Sitoskeleton
Sitoskeleton adalah jaringan filamen protein yang menyususn sitoplasma eukariot. Jaringan ini terdiri atas 3 tipe dasar, yaitu mikrotubulus, aktin (mikrofilamen), dan filamen intermediat. 3 filamen ini terhubung satu sama lain dan kerjanya terkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat: memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, merayap di permukaan.[1]
Aktin
Bersifat fleksibel, aktin biasanya berbentuk jaringan atau gel. Aktin berfungsi membentuk permukaan sel. Beberapa jenis bakteri juga mampu bergerak dengan aktin seperti Listriea monocytogenes yang menyebar dari sel ke sel dengan menginduksi penyusunan aktin pada sitosol sel inang. [2]
Mikrotubulus
Mikrotubulus adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin. bersifat lebih kokoh dari aktin, mikrotubulus mengatur posisi organel di dalam sel. Mikrotubulus memiliki dua ujung: ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubulus, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrosubulus untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel. [3]
Polimerisasi Tubulin
Tubulin dapat berpolimerisasi membentuk mikrotubulus. Percobaan polimerisasi dapat dibuat dengan campuran tubulin, buffer, dan GTP pada suhu 37 °C. Dalam tahapannya, jumlah polimer mikrotubulus mengikuti kurva sigmoid. Pada fase lag, tiap molekul tubulin berasosiasi untuk membentuk agregat yang agak stabil. Beberapa diantaranya meneruskan untuk membentuk mikrotubulus. Saat elongasi, tiap subunit berikatan dengan ujung ujung mikrotubulus. Saat fase plateau, (mirip fase log pada pembelahan sel), polimerisasi dan depolimerisasi berlangsung secara seimbang karena jumlah tubulin bebas yang ada pas-pasan.
Filamen Intermediat
Berbentuk serat mirip tali, filamen intermediat memberi kekuatan mekanis pada sel sehingga sel tahan terhadap tekanan dan peregangan yang terjadi pada dinding sel. Filamen ini juga memberi kekuatan pada dinding sel. [4]
Pembentukan Filamen
Pembentukan filamen intermediat juga didasarkan pada polimerisasi filamen. 2 monomer filamen bergabung membentuk struktur coil. Dimer ini akan bergabung dengan dimer lainnya membentuk tetramer, tetapi posisi nya saling tidak paralel. Ketidakparalelan ini membuat tetramer dapat berasosiasi dengan tetramer lain (mirip struktur penyusunan batu bata). Pada akhirnya, tetramer-tetramer bergabung membentuk sebuah array heliks.[5]
Struktur
Hanya dengan 3 tipe filamen, struktur sel dapat bervariasi antara satu sel dengan sel lainnya. Efektivitas kerja ketiga filamen protein ini bergantung pada jumlah protein asesori yang menghubungkan filamen ke komponen sel lain. Protein asesori penting untuk mengontrol perakitan filamen sitoskeleton pada posisi tertentu, termasuk di dalamnya protein motorik yang mengerakkan organel pada filamen atau filamen itu sendiri. Susunan struktur filamen ini mirip barisan semut. Tersusun rapih dan jika ada yang meninggalkan rombongan, barisan dapat menyusun kembali dalam kecepatan tinggi.[6]
Silia dan Sentriol
Silia adalah benang tipis setebal 0.25 μm dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding dari silia adalah 9 pasang mikrotubulus dan bagin tegah dari benang ini adalah 2 mikrotubulus yang tidak berpasangan. Struktur ini sering disebut sebagai "Struktur 9+2" Silia berfungsi menggerakkan fluida di permukaan sel dan menggerakkan sel di dalam fluida.[7]
Sentriol adalah struktur berbentuk tabung yang terbentuk dari mikrotubulus dengan lebar 0.2 μm dan panjangnya 0.4 μm. Sentriol berfungsi embentuk benang spindel untuk memisahkan kromosom. Mikrotubulus berkelompok membentuk 3 mikroutubulus yang menyusun secara paralel. 9 dari kelompok ini membentuk dinding sentriol. Tiap kelompok tidak tegak lurus dengan inti tabung, melainkan agak miring.[8]
Dinding Sel Tanaman
Dinding sel tanaman adalah matrix ekstraseluler yang kokoh. Dinding sel ini terdiri atas mikrofibrilis dalam banyak matriks polisakarida (sebagian besar pektin dan hemiselusosa) dan glikoprotein yang saling-silang. Pada bagian korteks dari dinding sel, ada array mikrotubulus yang menentukan posisi mikrofibrilis. Penyusunan mikrofibrilis ini menentukan arah perkembangan dinding sel, bentuk akhir sel, serta pola pembelahan sel. Dalam susunannya pada dinding sel, mikrofibrilis selulosa saling silang dalam jaringan yang diikat oleh hemiselusosa. Jaringan ini saling ekstensif dengan jaringan polisakarida pektin. Jaringan selulosa-hemiselulosa memberi kekuatan tegangan sementara jaringan pektin melawan kompresi. Pada dinding sel utama, jumlah ketiganya secara kasar sama, tetapi lamela tengah memiliki lebih banyak pertin untuk merekatkan sel yang berdekatan.[9]
Referensi
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1
- ^ Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell. Ney York:Garland Science ISBN 0-8153-3218-1