The Years of Rice and Salt

Revisi sejak 10 Juni 2019 08.35 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (namun (di tengah kalimat) → tetapi)

The Years of Rice and Salt (Tahun-tahun beras dan garam) (2002) adalah sebuah novel sejarah alternatif yang dikarang oleh Kim Stanley Robinson. Novel ini menceritakan tentang dunia tanpa peradaban Kristen dan Eropa seperti yang kita ketahui sekarang. Novel ini dicalonkan pada tahun 2003 dalam Hugo Award untuk kategori novel terbaik.

The Years of Rice and Salt
Berkas:TheYearsOfRiceAndSalt(1stEdUK).jpg
Sampul dari edisi hardcover Britania Raya pertama, diterbitkan oleh HarperCollins pada 2002.
PengarangKim Stanley Robinson
NegaraAmerika Serikat
BahasaBahasa Inggris
GenreSejarah alternatif
PenerbitBantam Books
Tanggal terbit
2002
Jenis mediaCetak (Hardcover & Paperback)
Halaman660 pp
ISBNISBN ISBN 0-553-10920-0 Invalid ISBN

Ringkasan Jalan Cerita

Jalan cerita buku ini terentang dari tahun 1405 (708 tahun matahari setelah Hijriah) sampai 2002 (1423 Setelah Hijriah). Pada abad kedelapan Islam, hampir semua penduduk Eropa tewas oleh wabah Maut Hitam (pada dunia kita, hanya 30 sampai 60 persen yang tewas). Sebagai pengganti dari Eropa, terdapat dua peradaban utama yang mendominasi dunia di dalam novel ini, yaitu Kekaisaran Tiongkok dan Darul Islam (Kumpulan dari Bangsa Bangsa Muslim). Keduanya saling antagonis satu sama lain layaknya yin dan yang. Pada abad-abad terakhir namun, muncul kekuatan lain seperti Liga India dan Gabungan Suku-suku Amerika utara.

Pada bab terakhir, novel ini menjadi refleksif, mengutip ilmuwan dan filsuf fiktif yang telah diperkenalkan pada bab sebelumnya, dan juga merujuk kepada Old Red Ink, yang menulis riwayat hidup sekelompok jāti yang bereinkarnasi.

Jalan cerita di dalam novel dibagi menjadi sepuluh "buku" (bab) masing masing dimulai pada sebuah waktu tertentu yang dituliskan di sini pertama-tama dalam tahun Hijriyah kemudian dalam tahun Gregori.

Buku Satu - Kebangkitan Menuju Kehampaan

783 H / 1381 M

Timur-i Leng memilih untuk menyerang para Frank di Eropa barat alih-alih Tiongkok (seperti di dunia nyata). Sebuah kelompok pengintai dikirim di antaranya adalah Bold, tokoh dari bab ini. Ia menemukan bahwa Eropa timur musnah oleh sebuah wabah dan kembali ke kemah tentara Mongol, selagi Timur mempersiapkan untuk membunuh Bold sebagai hukuman, tendanya tersambar oleh petir dan ia tewas seketika.

Bold berkelana ke selatan melalui Yunani dan akhirnya ditangkap oleh para Muslim di pantai Laut Tengah dan dijual sebagai budak ke Iskandaria untuk kemudian dibawa ke Mombasa di mana dia kembali dijual. Dia berakhir pada salah satu kapal armada Zheng He yang kembali ke Tiongkok. Di Tiongkok dia bekerja di sebuah restoran di Hang Zhou sebelum melarikan diri dan menemukan pekerjaan di istana kaisar di ibu kota yang baru, Beijing.

Buku Dua - Haji Di Dalam Hati

Sekitar 970 H / 1560 M

Bab ini bercerita tentang kehidupan seorang guru sufi pengembara, yang setelah kematian seekor harimau betina yang telah menyelamatkannya, melakukan sebuah perjalanan Haji, pertama menuju Fatepur Sikri, kemudian ke Makkah dan terakhir, Al Andalus (Semenanjung Iberia) yang di sana ia dan rekan-rekannya yang dikucilkan bergabung membentuk sebuah karavan dan pergi ke arah utara yang masih sepi. Mereka kemudian mendirikan sebuah kota, Baraka, di reruntuhan Bayonne dan kemudian kota lainnya di utara yang dinamakan Nsara Nantes

Buku Tiga - Benua Samudra

Sekitar 1030 H / 1620 M

Sebuah armada Tiongkok dipimpin oleh Jenderal Kheim berangkat dengan tujuan menaklukkan Nippon namun armadanya tersesat pecah menjadi dua, yang pertama kembali ke Tiongkok dan yang kedua terseret arus laut Kuroshio sampai ke sebuah pantai Benua yang kemudian mereka namakan Yingzhou (Amerika Utara). Mereka melakukan kontak damai dengan suku Miwok dan terus berlayar ke selatan sampai ke daerah peradaban Inka dan dari sana mereka berlayar kembali ke Tiongkok membawa emas dari Inka dengan bantuan arus yang sama dengan yang menyesatkan mereka.

Peng, seorang anggota dari misi-penaklukan-menjadi-penjelajahan tinggal di Yingzhou bersama wanita Miwok, mereka pergi ke timur menelusuri benua Yingzhou dan bertemu dengan Dewan Lima Bangsa (Liga Hodonesaunee) di tempat yang di dunia kita dikenal sebagai New York.

Buku empat - Sang Alkimiawan

Sekitar 1050 H / 1640 M

Sebuah penemu dari Samarqand, Khalid gagal dalam usahanya menipu Khan Abdul Aziz dan sebagai hukumannya, tangannya dipotong. Cacat dan dikucilkan, I memulai sikap baru atas fenomena alam dengan melakukan pengukuran ketat dan objektivitas baku atas bukti bukti eksperimen dibantu oleh asistennya, Iwang dan Bahwam. Mereka berperan akan reinaisan di Samarqand. Khalid berhasil mengukur kecepatan suara dan Iwang menemukan hukum gravitasi.

Mereka mengembangkan penemuan, senjata dan strategi militer yang baru di bawah kuasa seorang Khan yang ditakuti. Namun semua perkembangan ini terpotong di akhir buku.

Buku Lima - Lungsin dan Benang Tenun

Sekitar 1100 H / 1690 M

Seorang Rounin dari Jepang, bernama Busho berkelana menuju ke timur dan sampailah ia ke Yingzhou. Liga dari kota-kota para suku Amerika utara menerimanya (dan menamainya "Daribarat"), dan dia menjadi ketua dari Hodenosaunee.

Busho itu memperingatkan mereka akan bahayanya terlalu menoleransi para penjelajah Tiongkok karena mereka bisa saja kemudian menjajah benua ini dari barat sama seperti para penjajah Muslim yang sekarang sedang mulai menduduki bagian timur dari Amerika Utara. Dia kemudian mengusulkan agar mereka mempersiapkan melawan ancaman di masa depan dengan memproduksi senjata dan mengembangkan strategi. Beberapa tahun kemudian kekaisaran Tiongkok berhasil menaklukkan Jepang. Orang-orang jepang melarikan diri ke barat dan di sana mereka bergabung dengan para pribumi Amerika.

Buku Enam - Janda Kang

Sekitar 1190 H / 1770 M

Ketika seorang biksu pengemis meninggal, sebagian karena ketidaktanggungjawaban anaknya, seorang janda Tionghoa mula bertingka aneh. Dia akhirnya bertemu dengan seorang sarjana Muslim Ibrahim ibn Hasam dan pindah ke Lanzhou dan di sana mereka menyelidiki tentang problem di Lanzhou, daerah di mana beragam faksi Tionghoa dan Muslim bertengkar.

Buku Tujuh - Zaman Perkembangan Pesat

1200 - 1280 H / 1787 - 1863 M

Kota Konstatiniyye yang mengalami kemerosotan diserang, dikepung, dan diambil alih oleh Liga Thiruvitamkur dengan mesin militer yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Sultan Selim III dari Usmania melarikan diri ke Eropa namun dokter mudanya, Ismail ibn Mani al Dir diminta oleh para orang India untuk melapor ke Travancore (mungkin Kottayam, di provinsi Kerala, India) yang di sana dia tinggal di sebuah rumah sakit dan berkorespondensi dengan seorang biarawati. Gubernur Kerala dari Thiruvitamkur, mendukung perkembangan ilmu pengetahuan yang besar untuk mencapai sebuah dunia dengan kesetaraan dan keseimbangan.

Beberapa tahun kemudian pada sebuah banjir di Fangzhang (San Fransisco) seorang pelayan Jepang bertemu dengan seorang wanita Tionghoa dengan bayinya dan dari sana cerita beranjak ke sebuah organisasi rahasia Jepang yang didukung Liga Thiruvitamkur untuk melawan kekuaatan Tiongkok di daerah tersebut. Ketegangan yang semakin meningkat karena perebutan sumber daya pecah menjadi perang antara Kekaisaran Tiongkok dan dan Persekutuan Bangsa Muslim, yang pada akhirnya Liga Thiruvitamkur dan Hodenosaunee juga ikut terlibat.

Buku Delapan - Perang Para Ashura

Sekitar 1400 H / 1980 M

Dalam tahun-tahun Perang Panjang, tiga prajurit Tiongkok, Kuo, Bai, dan Iwa bertarung dalam perang parit tanpa akhir melawan tentara Muslim di Koridor Guangxu. Setelah kematian salah satu dari mereka, angkatan bersenjata Muslim dipukul mundur ke selatan melalui Tibet sampai ke India utara. Sementara itu dalam perang angkatan laut di Yingzhou angkatan laut muslim kalah dan kembali.

Perang Panjang yang berlangsung selama lebih dari enam dasawarsa berakhir pada perjanjian Shanghai Persatuan bangsa Muslim kalah dan mereka harus membangun kembali kerusakan yang diakibatkannya sebagai hukuman.

Buku Sembilan - Nsara

1410 - 1423 H / 1990 - 2002 M

Seorang pemudi dari Emirat Alpen (Swiss), di Firanja melarikan diri dari keluarganya dan bersama bibinya ia pergi ke Nsara (Nantes, Prancis) dan di sana ia menemukan suasana yang kondusif. Bibinya, seorang fisikawan terkemuka terancam berhadapan dengan polisi karena mereka menduga bahwa penelitiannya dapat digunakan untuk senjata hipotetis yang dicari Bangsa Muslim, yang kalah dalam Perang Panjang.

Gadis tokoh utama dalam bab ini menjadi seorang arkeolog dan berkelana ke sebuah pertemuan ilmiah penting di kota Isfahan, Iran, yang di sana ia mengusulkan, di bawah dukungan bibinya, cara-cara agar para ilmuwan dapat tetap bersatu untuk mengimbangi kecenderungan brutal dari pemerintah. Namun dia harus segera kembali ketika angkatan bersenjata mengambil alih pemerintahan bab ini kemudian menceritakan perjuangan penduduk Nsara melawan pendudukan angkatan bersenjata sampai akhirnya Liga Hodenosaunee mengembalikan pemerintahan sebelumnya.

Buku Sepuluh - Tahun-tahun Pertama

2002 / 2080 M

Setelah perang panjang usai, Negara Tiongkok dikuasai oleh pemerintahan militer yang menindas rakyatnya, Majelis Kelima Kemampuan Militer. Sebuah gerakan revolusioner yang menentang pemerintahan dibentuk, dengan Kung Jianguo sebagai ketuanya dan Bao Xinhua sebagai orang kepercayaannya. Beberapa tahun kemudian gerakan tersebut mengadakan aksi kerusuhan yang pecah menjadi perang saudara. Pada akhirnya Majelis Kelima Kemampuan Militer berhasil dijatuhkan. Kota terlarang di Beijing kemudian dibuka untuk umum setelah empat dasawarsa tertutup. Filsuf Zhu Isao memberikan pidato di sana selagi angkatan revolusioner masuk tanpa halangan, tetapi pada waktu itu Kung Jianguo terbunuh.

Bao kemudian bekerja sebagai dan berkelana ke berbagai belahan di dunia sampai akhirnya ia menerima sebuah jabatan di Kota Pyingkayaing (ibu kota Myanmar) di mana dia bekerja di Liga Perwakilan Rakyat dalam Harmoni dengan Alam dan dari sana ia bertemu dengan ideologis tionghoa dan di sana mereka menganalisis sejarah manusia. Akhirnya ia kemudian pindah ke Fangzhang (San Fransisco) dan di sana bekerja sebagai profesor sejarah pada sebuah universitas.

Para Protagonis

Novel ini mengikuti sudut pandang dari Jāti delapan orang tokoh utama dan reinkarnasi mereka dari waktu ke waktu dalam latar belakang budaya dan agama yang berbeda beda. Novel ini mencorakkan kehidupan sehari hari, budaya, dan filosofi Islam, Tionghoa (Buddha, Taoisme, Kong Hu Cu), Pribumi Amerika, dan Hindu. Di dalam novel dipaparkan tentang kebudayaan ini di dalam kehidupan sehari-hari dengan pengembangan fiktif, sebagian menyerupai sejarah yang sebenarnya namun berubah karena latar belakang budaya yang berbeda.

Biasanya pada akhir setiap buku, tokoh-tokoh ini bertemu dengan Bardo untuk menyiapkan diri mereka kembali ke dunia tanpa ingatan akan kehidupan sebelumnya. Perlahan-lahan diceritakan tentang para Jāti ini dan pada akhirnya pembaca akan menemukan bahwa mereka adalah delapan orang yang meninggal di sebuah kota di Tibet ketika terjadi bencana longsor dan ditakdirkan untuk mencoba hidup lebih baik.

Tokoh-tokoh utama di dalam buku ini ditandai dengan huruf depan pada mereka yang selalu sama pada setiap identitas barunya setelah reinkarnasi namun dengan gender, kebangsaan, dan budaya mereka berbeda-beda pada setiap daur kehidupan baru:

  • Baram/Bold/Bihari/Bistami/Butterfly/Busho/Beam/Bhakta/Butterfly/Bai/Budur/Beam, dia adalah orang yang rendah diri namun mudah menyesuaikan diri.
  • Kenpo/Kyu/Kokila/Kya/Katima/Kheim/Khaled/Keeper of the Door/Kang/Kerala/Kiyoaki/Kuo/Kung/Kali, dia adalah tokoh nonkonformis, menjunjung keadilan, dan pragmatis.
  • Iwang/I-li/Insef/Ibn Ezra/I-Cheng/Iwang/Igogeh/Ibrahim/Ismail/Iwa/Idelba/Isao, adalah tokoh yang tertarik akan sistem dan proses dari kenyataan dan mempunyai perilaku layaknya seorang ilmuwan.

Sejarah di dalam Novel

Tentu saja dunia yang ditulis di dalam novel ini berbeda dengan dunia kita, tetapi pada saat yang sama dikenali dalam aspek yang berbeda. Perkembangan sejarah pada dasarnya sama dengan apa yang terjadi di dunia kita walaupun dengan langkah dan orang orang yang berbeda. Peradaban di Amerika Utara dan Asia Selatan mengimbangi dominasi Tiongkok dan Islam. Perang dunia hanya terjadi sekali, tetapi berlangsung selama enam dasawarsa. Kemandirian dan integritas para ilmuwan membuat sebuah dunia di mana tidak terjadi pelepasan bom atom di daerah sipil.

Dalam dunia di Novel ini, kebanyakan tempat diberikan nama-nama asing yang berasal dari Bahasa Tionghoa atau Arab. Sebagai contoh, Eropa menjadi "Firanja", Kepulauan Britania menjadi "Kesultanan Keltik", Spanyol menjadi "Al Andalus", sedangkan Laut Pasifik dan Australia dipanggil dengan nama Tionghoa "Dahai" (大海) dan "Aozhou" (澳洲), Amerika Utara menjadi "Yingzhou".

Robinson menuangkan ke dalam novelnya gaya puitis khasnya yang dapat dilihat di novelnya yang lain, serta memastikan agar hal-hal sepele pun akurat secara sejarah. Beberapa tokoh sejarah muncul di dalam novelnya, seperti misalnya Timur, Zheng He, Akbar Agung, dan Toyotomi Hideyoshi

Isu-Isu Kunci

Isu-Isu Kunci di dalam novel adalah tentang budaya campuran, perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah alternatif, filsafat, agama, sifat manusia, politik, feminisme, kesetaran seluruh manusia, serta pergumulan antara teknologi dan lingkungan.

Karena pencerminannya tentang perilaku manusia dan rentang waktu yang panjang, novel ini menyerupai novel Robinson yang lain, Trilogi Mars.

Kritik Sejarah

Walaupun buku ini mencerminkan keluasan pengetahuan dari sang penulisnya, terdapat beberapa kesalahan sejarah di dalam buku.

  • Ditekankan bahwa awal revolusi industri sudah mulai muncul di Inggris pada abad 14.
  • Diindikasikan di buku bahwa Inkuisisi di Al Andalus sudah terjadi di Andalus pada abad 14 (harusnya seabad kemudian).
  • Dituliskan bahwa para Hodenosaunee (Pribumi Amerika) mempunyai kebiasaan untuk memotong rambut musuh mereka, pada kenyataannya kebiasaan ini mulai dilakukan oleh penakluk dari Eropa.

Pranala luar