Ōmisoka

Tanggal atau hari penutup tahun di Jepang
Revisi sejak 24 Juni 2019 01.43 oleh LaninBot (bicara | kontrib) (Perubahan kosmetik tanda baca)

Ōmisoka (大晦日) adalah hari terakhir dalam setahun di Jepang. Menurut kalender lama Jepang yang berdasarkan kalender lunisolar (kalender Tempō misalnya), ōmisoka jatuh pada tanggal 30 bulan 12, atau tanggal 29 bulan 12. Sesuai kalender Gregorian yang dipakai di Jepang sejak 1873, ōmisoka jatuh pada tanggal 31 Desember.

Nama lain untuk ōmisoka adalah ōtsugomori (大つごもり) yang berasal dari kata tsukigomori (月隠り) yang berarti bersembunyinya bulan.

Etimologi

Pada kalender lama Jepang, hari terakhir setiap bulan disebut misoka (晦日). Di antara misoka dalam setahun, hari terakhir pada bulan 12 atau bulan kabisat 12 disebut ōmisoka (misoka besar). Misoka berasal dari kata miso (三十, tiga puluh), misoka berarti hari ke-30. Berhubung adanya periode bulan panjang dan periode bulan pendek, adakalanya misoka zaman dulu jatuh pada tanggal 29. Sejak dipakainya kalender Gregorian di Jepang, ōmisoka selalu dirayakan pada tanggal 31 Desember.

Tradisi pergantian tahun

 
Toshikoshi soba

Toshikoshi soba

Malam pergantian tahun merupakan saat makan toshikoshi soba (soba kuah melewatkan tahun) bersama keluarga. Mi soba yang halus dan panjang merupakan simbolisme dari harapan hidup sehat, damai, dan panjang umur.[1] Soba dipercaya sebagai makanan sehat karena dibuat dari tepung gandum kuda yang dikenal sebagai tanaman tahan cuaca buruk. Tanaman gandum kuda kembali tumbuh sehat meskipun telah diterpa hujan dan angin kencang.

Pedagang pada zaman Edo, pada hari terakhir setiap bulannya selalu sibuk hingga larut malam. Mereka biasanya makan soba kuah untuk makan malam. Pengrajin lembaran emas memiliki kebiasaan mengumpulkan serpihan-serpihan emas memakai gumpalan adonan mi soba. Oleh karena itu, makan soba dipercaya dapat mengumpulkan uang. Soba yang mudah putus merupakan simbolisme utang yang mudah dibayar dan beban yang mudah terlepas pada tahun yang baru.[1]

Genta tahun baru

Pemukulan genta sebanyak 108 kali di kuil-kuil Buddha menjelang pergantian tahun disebut joya no kane (除夜の鐘, genta tahun baru). Seratus delapan melambangkan:

  1. Jumlah nafsu. Manusia memiliki enam indra: mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung (penciuman), lidah (pencicip), kulit (peraba), pikiran (otak)[2] yang masing-masing dapat merasakan senang, menyakitkan, dan netral (3×6= 18). Setiap nafsu dibagi menjadi dua jenis, bersih dan kotor sehingga semuanya menjadi 36. Masing-masing dari 36 nafsu dapat terjadi pada masa lalu, masa depan, atau masa kini, sehingga keseluruhannya ada 108 nafsu.
  2. Satu tahun. Setahun terdiri dari 12 bulan, 24 posisi matahari, dan 72 musim yang semuanya berjumlah 108.
  3. Penderitaan besar (shiku-hakku) yang bila diucapkan berbunyi seperti angka 4, 9 dan 8, 9. Bila dikalikan dan ditambah jumlahnya menjadi 108 (4x9 + 8x9).

Hatsumode

Setelah pergantian tahun, orang Jepang mengunjungi kuil Shinto dan kuil Buddha untuk melakukan hatsumōde. Ada pula tradisi ninenmairi (二年参り, kunjungan dua tahun), yakni berkunjung ke kuil pada malam tahun baru, kembali ke rumah, dan selepas pergantian tahun kembali lagi ke kuil.

Ucapan selamat

Ucapan perpisahan menjelang tahun baru adalah "Yoi o-toshi o" (良いお年を, Semoga menjadi tahun yang baik untuk Anda) atau Yoi o-toshi o omukae kudasai bila diucapkan secara formal.

Setelah tiba tanggal 1 Januari, ucapan selamat tahun baru secara formal adalah Akemashite omedetō gozaimasu (Selamat Tahun Baru), yang dapat diteruskan dengan kalimat Honnen mo dōzo yoroshiku onegaishimasu (Tahun ini juga saya mengharapkan kebaikan Anda).[3]

Acara televisi

Acara spesial malam tahun baru di televisi Jepang di antaranya:

Referensi

  1. ^ a b "食の豆知識". Yamaha Living. Diakses tanggal 2 January 2012. 
  2. ^ Sasanasena Seng Hansen (2010). Ikhtisar Ajaran Buddha. Vidyasena Production. hlm. 17. 
  3. ^ ビジネスメール: そのまま使える全文例&言い換えフレーズ例. 秀和システム. 2010. hlm. 76. 

Lihat pula

Pranala luar