Raden Alit Prawatasari

Revisi sejak 15 Juni 2019 00.19 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetik tanda baca)

KH Raden Alit Prawatasari adalah seorang Pejuang anti penjajah Kompeni VOC, yang berasal dari daerah Kabupaten Cianjur,Jawa Barat.

Lukisan Raden Alit Prawatasari

Asal-Usul

Dia adalah keturunan Bangsawan daerah Panjalu, Kabupaten Ciamis.

Kisah Perjuangan

Alasan pemberontakan Dia adalah penolakan terhadap setoran paksa belerang (dari Gunung Gede) dan buah kopi serta hasil pertanian lainnya oleh Bupati Cianjur Cakrayuda atas perintah Kompeni.

Dia berperang dengan cara bergerliya menentang Kompeni didaerah Jampang, perbatasan Cianjur-Bogor yang selanjutnya meluas ke seluruh Priangan Timur, Cirebon dan Banyumas antara tahun 1703-1707.

Raden Prawatasari mampu menghimpun kekuatan sampai 3000 orang pasukan (yang merupakan suatu jumlah yang besar mengingat jumlah penduduk waktu itu satu kabupaten hanya sekitar 1000 keluarga) untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.

Perburuan VOC atas Raden Prawatasari dilakukan oleh Sersan Pieter Scipio bersama pasukan Letnan Ki Mas Tanu (Wedana Tanuwijaya), seorang letnan VOC keturunan sunda sebagai bagian taktik adu domba, dan juga semua Bupati yang tunduk kepada VOC menyatakannya sebagai Karaman (Penjahat).

Kisah perburuan Raden Prawatasari oleh Letnan Ki Mas Tanu tersirat dalam sebuah lagu sunda yang masih dinyanyikan sampai sekarang yaitu lagu Ayang Ayang Gung yang menceritakan bagaimana Ki Mas Tanu bekerjasama dengan Kompeni untuk menangkap seorang penjahat (Raden Prawatasari) dengan cara menipu supaya bisa naik pangkat menjadi seorang Wedana.

Bukti Sejarah

Salah satu bukti otentik catatan sejarah adalah surat perintah Gubernur Jenderal VOC Johan van Hoorn, bertanggal 22 Maret 1704, kepada seluruh Bupati Priangan dengan ancaman pemecatan untuk menangkap Paap Prawatasari (Kyai Prawatasari) yang disebut Karaman van Java atau Penjahat Besar dari Jawa, supaya ditangkap hidup atau mati dangan hadiah 300 Ringgit.

 

Johan Van Hoorn Gubernur Jenderal VOC 1704-1709.

Kisah Kematian dan Kuburannya

Tahun 1707,Dia meninggal setelah mendapat hukuman mati dibenteng Kartasura.

Dia dikuburkan di daerah Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap ditepi Sungai Cibeet. Masyarakat Dayeuhluhur menyebutnya Kuburan Keramat Turunan Panjalu yang keberadaanya terancam tenggelam oleh pembangunan Bendungan Dayeuhluhur tahun 2020 nanti.

Nama Raden Prawatasari sekarang diabadikan menjadi nama sebuah Stadion dan Taman di Kota Cianjur.

 
Kuburan Raden Prawatasari di tepi Sungai Cibeet, Dayeuhluhur.

Kontroversi Tentang Kuburan Raden Prawatasari

Ahli sejarah dan ahli waris dari Raden Prawatasari terkadang salah dalam menentukan kuburan sebenarnya dengan kuburan Raden Salingsingan atau Aria Sancanata yang keduanya kebetulan adalah sama-sama keturunan bangsawan Panjalu dan sama-sama dikuburkan di tepi Sungai Cibeet Kecamatan Dayeuhluhur. Karena sebenarnya kuburan Raden Prawatasari lokasinya agak di sebelah hulu yang dikenali sebagai Kuburan Raja Karaman di Keramat Raja Kembang yang dipelihara oleh masyarakat adat Tejakembang.

Referensi

  1. ^Aan Merdeka Permana

[Pasukan Siluman Haji Prawatasari]