jawa Pos Sportainment 70% dan Koperasi Surya Abadi Persebaya 30%)
- Persebaya Surabaya berkompetisi di Liga 2 dan berhasil menjadi juara.
- 2018
- Promosi ke Liga 1.
Persebaya (PT. MMIB)
- 2010
- Wisnu Wardhana membentuk Persebaya tandingan.
- Bermain di kompetisi Divisi Utama 2010 sehingga lebih dikenal dengan nama Persebaya DU (Divisi Utama).
- 2015
- Banding ditolak, PT. MMIB kalah dalam gugatan melawan PT. PI.
- Karena kalah di pengadilan PT. MMIB tak boleh gunakan nama Persebaya Surabaya.
- Untuk bisa mengikuti Piala Presiden 2015 terpaksa ganti nama Persebaya United.
- Di pertengahan jalan piala presiden 2015, karena kalah di pengadilan Persebaya United dilarang memakai embel-embel nama Persebaya. Akhirnya merubah nama lagi menjadi Bonek FC hingga Piala Presiden 2015 berakhir.
- Di turnamen Piala Jenderal Sudirman, Bonek FC kembali berganti nama menjadi Surabaya United, karena tuntutan Bonek yang mengecam pencatutan nama mereka menjadi sebuah nama klub.
- 2016
- Surabaya United melakukan merger dengan PS POLRI. Kemudian berganti nama lagi menjadi Bhayangkara Surabaya United.
- 2017
- Setelah seluruh sahamnya diakuisisi oleh POLRI nama Bhayangkara Surabaya United pun akhirnya berubah lagi menjadi Bhayangkara FC untuk mengikuti kompetisi Liga 1 hingga saat ini.
Lihat pula
- (Indonesia) Perjalanan panjang Persikubar hingga menjadi Bhayangkara FC
- (Indonesia) Sebuah fakta tentang Persebaya
- (Indonesia) Babak baru Persebaya, Jawa Pos pegang 70% saham
Referensi
- ^ Wisnu Wardana bentuk Persebaya tandingan
- ^ Persebaya kembali diakui oleh PSSI
- ^ PT Persebaya Indonesia berhak atas hak paten Persebaya Surabaya
- ^ Menang di pengadilan, ribuan Bonek menangis.
- ^ Laga Persik vs Persebaya di Kediri dipastikan batal
- ^ Polda DIY tak keluarka izin Persik vs Persebaya
- ^ Persebaya kalah WO
- ^ Arifin Panigoro membentuk Liga Primer Indonesia
- ^ [1]
- ^ Bonek siap dukung Persebaya 1927
- ^ Ribuan Bonek kepung KLB PSSI di Surabaya
- ^ Bonek gelar aksi Parade Bela Persebaya