Air Terjun Sekar Langit

salah satu sungai di dunia
Revisi sejak 13 Juli 2019 01.04 oleh IvanLanin (bicara | kontrib) (+indeks kategori)

Air Terjun Sekar Langit (sekar dalam bahasa Jawa: bunga) adalah kawasan wisata alam yang terletak di desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Air terjun ini berada di lereng gunung Telomoyo, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Ketinggian airnya mencapai 25 meter dari permukaan telaga. Apabila terjadi hujan, para staf pengelola memperingatkan pengunjung untuk menjauh dari lokasi. Karena bahaya banjir kiriman dari Gunung Merbabu.[1][2][3]

Air Terjun Sekarlangit
Berkas:Air Terjun Sekar Langit.JPG
Air Terjun Sekarlangit
Air Terjun Sekar Langit di Indonesia
Air Terjun Sekar Langit
Lokasi di Indonesia
Informasi
Lokasi
Negara  indonesia Indonesia
Koordinat 6°57′S 110°23′E / 6.95°S 110.38°E / -6.95; 110.38
Pemilik
Biaya 10.000/ orang
Jenis objek wisata Wisata alam
Fasilitas Pemandangan alam, air terjun, telaga.

Latar belakang

Air terjun sekar langit terletak di Desa Telogorejo, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang berada di lereng gunung Telomoyo, gunung yang membatasi Kabupaten Magelang, Kabupaten Semarang, dan Kota Salatiga. Keindahan alam masih terjaga dan alami, dengan tumbuhan dan pepohonan hijau di kiri dan kanan jalan masuk sepanjang 400 meter dari jalan besar, sampai ke lokasi air terjun. Sekar Langit juga pernah menjadi lokasi pengambilan gambar untuk film Yohana Gadis Rimba yang dibintangi oleh Lidya Kandou dan Atek Soedharmo dan disutradarai oleh Wim Umboh (1983). Beberapa tahun lalu, jalan masuk menuju air terjun sempat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bencana longsor, tetapi pemerintah setempat telah membangun kembali dengan pengerasan menggunakan semen.[4][5]

Mitos Jakatarub

Yang menjadi daya pikat kehadiran bagi pengunjung air terjun ini, selain keindahan alamnya adalah adanya legenda Jakatarub. Konon, di telaga inilah Jakatarub mengintip dan mencuri selendang salah satu bidadari yang sedang mandi di telaga. Bidadari yang tercuri selendangnya itu, Nawangwulan, akhirnya tidak dapat pulang ke kahayangan dan hidup berumah tangga dengan Jakatarub karena selendang, baginya, merupakan kesaktian.[6][7]

Lihat pula

Referensi