Maryam Namazie

Seorang Aktivis dari negara Inggris

Maryam Namazie (Persia: مریم نمازی; kelahiran 1966)[1] adalah seorang Inggeris-Iran sekularis aktivis, penggiat hak asasi manusia, komentator dan presenter televisi.[2]

Maryam Namazie
Lahir1966
Teheran, Iran
KebangsaanIran
PekerjaanKetua Council of Ex-Muslims of Britain
Dikenal atas

Pada awalnya, sebagian besar aktivitasnya berfokus pada pelanggaran HAM yang dialami para pengungsi, terutama di Sudan, Turki dan Iran,[3] dan dia aktif berkampanye melawan hukum syariah.[4] Namazie menjadi terkenal pada pertengahan 2000-an karena posisinya yang pro-sekularisme dan kritiknya yang tajam akan penindasan kaum perempuan di bawah rezim Islam.[2] Sebagai seorang tokoh yang kontroversial, baru-baru ini ada beberapa kelompok yang menentang ceramah-ceramahnya dan menuduhnya terlalu provokatif.[5][6]

Namazie adalah juru bicara untuk Iran Solidarity ("Solidaritas Iran"), One Law for All ("Satu Hukum untuk Semua"),[2] dan Council of Ex-Muslims of Britain (CEMB, "Dewan Mantan Muslim Britania")[7] dan merupakan pelindung Association of Black Humanists.[3]

Kehidupan awal dan pendidikan

Namazie lahir di Teheran, kemudian meninggalkan Iran bersama keluarganya pada 1980 setelah revolusi 1979 di Iran.[8][9] Ia kemudian tinggal di India, Britania Raya, dan Amerika Serikat, tempat ia memulai studinya pada usia 17 tahun.[10] [11] Namazie has also broadcast programmes via satellite television in English: TV International.[12]

Karir

Penanganan pengungsi

Khusus dalam solidaritas internasional, Namazie pertama kali bekerja dengan para pengungsi Ethiopia di Sudan. Selama islamisasi di negara itu, organisasi klandestinnya dalam membela hak asasi manusia, Hak Asasi Manusia Tanpa Batas akhirnya ditemukan dan dilarang. Sekembalinya ke Amerika Serikat pada tahun 1991, ia menjadi salah satu pendiri Komite Bantuan Kemanusiaan untuk Pengungsi Iran (CHAIR). Pada 1994 ia bekerja di kamp-kamp pengungsi Iran di Turki dan memproduksi film tentang situasi mereka. Namazie kemudian terpilih sebagai Direktur Eksekutif Federasi Internasional Pengungsi Iran dengan cabang di lebih dari dua puluh negara. Dia telah memimpin beberapa kampanye, terutama terhadap pelanggaran hak asasi manusia terhadap pengungsi di Turki,[10] dan terlibat dengan Komite Internasional Melawan Rajam.[13] Namazie juga menyiarkan program melalui televisi satelit dalam bahasa Inggris: TV International.[14] Namazie has also broadcast programmes via satellite television in English: TV International.[15]

Sekularisme

Namazie tidak membatasi aktivismenya untuk sekularisme di negara kelahirannya: dia juga telah berkampanye di Kanada dan Inggris, tempat tinggalnya sekarang. Dia menulis banyak artikel, membuat pernyataan publik dan mengkhususkan diri dalam menentang relativisme budaya dan Islamisme. Kegiatan-kegiatan ini diakui oleh National Secular Society ("Perhimpunan Sekuler Nasional") dengan dianugerahkannya penghargaan Sekuler 2005, yang menjadikan Namazie sebagai penerima pertama.[2][16]

Namazie adalah rekan kehormatan National Secular Society.[17]

Ketika terjadi kerusuhan yang disebabkan karikatur Denmark, dia juga ambil bagian pada dua belas penandatangan Manifesto: Bersama-sama Menghadapi Totalitarianisme Baru bersama-sama dengan Ayaan Hirsi Ali, Shahla Chafiq, Caroline Fourest, Bernard-Henri Lévy, Irshad Manji, Mehdi Mozaffari, Taslima Nasrin, Salman Rushdie, Antoine Sfeir, Philippe Val, dan Ibn Warraq. Manifesto itu dimulai sebagai berikut: "Setelah mengalahkan fasisme, Nazisme, dan Stalinisme, dunia sekarang menghadapi ancaman global totaliter baru: Islamisme."[18] Namazie mengatakan dalam sebuah wawancara tahun 2006 bahwa tanggapan masyarakat 'sangat luar biasa. Banyak yang merasa manifesto seperti itu sangat tepat waktu, dan sementara itu tentu saja juga menuai pesan kebencian sebagaimana biasa dari para Islamis.'[19]

Namazie mengecam diskriminasi yang harus dialami perempuan di bawah rezim Islam: "Dari kenyataan bahwa Anda adalah warga negara kelas dua, bahkan kesaksian Anda secara hukum bernilai setengah dari laki-laki, Anda mendapatkan setengah dari apa yang dilakukan anak laki-laki dalam warisan jika Anda seorang gadis. Anda harus berhijab jika Anda seorang gadis atau wanita, dan ada bidang-bidang pendidikan atau pekerjaan tertentu yang terlarang bagi Anda karena Anda dianggap emosional. "[20] Ia membandingkan situasi wanita di bawah rezim Islam dewasa ini terhadap ketidaksetaraan sosial di bawah apartheid di Afrika Selatan, dan dia mengutip sebagai contoh adanya pintu masuk yang terpisah untuk wanita ke dalam kantor pemerintah dan pemisahan pria dan wanita di area kolam di Laut Kaspia oleh sebuah tirai.[20]

After Mina Ahadi launched the Central Council of Ex-Muslims in Germany in January 2007, Namazie became the co-founder of the Council of Ex-Muslims of Britain (CEMB) in June, and was involved in the founding of the Dutch branch in September: the Central Committee for Ex-Muslims, an initiative of Ehsan Jami. The representatives of the three ex-Muslim councils signed a "European Declaration of Tolerance".[21][22] The rise of ex-Muslim organisations have been described by MEP Sophie in 't Veld as a "new Renaissance"; Namazie herself compared the breaking of taboos and the 'coming out' of Muslim apostates with the emancipation of homosexuals.[23]

Setelah Mina Ahadi meluncurkan Dewan Pusat Eks-Muslim (Zentralrat der Ex-Muslime) in Germany in January 2007, di Jerman pada Januari 2007, Namazie menjadi salah satu pendiri Council of Ex-Muslims of Britain (CEMB, "Dewan Mantan Muslim Britania") pada bulan Juni, dan terlibat dalam pendirian cabang Belanda pada bulan September: Centraal Comité voor Ex-Moslims ("Komite Sentral untuk Eks-Muslim"), sebuah prakarsa Ehsan Jami. Perwakilan dari tiga dewan eks Muslim menandatangani "Deklarasi Toleransi Eropa".[24][25] Munculnya organisasi-organisasi eks-Muslim telah digambarkan oleh MEP Sophie in 't Veld sebagai "Renaissance baru"; Namazie sendiri membandingkan hancurnya tabu dan kemunculan kaum murtadeen dengan emansipasi kaum homoseksual.[26]

Referansi

  1. ^ Groen, Janny; Kranenberg, Annieke (27 July 2007). "'Enorme druk op liberale moslims'". de Volkskrant (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 4 December 2013. 
  2. ^ a b c d "Profile: Maryam Namazie". The Guardian. London. 5 February 2009. Diakses tanggal 1 December 2013. 
  3. ^ a b "Biography". MaryamNamazie.com. Diakses tanggal 26 July 2017. 
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Sharia
  5. ^ Gilbert, Simon. "Speaker banned from Warwick University over fears of offending Islam". Diakses tanggal 26 September 2015. 
  6. ^ Adams, Richard (26 September 2015). "Student union blocks speech by 'inflammatory' anti-sharia activist". The Guardian. Diakses tanggal 26 September 2015. 
  7. ^ "Contact – Council of Ex-Muslims of Britain". CEMB. Diakses tanggal 1 December 2013. 
  8. ^ Casciani, Dominic (21 June 2007). "Ignore Islam, 'ex-Muslims' urge". BBC. 
  9. ^ Cohen, Nick (16 October 2005). "One woman's war". The Observer. London: The Guardian. 
  10. ^ a b "Biography". Website Maryam Namazie. Diakses tanggal 1 December 2013. .
  11. ^ Equal Rights Now – Contact Us Diarsipkan 2013-09-03 di Wayback Machine.
  12. ^ "TV International English". New Channel TV. Diakses tanggal 6 December 2013. 
  13. ^ "International Committee against Stoning". Maryam Namazie. Diakses tanggal 7 January 2014. 
  14. ^ Equal Rights Now – Contact Us Diarsipkan 2013-09-03 di Wayback Machine.
  15. ^ "TV International English". New Channel TV. Diakses tanggal 6 December 2013. 
  16. ^ "Maryam Namazie". National Secular Society. Diakses tanggal 1 December 2013. 
  17. ^ "National Secular Society Honorary Associates".  National Secular Society. Retrieved 5 June 2019
  18. ^ "The Twelve" (28 February 2006). "A Manifesto Against Islamism". Jyllands-Posten. Diakses tanggal 1 December 2013. 
  19. ^ Maryam Namazie (15 March 2006). "It was important to sign the manifesto". Javanan Weekly. Diakses tanggal 1 December 2013. 
  20. ^ a b Sturgess, Kylie (29 April 2013). "Episode One Hundred and Sixty-On Fitnah -Interview with Maryam Namazie". Token Skeptic (Podcast). http://tokenskeptic.org/2013/04/29/episode-one-hundred-and-sixty-on-fitnah-interview-with-maryam-namazie/. Diakses pada 17 August 2014. 
  21. ^ "Ex-moslimbeweging in Europa nog klein". Trouw (dalam bahasa Belanda). 11 September 2007. Diakses tanggal 7 December 2013. 
  22. ^ "New ex-Muslim group launched in Netherlands". National Secular Society. 14 September 2007. Diakses tanggal 7 December 2013. 
  23. ^ Algemeen Nederlands Persbureau (12 September 2008). "'Ex-moslims veroorzaken nieuwe renaissance'". Trouw (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 8 December 2013. 
  24. ^ "Ex-moslimbeweging in Europa nog klein". Trouw (dalam bahasa Belanda). 11 September 2007. Diakses tanggal 7 December 2013. 
  25. ^ "New ex-Muslim group launched in Netherlands". National Secular Society. 14 September 2007. Diakses tanggal 7 December 2013. 
  26. ^ Algemeen Nederlands Persbureau (12 September 2008). "'Ex-moslims veroorzaken nieuwe renaissance'". Trouw (dalam bahasa Belanda). Diakses tanggal 8 December 2013.