Kolai, Malua, Enrekang

desa di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan
Revisi sejak 23 Juni 2019 01.24 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetik tanda baca)


Kolai adalah desa di kecamatan Malua, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Terletak 500 meter dpl.

Kolai
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenEnrekang
KecamatanMalua
Kode Kemendagri73.16.09.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luaslk 500Ha
Jumlah penduduklk 300 KK lk 1000 Jiwa
Kepadatan1 Orang/Km2
Peta
PetaKoordinat: 3°23′23.24″S 119°50′37.07″E / 3.3897889°S 119.8436306°E / -3.3897889; 119.8436306

Sejarah

Menurut ceritera turun temurun "Kolai" adalah suatu area yang berada di bukit bagian atas dari desa Malua sering disebut sebagai "Kampong atau Kolai" terletak di antara perbukitan Wara dan Bubun Saruran (sumur yang tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang).

Pada abad ke XVII Seorang pria Pemberani " UWA' MANGKAGA' " dan rombongannya berasal dari Kerajaan Bungin (Keluarga Arung Bungin) melakukan ekspedisi perluasan pengaruh ke wilayahan sekaligus menyebarkan ajaran baru yaitu agama Islam membentuk komunitas di daerah tersebut (KOLAI). Warga Kolai, Bule' dan Buntulamba' masih merupakan satu rumpun keluarga yang cukup dikenal keberaniannya dalam mempertahankan wilayah yang mereka diami, sehingga tidak pernah berada dibawah sistem kerajaan pada masa lalu karena mereka adalah pemegang lembaga adat.

Pada masa pergolakan penjajahan dan masa revolusi DI/TII desa Kolai menjadi tempat pengungsian dari beberapa kampung dan kecamatan disekitarnya untuk mencari perlindungan demi keamanan mereka, sehingga ada beberapa warga pendatang yang menetap dan berasimilasi melalui perkawinan dengan penduduk asli warga Kolai. Hal ini bisa terjadi karena warga Kolai bersifat terbuka dan bertanggung jawab atas keselamatan orang yang minta perlindungan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan populasi maka Kolai berkembang menjadi tiga dusun yang disebut dengan Tallung Tondok Yakni: KOLAI - BULE - BUNTULAMBA'

Hari ini warga Tallung Tondok semakin bertambah populasinya dengan membentuk berbagai perkampungan/dusun. seperti: di Kolai ada dusun Bontongan, Dusun Kolai dan dusun Doloh tergabung menjadi Desa Kolai. Sedang di Bule ada dusun Biak,dusun Bule' dan dusun Lappah tergabung menjadi Desa Tallung Tondok. Di Buntu Lamba' ada Dusun Salu Boko, dusun Pongo' tergabung sebgai Desa Bonto'.

Pemerintahan pada masa lalu di Tallung Tondok, berbentuk satu desa yang pada awalnya disebut dengan nama Desa Bonto' berkedudukan di Kolai dan setelah ada pemekaran kecamatan dan desa, maka Desa Bonto' berubah terbagi menjadi tiga desa yaitu: Desa Kolai - Desa Bonto' dan Desa Tallung Tondok.

Demografi

Penduduk desa Kolai pada umumnya berprofesi sebagai petani yang mengelola sawah-ladang. Disela waktu luang, mereka juga melakukan usaha untuk menambah penghasilan kebutuhan RT. Mereka membudi-dayakan ternak kambing sebagai usaha kelompok, khususnya bidang penggemukan.

Desa Kolai,kecamatan Malua, kabupaten Enrekang berada pada ketinggian 500 dpl, yang dikelilingi oleh bukit, dan persawahan dengan jumlah penduduk ±1000 orang dan mempunyai luas wilayah ± 500 Ha ini sebagian wilayahnya adalah pertanian. Secara umum letak geografisnya memiliki potensi yang belum tergarap secara maksimal seperti pemeliharaan kambing dan jenis ternak seperti sapi,ayam dan jeniis unggas lainnya. Beberapa potensi lahan pertanian berupa persawahan yang cukup luas,lahan perladangan dan tegalan yang masih menghampar luas serta bahan baku makanan ternak yang cukup banyak, dapat menunjang tersedianya pakan ternak yang melimpahnya. Sayang belum dikelola secara baik karena umumnya masih dikelola secara tradisional.

Desa Kolai dikenal sebagai peghasil buah mangga, salak dan bawang serta beberapa jenis tanaman palawija.

Warga desa Kolai dari segi populasi sebagian besar sudah lebih banyak yang bermigrasi ke kebeberapa provinsi dengan berbagai profesi jika dibandingkan dengan jumlah populasi yang menetap di desa, sekarang baru sebahagian kecil warga maupun remaja yang mau perduli terhadap perkembangan desa Kolai, ini disebabkan belum ada tokoh masyarakat yang mau mengambil inisiatif dan berpikir bagaimana memajukan desa dan sumber daya manusianya.

Terdapat fenomena dan kesadaran yang cukup menggembirakan saat ini,ketika mereka menyelasaikan pendidikan Dasar yaitu SD,SLTP dan SLTA, mereka memiliki semangat melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Namun semangat ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari orang tua mereka. Oleh karenanya diperlukan pencerahan atas permasalahan kepada warga desa terutama kepada kepala keluarga, tentang bagaimana pentingnya dukungan terhadap kemajuan pendidikan, bagaimana pentingnya perubahan pola pikir, dan bagaimana pentingnya wawasan bepandangan luas.

Sangat diperlukan ceramah dan pelatihan sebagai pencerahan bagi warga desa Kolai untuk meningkatkan kuwalitas SDMnya. Masyarakat desa Kolai termasuk berkarakter terbuka dan toleran, ini terbukti dalam struktur keluarga masyarakat desa Kolai telah banyak menjalin tali pernikahan dengan warga luar desa, kabupaten, maupun provinsi. Pada sisi lain, beberapa warga atau keluarga yang telah bermukim dan berhasil diperantauannya jarang mudik untuk melihat bagaimana keadaan, perkembangn dan kondisi desanya.

Referensi