Kemang, Jakarta
Kemang adalah sebuah lingkungan yang sebagian besar terletak di kecamatan Mampang Prapatan dan sebagian lainnya berada di Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Indonesia. Kawasan utama Kemang ditandai oleh jalan-jalan Jalan Kemang Raya, Jalan Prapanca Raya, dan Jalan Bangka Raya.
Sejarah
Nama Kemang berasal dari buah kemang, sejenis mangga (Mangifera kemanga). Kemang awalnya adalah sebuah kampung (desa) yang kemudian berubah menjadi kawasan perumahan bagi orang asing yang bekerja di Jakarta. Gentrifikasi Kemang dimulai setelah akhir tahun 1970-an. Kampung Bangka yang berada di dekat Kemang pun mengalami perubahan serupa, sehingga kadang-kadang disebut sebagai "Kemang" juga, meskipun merupakan kampung yang berbeda. Kemang dulunya adalah sebuah kampung Betawi yang memiliki masjid dengan gaya tradisional Jawa.[1] Selama tahun 1970-an, tanah di Kemang dijual untuk digunakan sebagai rumah. Karakter Kemang yang hijau dan subur menarik orang-orang untuk bertempat tinggal di daerah ini, termasuk para ekspatriat. Lingkungan ini juga dekat dengan Segitiga Emas Jakarta. Hal ini pun membuat lebih mudah bagi ekspatriat yang ingin pergi ke pusat kota tapi tidak mau membuang-buang terlalu banyak waktu di lalu lintas setiap hari.
Pada tahun 1998, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengubah peruntukan Kemang dari perumahan (seperti yang dinyatakan dalam rencana induk Jakarta 1985-2005) menjadi kawasan komersial. Pada tahun berikutnya, ia memperkuat keputusan ini dengan mengeluarkan peraturan yang menyatakan Kemang sebagai "kampung modern". Ini pun membawa lebih banyak kegiatan komersial ke Kemang, seperti rumah-rumah yang kemudian diubah menjadi toko ritel.[2] Walaupun begitu, kurangnya perencanaan perkotaan telah mengakibatkan kemacetan di jalanan Kemang yang relatif sempit.[3] Terletak di antara dua aliran Sungai Krukut dan Sungai Mampang, tanpa ada pengendalian banjir, Kemang pun rawan banjir setiap musim hujan.
Atraksi
Sejak tahun 1970-an, Kemang telah tumbuh menjadi sebuah daerah yang dikenal secara internasional yang berorientasi menyediakan fasilitas seperti toko kerajinan tradisional, dan klub malam. Beberapa kampung asli masih ada di belakang kompleks perumahan dan apartemen di Kemang. Kesenjangan yang unik antara komunitas Muslim dan komunitas ekspatriat pun membuat Kemang menjadi terasa seperti sebuah kota tua daripada kota baru.[2] Saat ini, Kemang diisi dengan berbagai bisnis dan perumahan, serta hotel, bank, pujasera, restoran, kafe, bar, salon, klub malam dan toko-toko yang melimpah.[4][5] Ada juga lembaga-lembaga akademik dengan standar internasional di sini.
Kemang menjadi tuan rumah Kemang Festival, yang diadakan sekali atau dua kali setiap tahun sejak tahun 2001. Selama festival, Jalan Kemang Raya ditutup dari kendaraan bermotor dan pedagang kaki lima pun mengisi jalan untuk menawarkan souvenir tradisional, pakaian, dan makanan. Grandkemang Hotel juga mengadakan pameran Indonesian Contemporary Art & Design (ICAD) setiap tahun.
Transportasi
Kemang dapat dijangkau dengan TransJakarta koridor 6. Ada juga Kopaja dari Stasiun Pasar Minggu, Pasar Minggu dan Terminal Blok M.
Lihat juga
- Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
- Pasar Minggu
- Kemang Village
Referensi
- ^ Shahab, Alwi (2001). Robinhood Betawi: kisah Betawi tempo doeloe. Republika. hlm. 119–122. ISBN 9789793210001. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ a b T. Sima Gunawan (September 6, 2006). "Kemang - Modern Kampong: Jakarta, Indonesia". Indonesia in Focus. Planet Mole. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ "Eksekusi Lahan di Kemang Raya Akibatkan Kemacetan". May 21, 2010. Diakses tanggal July 30, 2017.
- ^ "JakPost guide to Jl. Kemang Raya: Part 1". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2017-07-30.
- ^ "Jakpost guide to Jl. Kemang Timur". The Jakarta Post. Diakses tanggal 2017-08-09.