Hashim Djojohadikusumo

Revisi sejak 23 Mei 2019 18.37 oleh 175.158.50.5 (bicara) (→‎Kehidupan Pribadi: Fixed typo, Fixed grammar)

Hashim Sujono Djojohadikusumo adalah anak bungsu dari pasangan Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo dan Ibu Dora Sigar, dan juga adik dari Prabowo Subianto, Capres 2014 dari Partai Gerakan Indonesia Raya. Selain membantu kakaknya dalam Pemilu 2014 sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai GERINDRA[1], Hashim Djojohadikusumo juga adalah seorang wiraswasta dan pemilik perusahaan Loenpia yang bergerak dalam bidang makanan berbasis jajanan khas Indonesia dan lain-lain.[2]

Hashim Djojohadikusumo
Lahir5 Juni 1953 (umur 70)
Indonesia Jakarta, Indonesia
Tempat tinggalIndonesia
Warga negaraIndonesia
PekerjaanPengusaha
Partai politik Partai Gerakan Indonesia Raya
Suami/istriAnie Hashim Djojohadikusumo
PasanganPrabowo Subianto (kakak)
AnakAryo Djojohadikusumo
Rahayu Saraswati Djojohadikusumo
Indra Djojohadikusumo
Orang tuaProf. Dr. Soemitro Djojohadikusumo dan Dora Sigar

Kehidupan Pribadi

Sejak sekolah dasar hingga sekolah menengah, ia mengenyam pendidikan di Eropa sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di bidang Politik dan Ekonomi di Universitas Pomona, negara bagian California, Amerika Serikat. Hashim menikah dengan Anie Hashim, dan dikaruniai 3 orang anak: Aryo, Sara, dan Indra.

Ayah Hashim adalah begawan ekonomi Indonesia, Sumitro Djojohadikusumo yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Ekonomi serta Menteri Riset dan Teknologi pada masa Presiden Soeharto. Sedangkan kakeknya Margono Djojohadikusumo adalah pendiri Bank BNI 1946 dan mantan ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara(DPAS) 1945 serta Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia[3].

Hashim adalah yang termuda dari empat bersaudara. Ia memiliki dua kakak perempuan, yaitu Biantiningsih dan Maryani Ekowati, serta satu kakak laki-laki yaitu Prabowo Subianto yang merupakan mantan Danjen Kopasus RI dan pernah menjadi calon Presiden RI pada tahun 2014[4].

Penerus trah Aryo Djojohadikusumo, anak sulung Hashim, yang telah merampungkan pendidikannya di London University, turut mendukung dibalik konsolidasi dan penyatuan perusahaan di bawah satu payung. Aryo menjabat sebagai Komisaris Loenpia Group dan memegang posisi penting dalam unit usaha Loenpia Semarang, Tahu Baso, Risol Pangan Indonesia, dan Ayam Geprek International. Saat ini Aryo menduduki kursi di DPR terpilih pada pemilu legislatif 2014 dari partai Gerindra mewakili Daerah Pemilihan DKI III, yaitu Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu[5].

Kiprah Bisnis

Awalnya, Hashim Djojohadikusumo magang di sebuah bank investasi sebagai analis keuangan di Prancis, kemudian ia mulai memasuki dunia bisnisnya dengan menjadi direktur di Indo Consult. Berkat perkembangan bisnis dan perusahaan Hashim Djojohadikusumo yang semakin melaju pesat, maka akhirnya ia pun mulai mengakuisi PT. Semen Cibinong lewat perusahaannya bernama PT. Tirta Mas. Setelah itu, ia pun juga mulai menanamkan sahamnya di Bank Niaga dan Bank Kredit Asia, hingga ia menjadi benar-benar seorang konglomerat.

Pada tahun 2002 Hashim ditahan karena terlibat pelanggaran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) di mana kredit yang seharusnya dikucurkan ke kreditor ternyata dikucurkan ke grupnya sendiri[6].

Setelah itu bersama dengan Prabowo, ia membeli Kiani Kertas, perusahaan eks-Bob Hasan yang bermarkas di Kalimantan Timur. Sentuhan langsung dari kakeknya dan kesetiaannya mengikuti sang ayah kemana-mana telah membentuk sosok Hashim yang telah mengenal ekonomi kerakyatan sejak kecil.

Setelah banyak menghabiskan pendidikan formalnya di luar negeri, Hashim pulang ke Indonesia tatkala sang ayah tak lagi menduduki jabatan menteri, dan langsung menempati posisi direktur Indo Consult—perusahaan milik ayahnya [7].

Setelah berhasil menyelamatkan perusahaan Prabowo tersebut, Hashim Djojohadikusumo juga berhasil menguasai konsesi lahan hutan sebesar 97 hektare yang tersebar di Aceh Tengah, yang kemudian mendorongnya untuk terus memperluas jaringan bisnisnya hingga memiliki 3 juta hektare perkebunan, konsesi hutan, tambang batubara, dan ladang migas di Aceh hingga ke Papua. Menurut laporan Forbes 2012 mengklaim bahwa Hashim Djojohadikusumo sebagai salah satu pria terkaya di Asia dengan kekayaan mencapai US$ 850 juta atau bila dikurs kan bisa mencapai sebesar Rp 8.5 Triliun.

Namum demikian Kiani Kertas kerap mengalami masalah keuangan dan pada awal 2014 terjadi protes buruh yang belum menerima gaji selama 5 bulan[8].

Filantropis

Dalam trah keluarganya, Hashim Djojohadikusumo bukan hanya pewaris kepiawaian sang ayah dan kakeknya dalam berbisnis, tetapi juga dalam semangat dan komitmennya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Khususnya dalam menjaga dan melestarikan sejarah serta tradisi budaya Indonesia, memajukan pendidikan, melestarikan lingkungan hidup dan satwa langka[3].

Hashim juga dikenal sebagai kolektor seni dan sebagai orang yang terus berjuang untuk melestarikan budaya Indonesia, khususnya budaya Jawa. Hal ini dilakukannya melalui Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dan Persatuan Pedalang Indonesia (Pepadi) di mana Hashim menjabat sebagai ketua. Namun, hasratnya untuk melestarikan dan menjaga pusaka Indonesia hampir menghancurkan reputasinya. Pada tahun 2008, dalam upaya untuk melestarikan budaya Indonesia, Hashim membeli 6 artefaks/arca dari seorang kurator benda seni terkenal yang pernah bekerja di balai lelang Christie, Hugo Kreijger. Nyatanya, sertifikat dari keenam benda dengan nilai sejarah tinggi tersebut telah dipalsukan oleh seorang Heru Suryanto. Oleh sebab itu, Hashim dituduh telah mencuri dan sempat berurusan dengan pihak yang berwajib. Pada akhirnya, Hashim terbukti tidak bersalah, dan telah bebas dari semua tuduhan[9].

Sebagai seorang filantropis, Hashim telah mendedikasikan lebih dari 20 tahun hidupnya untuk berbagai isu sosial di Indonesia. Untuk mencapai tujuannya mendukung peningkatkan kualitas pendidikan, kesejahteraan pendidik, kualitas gizi anak, Hashim lakukan melalui Yayasan Arsari Djojohadikusumo[9].

Referensi

Pranala luar