Kaligangsa, Margadana, Tegal

kelurahan di Kota Tegal, Jawa Tengah

Kaligangsa merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Margadana, Kota Tegal, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kelurahan Kaligangsa merupakan kelurahan paling barat Kota Tegal. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, Kelurahan Krandon di sebelah timur, Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sidakaton yang merupakan bagian dari Kabupaten Tegal, serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Brebes ditandai dengan batas Sungai Kaligangsa. Di Kaligangsa pula terdapat waduk atau polder terbesar di Kota Tegal yang diberi nama Polder Bayeman sesuai dengan nama daerah waduk ini berasal.

Kaligangsa
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KotaTegal
KecamatanMargadana
Kodepos
52147
Kode Kemendagri33.76.04.1001 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3376040001 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 6°52′34″S 109°4′53″E / 6.87611°S 109.08139°E / -6.87611; 109.08139

Asal usul desa kaligangsa.

Kaligangsa berasal dari kata , kali = sungai. Gong = gamelan. Gangsa = racun yang di gunakan pada keris atau di kenal dengan rangan. Lahirnya nama desa kaligangsa bersamaan dengan lahirnya desa margadana.yaitu margadana sebuah jalan besar yang di bangun dari gotong royong masyarakat setempat. Yang di pimpin oleh adipati sokadana dari kerajaan majapahit yang di hukum oleh walisongo karna tidak segera memeluk islam. Kemudian datanglah sunan kalijaga bersama adik iparnya yaitu empu supa dan ki ageng selo. Sunan kalijaga memulai syiar dakwah nya dengan media wayang golek di sekitar makam leluhur yang berada di desa kaligangsa. Sebelum bernama kaligangsa sunan kalijaga tinggal di sekitar pekarangan yang sekarang masjid baitul makmur. Kemudian sunan kalijaga memendam gong sebanyak satu truk (ukuran sekarang) di sekitar tempat tinggal sementaranya. setelah memendam gong, sunan kalijaga memberi wasiat kepada masyarakat setempat. Kelak yang akan bisa mengambil gong ini adalah titisan / keturunan saya (sunan kalijaga). Masyarakat kemudian menamakan desa ini dengan sebutan desa krandon yang artinya dalam bahasa jawa ; ndon ndonane barange sunan kalijaga = tempat menyimpan barang (gong) milik sunan kalijaga. Setelah beberapa tahun kemudian setiap bulan suro selalu di adakan peringatan sedekah bumi, disekitar makam leluhur untuk meneruskan dakwah syiar yang telah di bawa sunan kalijaga, melalui pentas seni wayang golek. Desa ini sering di sebut oleh keturunan sunan kalijaga yang bernama mbah Dawil dengan nama desa kaligangsa gawe yaitu desa yang setiap bulon suro mengadakan gawe atau hajat sedekah bumi di sekitar makam kuno atau candi. Pada tahun 1965 di temukan gong oleh Bp Toyib sebanyak satu truk dari ukuran sepiring sampai sebesar wajan dodol di sekitar pekarangan yang sekarang masjid Baitul makmur saat itu sedang menggali tanah untuk urug pondasi rumah.namun gong tersebut di rampas oleh salah satu oknum partai dan dituduh sebagai harta untuk mendanai pemberontakan negara yaitu pada masa pergolakan G30 spki. Semuanya di lebur hanya menyisakan satu. Terakhir terlihat di museum fatahilah jakarta, gong bertuliskan pa toyib kaligangsa. Sedangkan empu supa tinggal di sekitar bantaran sungai kaligangsa di bawah gapura selamat datang kota tegal yang berbatasan dengan brebes. Sungai kaligangsa di sebut juga dengan sungai lon. Dinamakan sungai lon karna sungai itu di bentuk dari hasil gotong royong warga setempat menggunakan keranjang elon. Kedatangan empu supa di buktikan dengan adanya keris yang di buat di kaligangsa memiliki ciri kusus pada bentuk ujungnya. Tapak tilas ki ageng selo atau tempat pertapaanya ada di sawah sebelah utara kaligangsa hal itu pernah di temukan balok kayu jati tempat tidur ki ageng selo selama bertapa.

Makam kuno atau candi di desa kaligangsa Makam tersebut sering di sebut mbah bapang.nama bapang berasal dari sebutan warga setempat atau nama juluk. Bapang atau ngrebapangi yang artinya mengayomi. Warga desa tersebut mengkramatkanya.nama asli mbah bapang mulai terungkap sejak kedatangan ibu suherni istri Bp Toyib. Ibu suherni mampu membaca tulisan kuno yang berada di nisan makam mbah bapang. Konon di nisan tersebut menyebutkan prabu gendrayana. Yaitu raja terakhir antara zaman purwa (wayang india) ke zaman madya (wayang jawa). Ibu suherni mampu menguasai 182 bahasa dari zaman kuno hingga sekarang berkat tapa kuburnya selama 40 hari. Ibu suherni adalah keturunan bupati karawang yang lari dari pengejaran belanda ke brebes. Kemudian di asuh oleh pekatik kuda brebes.dan bertemu Bp Toyib dan di makamkan di desa kaligangsa