Melayu Palembang
Melayu Palembang (Jawi Palembang: ملايو ڤلىَمباڠ (Melayu Pelèmbang)) adalah Suku Melayu yang berasal dari kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan.[1] Saat ini Penyebaran Melayu Palembang tidak hanya terkonsentrasi di kota Palembang saja tetapi juga dapat di temui di Hampir semua Kabupaten kota di Sumatera Selatan dalam kegiatan sehari-hari Mereka menggunakan Bahasa Palembang yang disebut juga sebagai Basa Pelembang Sari-sari.
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Sumatera Selatan: 2.804.901 Jiwa | |
Bahasa | |
Melayu Palembang Indonesia | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Melayu Bengkulu, Melayu Jambi, Minangkabau, Suku Lampung |
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di wilayah selatan pulau Sumatera dengan ibu kota Palembang. Seperti sebagian besar kebudayaan provinsi lain di pulau Sumatera, kebudayaan provinsi Sumatera Selatan sebagian besar terpengaruh oleh budaya Melayu salah satunya Melayu Palembang. Selain itu, ada beberapa kebudayaan yang terpengaruh oleh Islam, dan ada pula yang dipengaruhi oleh kebesaran dari kerajaan Sriwijaya. Kekayaan budaya Sumatera Selatan meliputi rumah adat, pakaian adat, berbagai jenis tarian, juga makanan khas dari daerah tersebut. Kekayaan budaya Sumatera Selatan tidak hanya mahsyur di wilayah Sumatera Selatan itu sendiri tetapi sampai ke Provinsi tetangga seperti Bangka Belitung, Bengkulu, dan Lampung.
Masyarakat Melayu Palembang
Secara garis besar, suku Melayu Palembang terdiri atas dua kelompok yang berbeda strata sosialnya. Pertama adalah kelompok Wong Jero, yaitu keturunan bangsawan atau hartawan yang statusnya setingkat lebih bawah dari orang-orang di istana kerajaan Palembang. Kedua adalah kelompok Wong Jabo atau rakyat biasa.
Pada awalnya, banyak pendapat yang mengatakan bahwa suku Palembang merupakan hasil peleburan dari beberapa suku seperti Arab, Cina, dan Melayu. Suku-suku ini sudah berabad-abad bermigrasi ke Palembang dan hidup berdampingan dengan warga lokal sekian lama. Bahkan, selama kurun waktu tersebut, terjadi perkawinan campur antara suku asli dengan suku pendatang tersebut.
Nah, dari ketiga suku bangsa (Arab, Cina, dan Melayu) inilah lahir sebuah etnik bernama suku Palembang yang mempunyai kebudayaan dan adat-istiadat tersendiri. Tapi, sebagian masyarakat Palembang tidak sependapat dengan hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa jauh sebelum datangnya bangsa Arab, Cina, dan Melayu, suku Palembang telah berkembang di Palembang dan merupakan pernghuni pertama wilayah tersebut. Jadi, suku Palembang adalah suku asli dari Palembang dan sebuah komunitas adat tersendiri, bukan campuran beberapa suku bangsa.
Tak dapat dipungkiri bahwa perkawinan campur antara suku Palembang dan sejumlah suku bangsa pendatang memang pernah terjadi. Namun, suku-suku bangsa pendatang tersebutlah yang justru masuk ke dalam kebudayaan serta adat istiadat suku Palembang.
Keseharian Masyarakat Melayu Palembang
Dalam kesehariannya, suku Palembang berkomunikasi dalam bahasa Palembang. Bahasa ini dikategorikan sebagai bahasa Melayu atau lebih dikenal dengan sebutan bahasa Melayu Palembang. Bahasa ini terdiri atas dua dialek, yaitu baso Palembang alus dan baso Palembang sari-sari. Bahasa ini hampir mirip dengan bahasa-bahasa Melayu lainnya seperti bahasa Melayu Riau dan bahasa Melayu Malaysia. Hal yang membedakan bahasa ini dengan bahasa Melayu lainnya adalah penggunaan dialek “O”.
Sementara itu, sebagian besar masyarakat Melayu Palembang lebih suka tinggal di rumah yang beridiri di atas permukaan air. Rumah Limas yang berupa rumah panggung dan banyak dijumpai di pinggiran Sungai Musi adalah rumah adat Palembang yang paling terkenal. Lalu, bagaimana dengan makanan khas suku Palembang? Masyarakat Melayu di Palembang terkenal ahli membuat makanan. Pempek, lenggang, dan tekwan adalah beberapa makanan khas buatan orang Palembang. Dari semua jenis kuliner asli Palembang, pempek adalah yang paling terkenal.
Ciri khas lainnya dari masyarakat Palembang yaitu mempunyai tradisi yang sudah dilakukan selama berabad-abad sebagai pedagang. Ya, banyak masyarakat Palembang yang berdagang di atas perahu di sepanjang aliran Sungai Musi. Selain itu, banyak juga orang Palembang yang sukses menduduki sektor penting di pemerintahan, menjadi artis, bekerja di sektor swasta, dan lain sebagainya.
Bahasa
Dalam Keseharian nya Masyarakat Melayu Palembang menggunakan Bahasa Palembang Sari-sari, Bahasa Palembang ini mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso Pelembang alus atau bebaso (cara bahasa yang tertata dan beretika) dan Baso Pelembang sari-sari (bahasa Palembang sehari-hari). Baso Pelembang alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat. Bahasa ini mempunyai kemiripan dengan bahasa Jawa karena adanya hubungan Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam dengan kerajaan di pulau Jawa. Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Sementara itu, baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan merupakan salah satu dialek bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Bahasa Palembang memiliki kemiripan dengan bahasa daerah di provinsi sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu bahkan provinsi di Jawa (dengan intonasi berbeda). Di Jambi dan Bengkulu, akhiran ‘a’ pada kosakata bahasa Indonesia biasanya diubah menjadi ‘O’.
Seni dan Budaya
Palembang dikenal sebagai kota multibudaya sebab banyak para pendatang yang memasuki wilayah ini dan tak terlepas dari sejarah tua Palembang itu sendiri. Kesenian-kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Melayu asli Palembang adalah sebagai berikut. Kesenian Dul Muluk, yaitu sebuah pentas drama tradisional khas dari Palembang. Gending Sriwijaya, yaitu tarian yang dimainkan untuk menyambut para tamu. Tari Tanggai, yaitu tarian yang dimainkan dalam sebuah acara resepsi pernikahan. Syarofal Anam, yaitu kesenian Islami yang diperkenalkan oleh para saudagar Arab. Kesenian Islami ini menjadi populer di Kota Palembang karena diperkenalkan oleh KH. M. Akib, S. Abdullah bin Alwi Jamalullail, dan Ki Kemas H. Umar. Lagu-lagu daerah seperti Ribang Kemambang, Dek Sangke, Melati Karangan, Dirut, dan Cuk Mak Ilang. Rumah Limas dan Rumah Rakit, yaitu rumah adat khas Palembang.
Selain itu, masyarakat Palembang juga memiliki kain songket yang merupakan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia. Ya, kain songket Palembang yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya ini dikenal sebagai ratunya kain. Sampai saat ini, songket masih dibuat dengan cara ditenun manual dan memakai alat tenun tradisional.
Selain songket, masyarakat Melayu di Palembang pun kini sedang mengembangkan jenis tekstil baru, yaitu batik Palembang. Batik asli dari Palembang ini berbeda dengan batikdari Jawa sebab terlihat lebih ceria dengan warna-warna terang dan masih tetap mempertahankan motif-motif tradisional.
Penyebaran
Selain berdomisili di Kota Palembang, Penyebaran Melayu Palembang sebagai berikut:
- Kaum kerabat Ogan
- Kaum kerabat Lubai
- Kaum kerabat Rambang
- Kaum kerabat Cambai
- Kaum kerabat Pegagan;
- Kaum kerabat Lembak
- Kaum kerabat Lintang
- Kaum kerabat Kikim
- Kaum kerabat Gumay
- Kaum kerabat Besemah
- Kaum kerabat Enim
- Kaum kerabat Semende
- Kaum kerabat Kisam
- Kaum kerabat Lematang