Kebonturi, Jaken, Pati
Kebonturi adalah desa di kecamatan Jaken, Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Ada juga sebagian orang yang lebih suka menyebut desa ini dengan sebutan Mbenturi. Desa ini masuk ke dalam wilayah administratif Kecamatan Jaken, meskipun secara letak geografis, Desa Kebonturi sebenarnya lebih dekat ke Wilayah Kecamatan Jakenan.
Kebonturi | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Pati | ||||
Kecamatan | Jaken | ||||
Kode pos | 59184 | ||||
Kode Kemendagri | 33.18.06.2014 | ||||
Luas | - | ||||
|
Desa yang terletak paling barat di Kecamatan Jaken ini termasuk ke dalam kategori desa yang cukup berkembang, khususnya untuk sarana infrastruktur yang dimiliki. Jalan utama desa yang membentang sepanjang 1,6 KM dari Jalan Raya Jakenan-Jaken pun sudah diaspal/hotmix disertai dengan penerangan lampu jalan saat malam hari, sedangkan 80% jalan gang/jalan kecil di dalam desa juga sudah di cor semen.
Desa Kebonturi sendiri terbagi atas beberapa dusun, antara lain: Kedung Tegok, Cabean, dan Njarak.
Batas Desa :
-Barat : Desa Plosojenar, Kecamatan Jakenan
-Timur : Desa Lundo, Kecamatan Jaken
-Utara : Desa Sukoagung, Kecamatan Batangan
-Selatan : Desa Mojoluhur, Kecamatan Jaken
Nama Kebonturi sendiri diambil dari banyaknya Pohon Turi (Sesbania grandiflora) yang tumbuh di desa ini, baik di daerah persawahan atau juga tumbuh di sekitar rumah warga. Saking banyaknya tanaman tersebut, maka terlihat seperti sebuah Kebun Pohon Turi.
Sedangkan penamaan Mbenturi berkaitan erat dengan legenda / cerita asal-usul desa-desa lain di kecamatan Jaken, khususnya Desa Sukorukun dan Sriwedari.
Legenda turun-temurun mengisahkan bahwa saat itu Kek Kebogiro sedang bertarung dan mengejar Brandal Tengkal karena sudah menculik calon istrinya, Nyi Roro Ireng. Mereka bertarung sengit dan saling kejar sampai tidak memperdulikan sekitarnya, sehingga berulang kali mereka menabrak Pohon Turi.
Kata "Menabrak" dalam bahasa jawa adalah "Mbentur". Jadi Mbenturi, menurut cerita rakyat yang beredar berasal dari frasa "Mbentur-Mbentur Wit Turi" atau "Menabrak Pohon Turi", maka sejak saat itu dikenallah Desa Kebonturi dengan sebutan Mbenturi.
Desa Kebonturi / Mbenturi sendiri masih lekat dengan budaya leluhur, salah satunya adalah adanya tradisi mengitari Punden bagi masyarakat Kebonturi yang menikah atau sering disebut dengan "Ngarak".
Menurut KBBI, pun·den /pundén/ memiliki arti tempat terdapatnya makam orang yang dianggap sebagai cikal bakal masyarakat desa; tempat keramat; atau sesuatu yang sangat dihormati. Punden di Desa Kebonturi adalah 2 (dua) buah pohon besar yang terdapat di tengah desa, yaitu Pohon Asem Jawa dan Pohon Kecacil/Kesambi.
Mayoritas penduduk Desa Kebonturi bekerja sebagai petani, peternak, dan juga karyawan pabrik di daerah juwana dan Pati. Sebagian pemuda juga ada yang pergi mengadu nasib ke luar kota dan ke luar negeri.
Untuk menampung air hujan guna mencukupi kebutuhan pengairan sawah milik penduduk, sudah dibangun 4 (empat) waduk/jomblangan berukuran sedang yang terletak di persawahan selatan desa, utara desa, barat desa, dan timur desa.
Oleh: --Abdul Wahab, S.Pd. (bicara) 7 April 2014 10.36 (UTC)