Anemophily or penyerbukan oleh angin proses berpindahnya serbuk sari yang terbawa oleh hembusan angin dan jatuh ke kepala putik.[1]

Penyerbukan oleh Angin (Anemofili)
Tanaman dengan bunga yang melepas serbuksari dan penyerbukannya dibantu oleh angin, seperti saw-tooth oak (Quercus acutissima), yang bunga nya kurang memikat serangga penyerbuk.
Tanaman berpenyerbuk Anemofili, seperti (Pinus) ini melepas serbuk sari dalam jumlah besar, yang terbawa oleh hembusan angin.

Genus berpenyerbuk angin

Hampir semua Tumbuhan berbiji terbuka berpenyerbuk anemofili, diantaranya banyak tanaman dalam ordo Poales, termasuk suku padi-padian, Suku teki-tekian and Juncaceae.[1]Tumbuhan anemofil umum lainnya adalah oak, kastanya manis, alnus dan anggota famili Juglandaceae (famili hickori atau kenari).

Dalam praktiknya, angin bukanlah penyerbuk tunggal, meski Tanaman berpenyerbuk anemofili adalah tanaman yang sebagian besar penyerbukannya melibatkan angin, masih dimungkinkan keterlibatan penyerbukan hewan dalam jumlah kecil, ataupun keterlibatan penyerbukan artifisial, semisal dalam tujuan untuk menghasilkan varietas hibrida [2] atau diperlukannya keterlibatan manusia dalam pertanian tertutup (diantaranya pertanian dalam rumah kaca dan hidroponik dalam ruangan) yang mana tidak dapat diakses oleh penyerbuk alami.

Alergi

Terdapat beberapa jenis serbuk sari (namun tidak semua) merupakan alergen,[3] diantaranya Poaceae merupakan produsen serbuk sari alergen utama di daerah beriklim sedang. Sesies pada dataran rendah atau padang rumput menghasilkan lebih banyak serbuk sari daripada spesies pada dataran tinggi atau moorland.[4]

Pelepasan serbuk sari non-alergen dalam jumlah besar-besaran dan terbawa angin juga dapat memicu reaksi alergi ringan pada sebagian orang meskipun serbuk sari tersebut bukan kategori alergen, umumnya berasal dari genus berpenyerbuk anemofili [4] yang mampu melepas dalam jumlah besar, pada perkebunan serentak, sehingga pelepasannya pun juga disaat hampir bersamaan.[5]


Catatan kaki

  1. ^ a b (Inggris) A. K. Shukla; M. R. Vijayaraghavan; Bharti Chaudhry (1998). "Abiotic pollination". Biology Of Pollen. APH Publishing. hlm. 67–69. ISBN 9788170249245. 
  2. ^ (Inggris) Rai, Nagendra; Rai, Mathura (2006). Heterosis breeding in vegetable crops. New India Publishing. ISBN 978-81-89422-03-5. Diakses tanggal July 5, 2011. 
  3. ^ (Inggris) Yamamoto T, Asakura K, Shirasaki H, Himi T, Ogasawara H, Narita S, Kataura A (2005). "[Relationship between pollen allergy and oral allergy syndrome]". Nippon Jibiinkoka Gakkai Kaiho. 108 (10): 971–9. doi:10.3950/jibiinkoka.108.971. PMID 16285612. 
  4. ^ a b (Inggris) Jean Emberlin (2009). "Grass, tree, and weed pollen". Dalam A. Barry Kay; Allen P. Kaplan; Jean Bousquet; Patrick G. Holt. The Scientific Basis of Allergy. Allergy and Allergic Diseases. 1 (edisi ke-2nd). John Wiley & Sons. hlm. 942–962. ISBN 9781444300925. 
  5. ^ (Inggris) {{cite web|title=Cause of Environmental Allergies|url=http://www.niaid.nih.gov/topics/environmental-allergies/Pages/cause.aspx%7Cwebsite=NIAID%7Caccessdate=17 June 2015|date=April 22, 2015|